Early Gift [Yoon Dowoon]

4K 55 0
                                    

Dowoon menghela nafasnya kasar. Hari ini benar-benar hari yang berat baginya. Sungjin memarahinya karena terus-terusan melakukan kesalahan ketika latihan. Melelahkan. Ia ingin cepat-cepat saja sampai di apartemen milik seseorang yang saat ini benar-benar ingin ia temui.

Berdiri di depan pintu apartemen yang amat familiar baginya, tangannya memasukkan kode yang bahkan sudah dihapalnya di luar kepala. Dowoon membuka pintu apartemen itu perlahan dan langsung disambut aroma masakan menggugah selera yang seketika membuat perutnya berbunyi.

"Noona?"

"In the kitchen, Dowoonie!"

Tangannya melempar serampangan tas ransel yang tersampir di pundaknya, tipikal Dowoon. Langkahnya berlanjut menuju dapur, memandang dari belakang punggung kecil wanitanya yang kini sedang memasak.

"Noona.." Suaranya rendah, seiring dengan tangan kokohnya yang melingkar dari belakang di perut sang noona, membuat perempuan itu tersentak.

"Dowoonie! Bikin kaget saja."

Laki-laki itu tidak menjawab, ia lebih memilih menyembunyikan wajahnya di perpotongan leher wanitanya. Deru nafas hangatnya menggelitik. Membuat perempuan yang berada di pelukannya bergidik.

"Geli, Dowoonie."

Lagi-lagi ia tidak menjawab. Tangannya semakin mengeratkan pelukan. Membuat gerak si perempuan terbatas.

"Aku sedang memasak. Kau membuatku susah bergerak. Minggir dulu." Sang noona menepuk pelan tangan Dowoon yang melingkar di perutnya.

"Sebentar, saja. Aku lelah sekali." Pinta Dowoon. Dibawanya tubuh perempuan itu semakin mendekat, membuat punggung sang noona bersandar langsung pada dada bidang pria yang lebih muda dua tahun dibanding sang puan.

Perempuan itu menghela nafasnya. Kalah. Ia tidak bisa lagi membantah laki-laki itu. Tangannya mematikan kompor yang tengah menyala di depannya. Lalu membalikkan badan, berhadapan langsung dengan laki-laki tampan yang sudah menjadi miliknya selama enam bulan terakhir.

"Ada apa?" Tangan sang puan terangkat naik, mengusap rambut sang pria yang sudah beberapa bulan ini tidak di potong, sengaja dibiarkan tumbuh panjang.

"Hari ini rasanya aku sial sekali. Sungjin Hyung berulang kali mamarahiku."

Sang noona tersenyum tipis. Jemarinya terselip diantara helai-helai legam Dowoon. Laki-laki itu memang sudah dua puluh lima—bahkan akan menjadi dua puluh enam sebentar lagi. Tapi Dowoon tetaplah Dowoon. Akan selalu ada sisi imut darinya, walau berulang kali disangkalnya.

"Pergilah mandi, aku siapkan makan dulu." Perempuan itu menepuk pelan lengan atas Dowoon yang langsung dihadiahi tatapan sebal dari si lelaki, sebelum akhirnya kecupan kecil mendarat di dahinya kemudian ia ditinggalkan sendiri di dapur.

***

"Sebentar lagi aku dua puluh enam, Noona."

Dowoon mengunyah cheese cake yang baru saja disuapkannya. Rintik air jatuh dari ujung-ujung rambutnya yang masih basah, setengah dikeringkan karena rasa lapar terlampau menguasai dirinya. Mereka baru saja selesai menyantap makan malam dan kini tengah menikmati makanan penutup.

"Hm? Lalu kenapa memangnya?"

"Noona tidak mau memberikan kado untukku?"

"Memangnya harus? Kalau sudah dewasa kan tidak perlu diberikan kado lagi."

Dowoon mendengus sebal sembari berdecak ketika mendengar jawaban kekasihnya. Tidak. Bukan jawaban seperti itu yang ia harapkan.

Sementara perempuan yang duduk di hadapannya terkekeh pelan. Merasa puas ketika melihat raut kesal itu. Menganggu Dowoon akan selalu terasa menyenangkan.

Day and Night [Day6 Mature Oneshot] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang