Distrik 8 atau sering disebut sebagai distrik pertanian. Distrik ini berisikan warga yang bekerja didunia pertanian saja. Entah itu sebagai petani atau pengolah pupuk. Suasana yang begitu asri dan tenang menjadi salah satu ciri khas dari distrik ini. Memang benar kalau distrik ini disebut sebagai distrik pertanian tapi ada beberapa tempat yang menjadi area swasta khususnya di bidang rekreasi. Mereka disana menyewakan sebuah penginapan untuk orang-orang yang sedang berlibur ke distrik ini.
Sudah 5 tahun lamanya aku ikut membantu menjalankan penginapan ini. Karena sistem SITDIS mau tidak mau aku harus bergerak di bidang ini. Sebenarnya penginapan ini diserahkan seluruhnya kepada kakakku. Ayah sepertinya lebih percaya kepada kakakku ketimbang kepadaku. Namun apa boleh buat itu sudah keputusannya. Sebagai gantinya aku bisa membantu kakak untuk menjalankan penginapan ini. Setelah melakukan hal itu aku berencana untuk memanen wortel yang sudah aku tanam bersama Sebastian. Sebastian adalah salah satu pelayan yang bekerja dikeluarga kami. Sepertinya karena sistem ini semua anggota keluarga Sebastian harus menjadi pelayan. Setelah mengganti pakaianku yang kotor aku pun pergi kehalaman belakang penginapan. Disana sudah terlihat Sebastian yang membawa semua peralatan untuk berkebun.
" Apa tuan sudah siap?"
" Tentu saja, aku tak sabar wortel ini akan dimasak seperti apa nanti."
Tak perlu waktu lama kami berdua sudah menyelasaikan pekerjaan ini. Dibalik kulit keriputnya tersebut nafasnya mulai terengah-engah. Sambil meminum air putih yang ia bawa ia mulai mendekatiku. Ia kemudian menawarkan air putih dari botol kedua yang ia bawa.
" Silahkan tuan, aku tidak ingin melihat tuan sampai sakit nanti."
Ia memang seperti itu sejak dulu. Ia sudah menganggapku seperti anaknya sendiri. Dan jujur saja bagiku ia lebih baik daripada ayahku sendiri. Ayahku selalu saja sibuk dengan pekerjaannya. Sewaktu kecil dulu aku sering menghabiskan waktu bersama Sebastian. Jadi hubungan kami sudah sangat dekat sejak dulu. Kami berdua masih duduk dibawah pohon untuk meredakan lelah sewaktu Diana datang. Ia merupakan juru masak dipenginapan ini sekaligus istri dari Sebastian. Wajahnya terlihat sangat khawatir.
" Tuan Heri, apa ayah tuan tidak apa-apa? Apakah ia sakit?"
" Aku rasa ia baik-baik saja, kemarin ia terlihat sangat sehat. Memangnya kenapa?"
" Tidak, hanya saja ayah tuan masih belum keluar dari kamarnya. Aku khawatir kalau dia kenapa-napa."
Setelah mendengar perkataan seperti itu Sebastian langsung bangkit dari duduknya. Seketika wajahnya berubah menjadi serius.
" Tuan, sebaiknya kita segera memeriksa kamar ayah tuan!"
Kami bertiga akhirnya masuk kedalam meninggalkan tumpukan wortel ini diluar.
******
Aku mulai memilah-milah kunci yang sudah aku bawa ini. Aku memegang semua kunci kamar dipenginapan ini termasuk kunci kamar ayah. Setelah naik kelantai dua kami bertiga mulai menyusuri lorong yang lumayan Panjang ini. Atas ide dari kakakku aku menaruh meja kayu berukir disebelah kanan lorong ini lengkap dengan vas bunga diatasnya. Sedangkan dibagian kirinya terdapat pintu-pintu kamar yang berjajar. Karpet biru ini menyelimuti lantai dari lorong tersebut. Sebenarnya aku masih belum tahu kenapa kakak menyuruhku untuk memasang karpet di lorong ini. Seperti dugaanku kamar ayah masih terkunci rapat. Ternyata tidak sia-sia aku membawa kunci-kunci ini. Setelah kubuka pintunya aku melihat ayahku yang masih tertidur pulas diatas ranjang. Bagiku itu adalah hal yang wajar karena kemarin ia begadang sampai larut malam bersama Tuan Diaz teman lamanya dari Portugal. Aku dan Sebastian berbarengan menghembuskan nafas Panjang karena lega setelah memastikan keadaan ayah. Namun Diana tidak. Ia terlihat semakin khawatir. Ia kemudian mulai mendekati ranjang tersebut. Namun setelah beberapa langkah ia berhenti. Ia diam mematung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Esok Yang Lebih Baik
Science-FictionSemuanya saling berseberangan, apa yang aku ingat tidaklah pernah terjadi. Namun apakah semua itu benar? aku merasa yakin kalau hal tersebut benar-benar terjadi, lantas mengapa hal itu dibantah disini? Sembari mengikuti detektif ini aku berusaha men...