Suara ketukan pintu kamar Mika pun terdengar.
Mika yang sedang membereskan kamarnya pun langsung membukakan pintu. Dan melihat Alma yang sudah cantik dengan dressnya malam ini.
Dia masuk ke dalam kamar dan duduk di atas kasur Mika. Padahal kasur itu baru saja ia rapikan.
"Keluar yuk Mik. Gue bosen banget tahu di rumah terus," ajak Alma. Ia merasa bete sekali.
"Mau kemana emang?" Tanya Mika. Pada Alma yang sedang rebahan itu.
"Ke pasar malam yuk. Di lapangan deket komplek lagi ada pasar malam," tuturnya, dengan semangat.
Alma yang tak mendengar jawaban dari Mika pun cemberut.
"Ayo dong Mik. Emang lo gak bosen di rumah terus! Gue tuh bosen banget tahu. Masa gue udah rapi gini gak jadi," ujarnya, dengan melas.
Mika yang melihat wajah melas Alma pun merasa kasihan juga.
"Oke gue ikut kok." Alma yang mendengarnya pun senang.
"Tapi. Lo udah mendingankan ya. Udah gak pusing lagi kan?" Tanya Alma. Ia takut saja jika Mika masih sakit.
Dia menggeleng sebagai jawaban."Udah gak sakit kok. Udah minum obat juga," jawabnya.
"Yaudah. Sebentar-sebentar gue cariin pakaian buat lo," cetusnya, sambil berjalan ke arah lemari Mika. Dan mencari dress untuk Mika pakai.
Alma pun memilih dress yang sama dengan dirinya hanya saja berbeda warna saja.
"Sekarang lo pakai dress ini," suruh Alma.
"Lo gak malu pake baju samaan gini Al?" Tanya balik Mika.
Dia menggeleng cepat."Gak. Gak malu. Udah buru dipake," paksa Alma. Mika pun ke kamar mandi dan berganti pakaian.
Mika sudah selesai berganti pakaian. Lalu Alma mendorong Mika untuk duduk di meja rias. Dan mencoba untuk mendandani Mika.
Mika hanya diam saja. Dan menerima apa saja apa yang Alma lakukan dengan dirinya.
Alma memang selalu seperti ini. Jika ingin keluar bersama, dia yang selalu menentukan baju dan mendadani Mika. Ia senang-senang saja Alma seperti itu.
"Lo tuh cantikan rambutnya di gerai gini tau gak. Tapi lo masih aja di kuncir mulu," cetusnya. Seraya menyisir rambut Mika.
Setelah selesai dia pun melihat Mika sambil tersenyum.
"Tuhkan cantik," puji Alma, senang. Karena melihat hasil dandannya ini.
Dia pun tersenyum."Lo juga cantik kok Al."
"Yaudah yuk kita pergi!" Ajak Alma.
Mereka berdua pun pergi. Dan tak lupa Mika mengunci pintu rumah. Mereka pergi menaiki sepeda Mika. Menikmati indahnya di malam hari.
Sesampainya Mika di tempat pasar malam. Di sana sangat ramai. Mika tak tahu harus memarkirkan sepedanya di mana.
"Al. Kita parkir sepedanya di mana? Gue takut sepeda gue ilang," ujar Mika. Membuat Alma kepikiran juga.
"Yaudah parkir di tempat motor aja. Nanti gue yang ngomong deh sama abang-abang nya buat jagaiin sepeda lo," sahut Alma, memberikan ide.
Mika pun mengangguk. Lalu berjalan mengendarai sepeda ke arah tempat parkir motor.
"Bang!" Panggil Alma.
Tukang parkir yang sedang duduk sambil menghitung uang pun mendongkak dan melihat dua perempuan cantik.
"Kenapa Eneng cantik?" Tanya Abangnya, dengan genit.
"Bang saya parkir sepeda di sini bisakan?" Tanya Alma.
"Bisa kok bisa."
"Tapi. Sepedanya jangan sampe ilang ya. Kalau ilang, nanti saya cubit ginjal Abang," ujar Alma, membuat tukang parkir itu meringis ngeri. Dan Mika yang mendengar hanya tersenyum saja.
"Iya ya Neng. Sepedanya bakal saya jagaiin kok. Tenang aja," sahut Tukang parkir itu.
"Oke deh Bang. Saya pergi dulu, bye!"
Alma pun langsung saja menarik tangan Mika dan pergi menuju masuk pasar malam.
"Kita enaknya kemana dulu ya? Lo mau naik apa Mik?" Tanya Alma. Mika yang sedang melihat sekelilingnya pun langsung menatap Alma.
"Gue ngikut lo aja Al," sahut Mika.
Alma berpikir sebentar. Dan ia pun langsung menarik Mika.
"Kita beli gulali dulu," ujar Alma. Mika pun hanya pasrah saja di tarik seperti itu.
Mereka pun sampai di tempat penjual gulali. Sementara itu mereka harus mengatri terlebih dahulu. Karena banyaknya anak kecil yang beli.
Orangtua yang menemani anaknya pun. Menatap Mika dan Alma yang ikut mengantri juga.
Membuat Mika berbisik pada Alma."Al. Kok pada ngeliatin kita ya?" Tanya Mika, pada Alma yang menatap gulali tidak sabar.
Alma mendengar bisikan Mika."Biarin aja. Mereka kan punya mata juga Mik," sahut Alma.
Ketika mereka semua sudah pergi. Alma dan Mika pun langsung maju kedepan.
"Mika lo mau warna apa gulalinya?" Tanya Alma. Mika yang sudah biasa membeli gulali warna pink pun menunjuk itu.
Lalu mengambilnya. Dan Alma pun mengambil warna pink juga.
Saat Alma menyodorkan uang pecahan seratus ribu rupiah. Penjual gulali itu langsung bingung, lantaran ia baru saja buka dan belum ada kembalian.
"Gak ada uang kecil Dek?" Tanya penjual itu pada Alma.
"Yah Bang. Gak ada lagi," sahut Alma. Yang memang tidak mempunyai uang kecil juga.
"Gue juga gak ada uang kecil Al," cetus Mika. Saat melihat dompetnya.
Pembeli yang lain pun datang untuk membeli gulali. Sedangkan Alma dan Mika masih membicarakan untuk membayarnya.
Mereka tidak tahu harus menukar dimana.
Saat pembeli yang baru datang itu menyodorkan uang seratus ribuan. Membuat Bang gulali itu kembali bingung juga.
"Gak ada uang kecil Mas?" Tanyanya.
"Gak ada Bang," jawab lelaki itu.
Saat Lelaki itu melihat perempuan yang pernah ia lihat di cafe pun langsung menatapnya.
"Bang gimana dong. Saya gak ada uang kecilnya," cetus Alma yang bingung.
"Aduh Dek. Saya juga bingung nih, si Mas ini juga belum ada kembaliannya," jawabnnya.
"Mereka berdua saya yang bayar Bang. Jadi kembaliannya Abang ambil aja," ujar Lelaki itu, membuat Alma dan Mika senang karena ada orang baik yang mau membayarkan gulalinya.
Namun saat Mika menoleh dan ingin mengucapkan terimakasih. Ia kaget lantaran lelaki itu adalah ...
KAMU SEDANG MEMBACA
RISALAH HATI
Teen FictionAku diam bukan berarti aku bisu. Terkadang berbicara tidak selalu penting untuk di ucapkan. Begitulah sosok Mika Syahira Faeza. Yang tak banyak bicara, namun teliti dalam mengamati sesuatu. Kehidupannya yang hancur karena keegoisan orang tuan nya. M...