Mencintaimu

136 9 2
                                    

"Cinta merupakan sesuatu yang indah. Diperjuangkan dan memperjuangkan seseorang membuat cinta akan semakin kuat. Lalu bagaimana jika cinta hadir di saat yang tidak tepat? Saat gadis yang kau cintai adalah kekasih sahabatmu sendiri. Akankah cinta tetap akan indah pada waktunya? Ataukah akan berakhir dengan ketidakpastian selamanya?"


Boruto POV

Aku membuka mataku, yang ku lihat hanya ruangan putih dengan alat-alat medis yang menempel di tubuhku.

Aku menghela nafas, menaruh lenganku untuk menutup kedua mataku yang terpejam. Aku sepenuhnya tau mengapa dan bagaimana aku bisa berada disini.

Ku dengar derit pintu terbuka, namun tak sedikitpun mengalihkan atensiku.

"Kau sudah sadar rupanya" ucap lembut seorang gadis

Aku membelalakkan mata yang masih ku tutupi dengan lenganku. Aku tak percaya mendengar suaranya, di saat seperti ini. Ku harap ini hanya mimpiku saja. Aku tak ingin cintaku semakin dalam karena perlakuannya.

"Apa kau baik-baik saja?" tanyanya

Aku mencoba mengubah posisiku menjadi duduk. Saat aku kesulitan, dia dengan sigap membantuku dan mengatur bantal untuk menjadi tempatku bersandar.

"Ya. Aku baik-baik saja" ucapku

Aku menengok ke belakang gadis itu, namun tak nampak pemuda yang saat ini berstatus sebagai kekasihnya.

"Kau mencarinya? Ia tak ikut kesini, aku hanya sendiri. Apa kau sedang ada masalah dengannya?"

"Tidak. Kami tidak memiliki masalah apapun"

"Baguslah. Kalau begitu aku akan pergi. Melihat kau baik-baik saja sudah membuatku merasa lega" ucapnya sembari tersenyum

Saat ia akan melangkah, aku menarik lengannya hingga ia terduduk membelakangiku di ranjang rumah sakit. Aku tak melepaskan peganganku dan menyembunyikan wajahku di punggung mungilnya.

"Hei. Kau kenapa?" ucapnya terkejut

"Biarkan begini sebentar saja"

"Apa kau merasa ada yang sakit? Biar ku panggilkan dokter" ucapnya mulai khawatir

"Iya, ini sedikit sakit. Jadi biarkan begini sebentar saja"

Tanpa sadar air mataku telah meluncur. Sungguh aku tak mampu menahan rasa cintaku kepadanya, namun kenyataan tak memihakku untuk selalu bersamanya.

"Hei. Kalo kau kesakitan sebaiknya kau lepaskan aku, aku akan segera memanggil dokter" nadanya sedikit meninggi

Aku tak menjawab, hanya terus bersembunyi dibalik punggung mungilnya sembari menangis. Entah tangisku karena perasaan cintaku yang begitu besar atau karena perasaan bersalahku akan cinta yang datang tanpa mampu ku hilangkan.

Ku lepaskan genggamanku, membiarkan dia pergi. Namun gadis itu tetap berada disini dengan tatapan kekhawatirannya.

"Kau tidak apa-apa?"

Aku tak menjawab, hanya menundukkan wajahku agar ia tak melihat bagaimana tak berdayanya aku saat di depannya.

"Hei Boruto, kau tak apa-apa kan?" tanyanya lagi

"Umm... Aku sudah tak apa. Terima kasih" jawabku

"Kalo begitu aku pamit dulu, sekalian ku panggilkan dokter untuk memeriksa kondisimu. Dan aku juga akan memintanya untuk datang kesini menjagamu. Semoga lekas sembuh Boruto" ucapnya sembari meninggalkan ruang rawatku.

Ku hela nafas panjang dan memejamkan mataku.

"Apa yang baru saja aku lakukan?" batinku, membuka mata dan melihat keluar jendela

"Ternyata kau sudah sadar"

".........."

"Aku tadi bertemu Sarada di koridor. Tak kusangka ia datang kesini sendiri"

"..........."

Ucapan seorang pemuda yang masuk ke indera pendengaranku tak membuatku tergerak untuk menanggapinya. Aku hanya diam mendengarkan segala yang ia katakan.

"Kenapa kau melamun? Apa kau menyesali kekalahanmu?" ucap pemuda tersebut sembari tertawa dan duduk disamping ranjang rumah sakit

"Tak seperti biasanya kau kalah dari Kawaki, bahkan sampai di rawat seperti ini. Apa ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu saat ini?"

Aku mengalihkan pandanganku padanya, tanpa memberikan jawaban apapun. Aku hanya sedikit terkejut dengan kata-katanya.

"Bagaimana ia tahu bahwa akhir-akhir ini pikiranku sedang kacau?" batinku

"Pasti saat ini kau sedang bertanya-tanya 'bagaimana aku tahu'. Hei Boruto, aku ini sahabatmu. Aku memperhatikan tingkahmu sangat kacau akhir-akhir ini. Jika kau sedang ada masalah, kau bisa ceritakan padaku atau yang lainnya. Apa kau tak menganggap kami teman?"

Ucapannya sedikit menyentakku. Aku hanya tak ingin mereka tahu bahwa aku menyukai Sarada, bahkan mencintainya. Apa yang akan mereka pikirkan tentangku, terlebih Sarada adalah kekasih sahabatku sendiri.

Aku hanya menundukkan kepala untuk kesekian kalinya, menautkan jari jemari dan menggenggamnya sangat erat.

"Apa aku harus menceritakannya pada Shikadai? Setidaknya ia salah satu sahabatku yang dapat ku percaya" batinku

Aku berada dalam dilema. Di satu sisi aku berpikir dengan menceritakan perasaanku maka dia akan dapat membantuku untuk mengatasi perasaanku ini. Namun disisi lain, aku tak ingin dia menilaiku sebelah mata karena perasaanku yang tidak seharusnya.

"Shikadai"

"Hmm?"

"Aku mencintai Sarada" ucapku lirih

Dia menyemburkan minuman yang baru saja dia minum. Aku tahu betapa terkejutnya dia mendengarkan pernyataanku barusan.

"Apa kau gila? Kau tahu kan dia kekasih sahabat kita, Mitsuki"

"Iya, aku tahu itu"

"Jadi, hilangkan perasaan bodohmu itu Boruto"

"Aku sudah mencobanya. Perasaanku bukannya semakin menghilang, namun malah bertambah kuat"

"......."

"Kau tahu dengan jelas bukan, menghilangkan perasaan cinta pada seseorang itu sangat sulit"

"Aku tak tahu harus bereaksi seperti apa lagi, tapi kau benar-benar gila dengan perasaanmu itu" ucap Shikadai sembari melipat tangannya di depan dada

ONESHOTWhere stories live. Discover now