2 | I DON'T LIKE THEM

5 4 0
                                    

Pada jam istirahat. Mika dan Alma pun sudah berada di kantin, karena mereka tidak ingin tempat duduk menjadi penuh dan tidak dapat duduk karena banyak nya murid yang lapar ke kantin.

"Mikayo. Lo mau makan apa?" Tanya Alma pada Mika.

Ia teringat jika uangnya sisa lima puluh ribu. Ia harus menghemat sebisa mungkin.

"Ehm ... Gue beli roti sama air putih aja Al," sahut Mika. Membuat Alma mengerutkan dahinya.

"Lo belum di kasih juga. Uang bulanan sama ayah lo?" Tanya Alma. Mika menggelengkan kepalannya.

Dia menghela nafas dan aga kesal mendengar hal itu."Sumpah deh. Gue gak ngerti lagi, cara pikir bokap lo kaya gimana. Lo kan hidup sendiri, seharusnya dia ngerti dong kondisi lo kaya gimana," omel Alma.

Mika hanya tersenyum tipis."Mungkin ayah gue. Lagi gak ada uang Al. Makanya gak ngirimin uang bulanan," sahut Mika, yang membuat Alma tambah tidak habis pikir dengan sahabatnya ini yang selalu berpikir positif.

"Mang oleh makan odading. Rasanya bangsa* banget," cetus Alma. Tidak nyambung. Ia terlalu kesal mendengarnya.

"Udah sana buruan beli. Keburu tambah rame," usir Mika. Yang sudah tidak ingin melihat Alma mendumel terus.

"Iye-iye gue pergi nih," jawab Alma. Lalu pergi dari meja, menuju stand makanan dan minuman.

Hidup Mika tak seenak kehidupan orang lain. Makan saja harus menghemat-hemat uang. Apalagi jika listrik belum di bayar, atau kebutuhan dapur sudah habis. Mika tidak tahu lagi harus bagaimana.

Ia mengeluh pun kondisi tidak akan berubah. Tetap akan seperti ini atau tambah buruk lagi.

Dengan kondisi seperti ini. Membuat Mika mau tidak mau harus menjadi sosok yang kuat, tegar dan sabar.

Karena jika tidak. Ia akan hidup semakin susah, karena Mika sadar, karena yang peduli dengannya adalah dirinya sendiri. Orang lain tidak sepenuhnya akan membantu dirinya.

Dan ia harus tetap semangat untuk hidupnya sendiri.

Alma pun datang dengan kantong kresek dalam genggamannya. Dan duduk di hadapan Mika.

Lalu mengeluarkan semua pesanan Mika dan Alma. Namun makanan Alma, banyak sekali yang dibeli, membuat Mika menatap Alma bingung.

Alma yang tahu ditatap seperti itupun mendongkak menatap Mika."Kenapa?" Tanya Alma.

"Itu lo beli banyak banget makanan. Lo belum makan Al?" Tanya Mika, serius.

"Udah makan. Ini makanan buat kita berdua. Lo kan tahu, perut gue gak bisa nampung semua," sahut Alma.

"Ngapain si Al gue dibeliin juga. Ngabisin duit jajan lo doang tau gak," ujar Mika, merasa tidak enak.

"Tenang-tenang. Duit gue banyak, makanya doaiin gue jadi orang kaya ya, entar gue traktir terus," cetusnya, dengan wajah senang.

"Aminin dong Mikayo," timpal Alma.

"Aminn deh," sahut Mika sambil terkekeh.

Saat mereka sedang menikmati makanannya. Lalu tiba-tiba saja kantin menjadi berisik sekali. Karena kedatangan geng badboy yang sangat Alma tidak suka.

Alma menatap mereka semua tidak suka. Apalagi dengan lelaki yang kurus tinggi itu, yang terkenal dengan buaya daratnya, yang suka menggoda perempuan.

"Gue gak suka banget sama mereka. Apalagi si Filo, Filo itu. Sok kegantengan banget sumpah," oceh Alma. Membuat Mika menoleh ke arah meja segerombolan itu.

"Yaudahlah Al. Gak usah berlebihan gitu, masing-masing aja. Jangan pernah memulai kalau gak mau masuk dalam permainan," ujar Mika, membuat Alma cemberut.

"Tapi titik. Gue gak suka Filo, gak suka geng mereka!" Dumelnya lagi.

"Iyaudah iya Alma. Udah ayo habisin makanannya, biar cepet-cepet ke kelas," suruh Mika. Namun Alma masih saja menatap ke arah meja yang berada di pojok sana.

"Jangan ditatap kaya gitu. Nanti mereka sadar Al," ujar Mika, takut jika mereka akan memarahi Alma. Karena menatap terlalu intens seperti itu.

"Biarin aja. Biar mereka sadar kalau gue. Alma yang paling imut sejagat komplek, gak suka terhadap cowok fuckboy," sahutnya, dengan kesal. Lalu Mika memilih menggeser tumbuhnya agar Alma tidak dapat melihat.

"Ish. Mika! Jangan ditutupin," celetuk Alma. Dengan tangannya yang menyuruh Mika bergeser.

"Makan Alma. Jangan cari masalah," jawab Mika. Dengan terpaksa, Alma pun melanjutkan kembali memakan makanannya dengan hati kesal.

Mika tidak tahu mengapa Alma menjadi berlebihan seperti ini kepada orang yang tidak di sukainya. Apa Alma mempunyai dendam masalalu? Entahlah Mika juga tidak tahu pasti.

Mika dan Alma pun sudah kembali ke kelasnya. Mereka duduk dengan Mika yang sedang membaca buku.

"Oh iya, Mikayo. Lo udah fotocopy buku bahasa indonesia belum?" Tanya Alma pada Mika yang asik membaca.

Mika menghentikan bacaanya. Lalu ia teringat, jika ia belum memfotocopy karena terlalu sibuk, dan tentunya bukan hanya alasan itu saja. Tentu saja karena uangnya juga.

"Besok pelajarannya ada kan. Dan diperiksa juga sama bu Hamidah," timpal Alma.

"Gue belum fotocopy. Mungkin nanti," sahut Mika. Sambil menatap buku yang ia baca.

"Apa mau gue fotocopy'in Mik? Lo kan sibuk kerja pulang sekolah," tanya Alma. Mika menggeleng tidak mau.

"Gak usah Al. Nanti pas pulang sekolah, gue fotocopy'in kok," tolak Mika. Enggan untuk merepotkan Alma lagi.

"Oke kalau lo gak mau. Tapi awas aja, sampai besok lo kena hukum karena gak kumpulin fotocopy'annya," ujar Alma.

"Iya ya Alma bawel," sahut Mika.






RISALAH HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang