Sudah pukul 22.10 wib malam. Cafe pun sudah tutup. Mika yang sudah berganti pakaian pun keluar bersama dengan Mba Yona.
Saat sudah berada di parkiran pegawai. Mba Yona menawarkan untuk pulang bersama karena ia tahu jika Mika sedang sakit.
"Mika ... Pulang bareng sama Mba ya," ajak Mba Yona. Namun Mika menolaknya.
"Gak Mba gak usah. Aku bisa pulang sendiri kok," sahut Mika. Hal itu membuat Wanita itupun tak merasa nyaman.
"Kalau gak di anterin sama Gavin yak. Biar Mba ngomong sama dia," tawar Mba Yona. Namun Mika masih tetap pada pendiriannya.
"Gak usah Mba. Aku baik-baik aja kok," ujarnya, sambil tersenyum. Mencoba menyakinkan Mba Yona.
Dia pun menghela nafas. Dan membalas senyuman Mika.
"Kalau gitu aku pulang duluan ya Mba," pamit Mika.
"Hati-hati di jalan ya Mika. Kalau ada apa-apa langsung telpon Mba ya," ujar Mba Yona. Lagi-lagi Mika tersenyum, dan mengangguk.
"Iya Mba." Mika pun menaiki sepedannya dan pergi meninggalkan Mba Yona yang sedang menunggu suaminya menjemputnya.
Selama di perjalanan Mika terlihat biasa saja. Namun saat di pertengahan jalanan ia mendadak pusing di kepalanya.
Membuat matanya menjadi berkunang-kunang dan ia yang sedang membawa sepeda pun langsung menabrak pohon karena ketidak seimbangannya. Dan Mika pun jatuh pingsan di jalan.
Perempuan yang memakai baju seksi di balut dengan switter pada tubuhnya. Saat ia sedang berjalan ia melihat ada seseorang yang tergeletak.
Ia bimbang antara ingin menolong atau tidak. Dengan sifat kemanusiaannya pun ia menolongnya.
Perempuan itu kaget saat melihat seragam yang di pake oleh Mika.
Ia pun sekuat tenaga memapah tubuh Mika. Sebelum pergi, ia mendorong sepeda Mika kepinggiran lagi agar tidak ada yang mengambilnya.
Untung saja kos'an ya tidak jauh. Dan membuat ia tidak terlalu lama memapahnya. Namun karena hal ini, ia tidak bekerja terlebih dahulu.
Sesampainya di depan kosan ada tetangganya yang keluar dan melihat temannya ini sedang memapah seseorang membuat dia penasaran.
"Tisa ... Dia kenapa?" Tanya tetangganya ini. Perempuan yang bernama Tisa pun menoleh.
"Lo bisa bantu gue gak. Tolong bukaiin pintu. Tangan gue gak bisa. Susah," ujarnya, meminta tolong. Dengan gesit temannya itu mengambil kunci. Dan langsung membukakannya.
Tisa pun langsung saja memapah Mika ke dalam kamarnya dan di tidurkan di atas kasur.
"Lo ngapain dia Sa? Sampai pingsan gitu orang," tanya Tetangganya ini.
"Gak gue apa-apain. Gue liat dia pingsan di jalan. Gue yang masih punya hati buat coba nolongin," sahutnya menjelaskan semuannya. Dia mengangguk ngerti.
"Lo mau kemana?" Tanya Tisa, pada tetangga ini.
"Mau ke indomaret. Kenapa?"
"Tolong ya bawaiin sepeda dia yang di deket pohon pinggiran jalan," cetus Tisa, kembali meminta tolong.
"Oke deh. Nanti gue bawaiin," sahutnya. Lalu dia keluar dari kosan Tisa menuju indomaret.
Tisa menatap wajah Mika yang pingsan. Wajah Mika sangat asing menurutnya jika dia memang benar bersekolah di SMA 1 Bangsa.
Walaupun ia tidak menghafal wajah-wajah siswa yang bersekolah di sana. Tapi Tisa tahu, ciri-ciri murid yang bersekolah di sana.
Apalagi menurut Tisa ini Mika memiliki wajah yang sangat cantik dan seharusnya Mika ini dikategorikan siswa mostwanted.
Ia pun mencoba menyudahi opininya tentang Mika. Ia menutup pintu, dan membantu Mika untuk melepaskan tasnya dan sepatunnya itu.
🎧🎧🎧
Ke esokan paginya. Mika terbangun dari tidurnya. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya untuk menetralkan cahaya yang masuk ke dalam matanya.
Ia melihat sekeliling dan tersadar jika ini bukanlah rumahnya. Mika dalam hati bertanya-tanya siapa orang menolongnya. Ia takut jika yang menolongnya adalah laki-laki.
Namun ia melihat tubuhnya yang masih utuh dengan seragamnya yang masih melekat di tubuhnya.
Tiba-tiba saja pintu terbuka dan menampilkan seorang perempuan yang seumuran dengan Mika.
"Lo udah mendingan?" Tanya Perempuan itu. Yang Mika tidak tahu siapa namanya.
"Udah."
"Makasih ya. Udah nolongin gue," timpal Mika, tersenyum tulus.
Dia pun duduk dan membalas senyuman Mika.
"Gak papa. Santai aja," sahutnya.
"Btw lo sekolah di SMA 1 Bangsa?" Tanyanya.
Mika menganggukkan kepalanya."Iya."
"Lo anak baru?"
"Gak. Udah tiga tahun gue sekolah di situ," sahut Mika. Entah mengapa perempuan itu bertanya seperti itu. Apakah dia teman satu sekolahannya.
"Gue juga sekolah di sana. Tapi ... Gue gak pernah liat lo tuh di sekolah," ujar Perempuan itu. Dan benar dugaan Mika, jika perempuan itu teman satu sekolahannya.
"Gue juga gak pernah liat lo di sekolah," cetus Mika. Tanpa menjawab ucapan perempuan itu.
"Gue anak Ips. Wajar aja kalau gue jarang keliatan . Kelas gue paling ujung deket kelas sepuluh," sahutnya. Mika mengangguk mengerti.
"Berarti. Hari ini lo gak sekolah dong gara-gara gue?" Tanya Mika. Merasa tidak enak.
Dia hanya tertawa kecil."Santai aja. Cuma sehari ini," sahutnya. Sambil mengeluarkan makanan yang berada di dalam kantong kresek.
"Sekali lagi maaf ya. Udah ngerepotin. Gue gak tau lagi, kalau gue gak di tolong sama lo," ujar Mika merasa bersyukur karena ada orang yang mau menolongnya.
"Iya gak papa. Gue juga masih punya hati, ada orang yang jatuh pingsan di hadapan gue. Masa gak gue tolong."
"Btw nama lo siapa? Dari tadi kita ngobrol masih gak tau nama lo siapa?" Tanya Perempuan itu.
Mika mengulurkan tangannya. Dan perempuan itu langsung menggapainnya."Nama gue Mika, nama lo siapa?"
"Nama gue Tisa," sahutnya.
"Oh iya sebelum lo pulang. Lo sarapan dulu ya, takut entar lo pingsan lagi," tutur Tisa. Mika pun hanya menurut saja.
"Makasih ya sekali lagi," ujar Mika, benar-benar merasa tidak enak.
"Iya ya. Udah sarapan dulu," suruh Tisa. Mereka berdua pun memakan sarapan dengan nikmat. Sesekali mereka mengobrol bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
RISALAH HATI
Teen FictionAku diam bukan berarti aku bisu. Terkadang berbicara tidak selalu penting untuk di ucapkan. Begitulah sosok Mika Syahira Faeza. Yang tak banyak bicara, namun teliti dalam mengamati sesuatu. Kehidupannya yang hancur karena keegoisan orang tuan nya. M...