Ngingggggg!!!!!
'Kamu ... sedang apa?'
'Hihihi ... hari yang panjang, ya.'
'Sakit? Pasti sakit!'
'PASTI SAKIT!'
'MATI SAJA!'
DEG! Napasnya naik turun bersamaan dengan tersentaknya dari tidur. Gadis itu memegangi pipinya. Basah. Deras sekali air matanya mengalir dalam tidur.
Deg. Deg. Deg. Deg. Jantungnya berdetak sangat cepat. Dalam ruangan senyap ini, detak itu dapat terdengar olehnya. Juga isakan kecil sisa tangisan dalam tidur.
Kanneshia, gadis itu telah sampai di tahap itu. Tahap di mana bahkan saat kamu tidur pun, mimpimu sangat buruk. Sama buruknya seperti saat kamu bangun. Terjaga atau tidur, keduanya sama-sama buruk. Dan menakutkan.***
Huffftt. Kanneshia menghela napas. Ia baru saja membantu teman-temannya mengerjakan tugas. Oh, ayolah. Mengerjakan tugas rumah di sekolah adalah hal yang wajar bagi sebagian siswa. Namun, ada yang tidak sejalan di sini. Cia membantu temannya mengerjakan tugas, sedangkan tugasnya sendiri belum diselesaikan.
"Cia, kok melamun?"
Gadis itu melirikkan mata ke arah kanan meja. Kalila. Teman sebangkunya sekaligus satu-satunya sahabatnya menarik kursi dan mencuri pandang ke buku tulis Cia yang terbuka.
"Kamu belum ngerjain tugas? Lima menit lagi bel masuk kelas." Kalila memandang ke arah Cia.
Cia mengangguk pelan. "Lagi malas ngerjain. Untuk hari ini aku nggak usah kumpul tugas," ujarnya.
Kalila memandang sahabatnya prihatin. Jadi, semangat belajar yang membara milik Cia hanya berlaku khusus untuk semester kemarin? Setelah pembagian rapor, semangatnya langsung pupus, begitu? Masalahnya, ini bukan hanya sebatas 'semangat belajar'. Ini tentang keadaan Cia yang Kalila tahu ia tidak sedang baik-baik saja.
"Setidaknya, kerjakan aja, Cia. Nanti Bu Guru bisa marah kalau-"
Cia menutup buku tulisnya, seolah mengisyaratkan apa pun yang akan Kalila katakan, semua itu percuma saja.
Baiklah, Kalila menyerah. Bel masuk telah berbunyi satu menit yang lalu. Namun, batang hidung guru yang akan masuk kelas belum juga muncul. Padahal, guru mata pelajaran kali ini biasanya selalu disiplin dan tepat waktu masuk ke kelas.
Sebagai gantinya, muncullah sorakan senang dari beberapa anak laki-laki di sudut kelas.
"Yesss!!! Berarti, hari ini Bu Wita enggak masuk!!! JAM KOSONG!!!" sorak mereka, disusul dengan sorakan yang lainnya.
Malah Kalila yang lega. Syukurlah hari ini guru itu tidak masuk kelas. Tugas Cia selamat.
Sementara itu, Cia biasa saja, tidak bersikap seperti telah ketiban keberuntungan. Ia melamun ke luar jendela, melihat hal-hal yang ia bisa lihat tetapi tidak dengan orang lain.
***
Hari yang singkat bagi murid kelas X hari ini. Guru-guru sedang rapat, sehingga banyak mata pelajaran yang kosong.
Namun, ini bukanlah hari yang singkat bagi Cia. Tidak ada hari yang singkat dalam kamusnya. Semua hari sama saja.
Ah, tidak. Bagi Cia, tergolong dua jenis hari: hari biasa saja dan hari sial.
"Ciaaa, Kalilaaa! Pulang bareng, yuk!" Seorang gadis merangkul Cia dan Kalila dari belakang setelah berlari, membuat tubuh Cia otomatis tersentak ke depan.
"Enggak, deh, Ta. Hari ini aku nggak langsung pulang," tolak Kalila.
Gadis yang dipanggil 'Ta' itu menoleh ke Cia. Ternyata sama saja, Cia menolak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Payung Candramawa
Science Fiction"Semua orang benci padaku. Lalu aku harus apa? Untuk apa juga aku hidup? Toh tidak akan ada yang bersedih jika aku mati, 'kan?" Cia melirik sinis kepada laki-laki itu. Laki-laki itu mengangkat bahu. "Aku akan sedih, Ci. Bagaimanapun, menutup lembar...