3 | SO SAD MIKA

5 3 0
                                    

Setelah sepulang sekolah. Mika dan Alma berpisah di depan kelas. Mereka tidak pulang bersama, karena Mika akan pergi bekerja setiap sepulang sekolah. Namun ia akan pergi ke perpus terlebih dahulu untuk meminjam buku di sana.

Ia berjalan di lorong yang sudah lumayan sepi. Ada beberapa anak murid yang piket di setiap kelasnnya. Tempat perpusnya ini berada di ujung, dan ia harus melewatkan lima kelas terlebih dahulu.

Mika pun sampai di perpu. Lalu ia masuk ke dalam. Menyusuri rak-rak, dengan jari-jari nya yang menyentuh buku sambil berjalan.

Buku yang Mika cari pun akhirnya ketemu juga. Lalu ia berjalan, sambil melihat lihat buku tanpa melihat ke arah depan. Sampai bahunya di tabrak seseorang, membuat buku yang Mika pegang jatuh.

Lalu lelaki itu mengambilkan buku Mika dan memberikannya."Maaf-maaf gue gak sengaja. Btw, kalau ada yang cariin gue, jangan kasih tahu ya, makasih," ujar Lelaki itu, sambil terburu-buru dan pergi meninggalkan Mika yang belum menjawab ucapannya.

Mika masih menunduk dan menghela nafas. Ia paling tidak suka lelaki ceroboh seperti murid lelaki itu.

Ia pun kembali berjalan ke arah meja petugas, untuk meminta tanda tangan petugas perpus. Setelah selesai, Mika pun yang baru keluar dari Perpus, menghentikan langkahnya kala ada perempuan di depannya berhenti di hadapannya.

"Ehm ... Btw lo liat Pati gak?" Tanya Perempuan itu.

Mika diam sesaat."Gak lihat," jawabnya, sangat singkat. Dengan wajahnya yang tanpa senyuman.

"Oh oke. Sorry ganggu yak," sahut Perempuan itu. Lalu pergi, sambil mendumel tidak jelas.

Mika terpaksa berbohong karena dirinya tidak ingin terlibat masalah apapun dengan seseorang. Entah itu masalah kecil atau besar sekalipun.

Mika mengeluarkan handset lalu ia pasang ke telinga. Mendengarkan musik, dengan buku yang berada di genggamannya.

🎧🎧🎧

Mika pun sudah sampai di tempat kerjanya di cafe Youme. Setelah memakirkan sepeda, ia pun masuk lewat pintu belakang cafe. Bos di tempatnya bekerja, sangat baik. Bahkan bosnya menerima ia bekerja di sini, padahal ia masih sekolah.

Ia pun berjalan ke arah ruang loker untuk mengganti pakaiannya. Setelah beres, Mika pun keluar ruangan. Dan bergabung dengan pegawai lainnya.

"Maaf ya Mba Yona. Aku aga telat datengnya," ujar Mika merasa tidak enak. Wanita yang bernama Yona itupun, menoleh melihat Mika yang sudah datang.

"Gak papa Mika. Yaudah kamu bantu Gavin yak, dia kerepotan tuh dari tadi," sahut Mba Yona. Mika mengangguk mengerti, lalu Mika masuk ke dapur untuk mengantarkan makanan.

Jam istirahat kerja pun tiba. Membuat Mika duduk lemas di bawah tempat kasir, dan membuat wajah Mika menjadi pucat. Mungkin saja karena Mika belum makan sedari pulang sekolah. Dan sekarang jam tujuh malam.

Mba Yona datang membawakan makanan yang berada di nampan. Dia duduk di samping Mika. Dan melihat wajah Mika yang pucat, membuat dirinya khawatir.

"Mika udah makan?" Tanya Mba Yona. Dengan raut wajah peduli.

Mika tersenyum tipis dan menggeleng.

"Nih makan. Mba bawa makanan banyak, kamu makan ya," ajaknya untuk makan bersama.

"Gak usah Mba. Mika jadi ngerepotin nanti," sahut Mika, merasa tidak enak hati.

"Gak usah sungkan sama Mba. Udah makan, dari pada kamu sakit yang ada," paksa Mba Yona.

Ia pun memakan makanan yang di kasih Mba Yona. Ia sangat tersentuh hatinya, saat melihat sikap Mba Yona yang sangat peduli padannya.

Saat-saat di sela ia makan. Mika menatap Mba Yona, aga ragu sebenarnya ia bertanya seperti ini.

Mba Yona yang merasa ditatap seperti itupun menoleh.

"Kenapa Mika?" Tanyanya.

"Ehm ... Mba, aku boleh nanya gak?" Tanya balik Mika.

"Ya boleh dong. Ada apa emang?" Tanya Mba Yona.

"Mba Yona ... Kalau aku minta uang gajian ku sekarang boleh gak ya Mba?" Tanya Mika, takut kena marah. Karena gajiannya dua minggu lagi baru akan di kasih.

"Ya pastinya gak boleh Mika. Emang kamu minta uang gajian buat apa" ucap Mba Yona, yang terus mengunyah makanan.

Sebenarnya Mika malu mengatakan ini. Namun ia tidak punya cara lain.

"Duit aku sisa empat puluh lima ribu Mba, dan itupun buat dua minggu. A-aku gak yakin, duit segitu bakal cukup," ujar Mika menceritakan, dengan raut wajah yang sedih. Matanya mulai berkaca-kaca.

"A-ayah a-aku belum kasih uang bulanan Mba, untuk bulan sekarang," timpalnya. Air mata Mika pun jatuh, membuat ia mengusapnya dengan lengannya. Rasanya sangat menyedihkan sekali.

Mba Yona yang tidak tega pun memeluk Mika. Dan memberika kata-kata penenang untuknya.

Lalu Mba Yona mengambil uang seratus ribu dalam saku baju seragamnya. Dan memberikannya kepada Mika, namun Mika menggeleng menolak.

"A-aku gak mau Mba. Aku gak mau ngerepotin Mba Yona lagi," tolak Mika. Dengan matanya yang sudah memerah.

"Jangan ditolak ya Mika. Ini Mba ngasih buat kamu, gak dibalikin juga gak papa. Mba ngerti banget kondisi kamu kaya gimana. Jangan pernah sungkan sama Mba ya, kamu udah Mba anggap seperti adik Mba sendiri Mika," tuturnya, dengan raut wajah sedih.

Mika memeluk Mba Yona. Dan menangis tersedu-sedu. Untung saja pelanggan tidak terlalu ramai, membuat Mba Yona pun ikut menangis juga.

Ia tahu kondisi kehidupan Mika seperti apa. Mungkin jika ia yang akan mengalami itu, ia tidak akan setegar Mika. Rasanya sakit, walaupun ia tidak merasakannya.

Dan bersyukurlah kalian yang masih mempunyai keluarga utuh. Jangan pernah mensia-siakan keluarga kalian, atau bahkan tidak menganggapnya.

Karena kehidupan yang Mika jalanani sangat berat tanpa keluargannya. Ia harus tersenyum dalam luka untuk tetap hidup.

RISALAH HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang