Sepulang sekolah. Gardapati memutuskan untuk pergi ke tempat cafe milik abangnya Filo. Untuk menongkrong sebentar.
Mereka memilih tempat duduk yang berada di dekat kaca. Lalu memanggil pelayan dan memesan pesanan.
Namun mereka hanya bertiga saja. Sedangkan Farzan izin tidak ikut karena ada hal lain.
"Senin depan udah ulangan aja. Lier pala aing kumaha ieu," gerutu Filo. Dengan wajahnya yang suntuk.
"Santai aja kali. Pake taktik tangtingtung aja. Biasanya juga lo gitu," sahut Gardapati. Dengan entengnya.
"Rewel banget lo kaya cewek. Cuma ulangan akhir semester, bukan ngucapin ijab kabul. Ya gak usah pusing," tambah Ardan. Filo yang mendengar itupun melempar korek gas. Dan langsung saja di tangkapnya.
"Gue juga tahu bagong," jawab Filo.
"Kok lo ngegas. Mau gue kasih tau ke semua gebetan lo. Kalau lo suka cabutin bulu ketek lo itu. Mau gue kasih tau?" Tanya Ardan. Membuta Filo melotot tajam pada Ardan.
Ardan ini sangat kurang ajar. Filo jadi ingin menjambak rambut kesayangannya itu.
"Jangan gitu lah Ardana yang cakep. Kalau aib gue kebongkar, bisa berabe entar," bujuk Filo. Gardapati dan Ardan hanya tersenyum saja mendengarnya.
"Kelulusan kita udah bisa dihitung beberap bulan lagi. Lo pada mau kuliah di mana?" Tanya Gardapati pada mereka berdua.
"Gue mau buka usahan buka bengkel. Udah cape belajar mulu," jawab Ardan, dengan santainya.
"Terus kalau lo Fil?" Tanya Pati pada Filo.
"Gue belum ke pikiran kuliah di mana," sahut Filo.
🎧🎧🎧
"Mika ... Kamu anter pesanan ini ya. Ke meja di ujung sana dekat jendela," suruh pegawai senior yang berada di sana. Mika mengangguk saja.
Saat ia membawa makanan dan keluar dari dapur. Ia melihat siapa yang menempati tempat duduk di sana.
Langkah Mika menjadi lambat. Karena ini adalah pertama kalinya. Ia melihat teman satu sekolahnya makan di cafe ini.
Mika tau siapa mereka. Mereka adalah orang-orang yang Alma tidak suka, Mika pun juga samanya.
Ia mengembuskan nafas kasarnya. Dan ia aga menundukan kepalanya agar ia tidak bertatapan dengan mereka.
"Permisi ... Ini pesanannya," ujar Mika. Membuat mereka bertiga. Menggeser handphone ya yang berada di atas meja.
Mika mulai menaruh makanannya di meja. Ia masih tetap menunduk. Membuat Pati dan Filo penasaran dan saling bertatapan.
Saat sudah selesai. Mika pun izin pamit. Namun suara Filo menghentikan langkah Mika. Membuat ia memjadi gugup seperti ini.
"Mba ... Gue minta saos lagi dong," ujar Filo. Dengan terpaksa Mika menoleh dan membuat mereka menatap Mika kagum.
Parasnya yang cantik walaupun tanpa senyuman di wajahnya tetap saja hal itu tidak akan berkurang pada wajahnya.
Mika pun mengangguk lalu pergi dari sana.
"Ekspetasi gue ternyata gak buruk juga," ujar Filo. Pati bingung menatapnya.
"Maksud lo?" Tanya Pati balik.
"Iya kiraiin gue dia nunduk karena mukanya jelek. Ternyata cakep juga. Baru tau gue, abang gue punya karyawan cakep kaya dia. Masih muda lagi," cetus Filo, tersenyum senang mengetahui hal itu.
"Iya emang cantik," puji Ardan, tulus.
"Fix. Kalau lo udah muji gini. Pasti dia udah masuk ke inceran lo," ujar Filo. Dia tersenyum tipis dan hanya mengidikkan bahunya tidak tahu.
"Apalagi dia kaya ya kalem. Tipe cewek yang lo mau Ar," tambah Filo.
"Lebih ke dingin si menurut gue. Tatapannya tajem banget," jawab Gardapati.
"Iya bener."
"Yaudah kalau lo gak mau. Mau gue gebet aja, buat tambahan jadi mantan ke sembilan puluh sembilan gue," sahut Filo, terkekeh. Gardapati hanya diam, ia tidak tahu harus menjawab apa.
"Bebas. Terserah lo aja," cetus Ardana.
Mika pun kembali dengan membawa saos yang sangat penuh di tempat cup. Agar Filo tidak menyuruh Mika kembali. Walaupun ini adalah tugasnya.
Setelah selesai ia pun langsung buru-buru ke dapur untuk mengantarkan pesanan kembali. Namun tiba-tiba saja perutnya sakit dan kepalanya pusing.
Apalagi wajahnya sudah pucat. Mba Yona yang melihat wajah Mika pun langsung bertanya,"Kamu sakit Mik?" Tanya Mba Yona.
Mika tersenyum dan menggeleng."Gak kok Mba," sahutnya.
Mba Yona tahu jika Mika sedang berbohong. Lalu ia menarik tangan Mika untuk duduk di bawa meja kasir. Lalu Mba Yona memanggil Gavin yang kebetulan juga dia pegawai.
"Gavin," panggil Mba Yona.
Lelaki bernama Gavin pun menoleh dan menghampiri Mba Yona. Sambil melihat Mika yang terduduk dengan wajah pucat.
"Kenapa Mba?" Tanya Gavin.
"Kamu mau gak. Anterin pesanan ke pelanggan. Mika wajahnya pucet banget. Mba takut dia jatuh pingsan nanti," ujar Mba Yona, dengan khawatir.
Gavin yang sudah melihat wajah Mika pun merasa kasihan. Lalu dia menganggukkan kepalannya."Yaudah Mba," jawab Gavin. Lalu pergi ke dapur.
"Kamu pasti belum sarapan kan?" Tebak Mba Yona. Mika hanya tersenyum kecil saja sebagai jawaban.
Lalu Mba Yona mengambilkan rotinya yang berada meja kecil di dekat Mika. Dan langsung memberikannya pada Mika dan tak lupa air minum juga.
"Makan ya. Biar perutnya ke isi," suruh Mba Yona.
"Makasih Mba," sahut Mika dengan perasaan yang sangat senang. Karena Mba Yona sangat peduli padannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RISALAH HATI
Teen FictionAku diam bukan berarti aku bisu. Terkadang berbicara tidak selalu penting untuk di ucapkan. Begitulah sosok Mika Syahira Faeza. Yang tak banyak bicara, namun teliti dalam mengamati sesuatu. Kehidupannya yang hancur karena keegoisan orang tuan nya. M...