06-desa itu

930 125 31
                                    

Readers POV:

"Ah! Nichirinku retak!." Ucap kanroji.

"Aneh, padahal Nichirinmu sangat lentur, kenapa bisa sampai retak Kanroji-san?." Tanyaku.

"Haha...walaupun sangat lentur, benda ini tetaplah Nichirin. ah...sepertinya kita harus menempa yang baru." Ucap kanroji.

"Bagaimana caranya?." Aku melirik sekilas kearah Nichirinku, ya...retakannya cukup parah karena bersentuhan langsung dengan batu.

Aku terhempas cukup jauh tadi. Saat melawan iblis itu.

"Ah! aku ingat seorang kakushi pernah bilang ada desa penempa disekitar sini..Nah..gagak, tolong Carikan kami kakushi disekitar sini!." Ucap Kanroji kepada gagak kasugai miliknya.

Gagak itu berputar diatas kepala kanroji dan pergi kearah timur. Sepertinya disana ada kakushi.

Tak lama setelah gagak itu pergi, 5 orang kakushi datang dan membersihkan tempat kejadian.

Kanroji memanggil salah satu kakushi disana dan bertanya dimana tempat desa penempa berada, Sedangkan aku hanya duduk bersama Genya yang sedang mengelap pistol miliknya.

"Araa? apakah serahasia itu untuk kami ketahui?." Tanya kanroji.

"Ya, untuk mencegah datangnya oni, kami harus merahasiakan tempat ini. Kami akan menuntun kalian bertiga kesana, tapi kalian harus menutup mata kalian." Ucap seorang kakushi perempuan.

"Hum...baiklah... Ayo, (y/n)-chan dan Genya-kun! kita akan pergi." Aku dan Genya segera bangkit dari tempat kami.

Mata kami bertiga ditutup dengan selembar kain kemudian kami dituntun menuju tempat tersebut.

Sebenarnya aku merasa tidak nyaman karena kami selalu berganti kakushi saat diperjalanan. Itu membuat tubuhku pegal.

"Ah...sampai kapan kita akan begini?." Ucapku sedangkan kakushi yang membawaku hanya diam sambil terus berjalan.

Akhirnya kami sampai disebuah desa dengan banyak orang orang bertopeng didalamnya. Aroma sulfur yang ada di pemandian air panas sangat tercium.

"Wah... desa ini ternyata besar." Gumamku.

Kami bertiga segera pergi kerumah kepala desa disana dan bertanya mengenai penempa pedang yang sesuai dengan jenis Nichirin kami.

Setelah berbincang cukup lama, kami diberitahu tempat dimana penempa Nichirin masing2 dan akhirnya aku dan kanroji berpisah sementara untuk pergi ke kediaman sang penempa.

Setelah sekiranya memberi tahu jenis pedang kepada sang penempa, aku dan kanroji pergi ke pemandian yang dibicarakan oleh kepala desa. Genya juga ikut, hanya saja kami berpisah karena tempat pemandian laki laki berada di sebelah.

"Ah...kimochi desuka~ airnya sangat pas." Kanroji terlihat sangat menikmatinya.

Ya, memang air panas disini sangat segar. Aku terlarut dalam ketenangan yang ada di gunung itu, hingga sebuah suara gema memecahkan keheningan.

"Arigatou! Arigatou!." Kanroji terlihat terkejut dan tersenyum.

"Araa~ sepertinya ada yang datang." Aku segera berdiri dan mengambil handuk karena kanroji juga akan pergi.

"Aku lapar Kanroji-san, ayo kita makan." Ajakku kepada sang pilar cinta.

"Hai' aku juga lapar, ayo pakai baju dan segera pulang ke penginapan kita."

Aku dan kanroji segera berpakaian dan pergi menuruni gunung. Kulihat Genya belum keluar, sepertinya dia sangat menikmatinya.

Diperjalanan turun, kami bertemu dengan anak yang ada di ujian akhir pemburu iblis. Rambutnya berwarna merah sama seperti matanya. Dia orang yang mematahkan lengan Genya saat itu.

"Kyaa!! Ternyata ada Tanjirou-kun!." Teriaknya sambil berlari kearah laki laki tersebut.

"Ah! Kanroji-san! Hati hati! nanti kau bisa jatuh!." Dan benar saja, kanroji seketika terjatuh.

Aku hanya sweatdrop melihatnya. Sedangkan Tanjirou segera membantu kanroji berdiri.

"Ah! kau yang di seleksi akhir? Orang yang bersama laki laki yang menarik rambut anak dari oyakata-sama?." Tanyanya.

Aku merasa agak malu atas perbuatan Genya saat itu. Hah...apa yang dia pikirkan sehingga membuat keributan seperti itu.

"Ah...iya, Salam kenal! namaku ashitanoshimo (y/n). senang bertemu denganmu lagi." Dia terlihat memberikan tangannya untuk berjabat.

"Namaku kamado Tanjirou! senang bisa bertemu denganmu juga!." Aku menjabat tangannya sebentar.

"Baiklah! ayo kita makann!!." Kanroji menarik tanganku untuk pergi ketempat kami bisa mendapatkan makanan.

"Baiklah, hati hati kalian! aku akan pergi ke pemandian." Pamit Tanjirou kemudian pergi menaiki gunung.

"Hum! hati hati juga!."

Aku dan kanroji berjalan melewati desa yang penuh dengan suara pukulan besi. ah... sangat bising disini aku sangat ingin cepat cepat pulang.
.
.
.
.
.
.
Malam hari telah tiba. Aku tak melihat Genya dimana pun. Bahkan saat makan tadi, ia tidak ikut makan. Kemana dia sebenarnya?.

Aku memutuskan untuk mencari Genya sambil melihat lihat pemandangan Desa tersebut saat malam hari. Cukup cantik menurutku.

Aku pergi ke puncak gunung untuk melihat pemandangan langit malam. Okaasanku pernah bilang, jika langit malam dipuncak gunung itu sangat indah. Bahkan aku bisa melihat pelangi malam yaitu aurora.

Saat sampai dipuncak gunung, aku terkejut dengan sosok laki laki memakai rompi ungu yang membalut seragam pemburu iblisnya sedang menengadah kelangit.

"G... Genya-kun? sedang apa kau disini?." Yang dipanggil hanya melirik sekilas kearahku.

"Apa kau tidak lapar? kau belum makan Genya-kun." Lagi, ia tidak membalas perkataanku.

Aku kemudian duduk disebelahnya dan ikut memandang langit yang dipenuhi kerlap kerlip bintang warna warni yang indah.

Aku memandang wajah Genya-kun yang diterpa sinar bulan. Dia terlihat begitu manis dengan senyum dan matanya yang terpejam.

"Tampan sekali." Gumamku yang kurasa masih bisa didengar oleh Genya. Karena tiba tiba saja ia terbatuk dengan wajah yang memerah.

"Apa kau baik baik saja?." Tanyaku cemas.

Genya hanya mengangguk pelan sambil menyembunyikan wajahnya.

"Langitnya cantik ya..." Lirihku.

"Hai' sorewa anata no yodesu."

Seketika aku de javu dengan kata katanya. Ah, itu kata kata yang ia lontarkan padaku sekitar beberapa tahun lalu saat duduk didepan teras rumahku.

Aku tak tahu seperti apa bentuk wajahku saat ini, yang jelas aku benar benar merasa wajahku panas sekali.

Genya kemudian membalikkan badannya kearahku dan menangkup kedua pipiku.

"Kau tau...." Ia mendekatkan wajahnya ke wajahku hingga jarak kami hanya sekitar 3cm saja kemudian berbisik pelan.

"...Kau sangat cantik saat ini (y/n)-chan."

1 detik
2 detik
3 detik

Aku langsung tersadar dan segera mundur menjauh. Astaga... aku benar benar malu saat ini. Kurasa Genya juga sudah sadar akan tingkahnya karena ia terlihat sangat panik karena salah tingkah.

"A...aku..aku...ma...maaf...aku..aku benar benar.." Ia terlihat kesusahan berbicara. Akhirnya suasana kembali hening dengan kecanggungan yang benar benar terasa.

Hingga sekitar 5 menit kami diam dalam kecanggungan, tawaku segera memecah keheningan. Astaga....kami benar benar terlihat bodoh..

"Apa yang lucu?." Tanyanya dengan ekspresi bingung.

Aku hanya menggeleng kemudian menyeka air mata diujung ekor mataku.

"Kau terlihat manis saat tersipu Genya-kun. Aku jadi tambah menyukaimu."

Dan pernyataanku itu berhasil membuat Genya diam dengan wajah yang kembali merona.
____________
T.B.C

Woahahahah..... enak banget ya Readers-chan asik asikan berdua diatas gunung sambil pamer keuwuan.

Genya x Readers [KnY] [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang