• Chapter 3 : Apartemen

1 0 0
                                    

Sudah satu tahun lamanya gadis itu berada disini dan smeua usahaku untuk mencari informasi mengenai gadis itu tak ada yang membuahkan hasil. Kantor ini jadi sedikit ramai semenjak ia mulai tinggal disini. Gadis ini mengingatkanku akan temanku sewaktu muda dulu. Ia memang pendiam namun karena hal itu juga ia menjadi sangat ceroboh. Ya setidaknya hal itu bisa menjadi hiburan pria berusia 28 tahun seperti ku ini. Aku menyuruhnya untuk tinggal dikantor sampai identitasnya jelas. Memang aku sempat berpikir yang tidak-tidak kepadanya namun aku tetap membulatkan tekad untuk membantunya karena ia sangat mirip dengan temanku dulu. Untung saja ia cepat beradaptasi disini. Aku senang melihatnya bisa akrab dengan pegawaiku yang lain. Sepertinya ia memang supel meskipun pendiam.

Pagi itu seperti biasa aku pergi sarapan roti ditempat favorit ku. Mendung sedikit menyelimuti langit kala itu sehingga aku membawa payung untuk berjaga-jaga kalau sekiranya akan turun hujan. Banyak sekali orang berlalu lalang di jalanan pagi ini. Wajar saja itu terjadi karena sekarang hari minggu dan kebetulan jalanan disini diadakan CFD setiap hari minggu. Bus dan kendaraan umum lainnya tidak akan melewati jalanan disini. Dan juga kalau ingin naik bus kita harus berjalan sedikit lebih jauh, tapi menurutku akan lebih baik kalau naik kereta saja karena stasiunnya tak jauh dari sini. Baru saja aku berjalan beberapa langkah aku menyadari ada yang baru disekitarku. Tak terasa pembangunan apartemen tepat disebelah kantorku sudah selesai sekarang. Apartemen ini terkesan kecil namun elegan. Aku bisa bilang kalau apartemen ini kecil karena apartemen ini hanya terdiri dari 5 lantai saja. Dan juga jarak antar lantainya sangat kecil hingga orang biasa pun mampu memanjat dari luar menggunakan tali tanpa takut terjatuh. Sepertinya apartemen ini sudah penuh. Padahal aku ingin membeli satu agar tidak terlalu jauh kalau ingin berangkat kekantor.

" Selamat pagi anak muda!"

Ini dia muncul juga si kaisar papan. Pria 50 tahun ini mendekat dan memukul pundakku seraya membenarkan kemeja yang menutupi perut buncitnya tersebut.

" Apa bapak ingin pergi sarapan juga?"

" Tentu, kau ingin sarapan roti bukan?"

Kaisar papan begitulah orang-orang memanggilnya. Lelaki setengah abad ini sangat mahir memainkan segala macam permainan papan. Entah itu catur, shogi, dam, halma, bahkan monopoli pun aku tak pernah melihatnya kalah sekalipun. Saat apartemen miliknya masih dibangun ia sering begadang dikantorku dan menantang semua pegawaiku untuk bermain dengannya. Dan tentu saja ia selalu menang. Aku bahkan sampai lupa sudah berapa kali aku kalah bermain catur dengannya. Pagi itu aku sarapan bersamanya dan mendengar ceritanya tentang macam-macam orang yang tinggal diapartemennya.

" Tempo hari aku baru menyadari kalau salah satu pegawai kebersihan diapartemenku tidak punya rumah."

" Mengejutkan sekali, aku heran bagaimana bisa ia sampai tidak punya rumah."

" Entahlah, ia tidak mau cerita. Tapi yang jelas setiap kali aku mengikutinya diam-diam dia selalu tidur dimasjid dan bangku-bangku ditaman kota."

Aneh sekali, aku yakin diera pemerintahan ini pasti semua warga memiliki rumah, setidaknya tempat untuk berteduh dari panas dan hujan.

" Lantas anda bagaimana?"

" Tentu saja aku memberikannya satu apartemen yang ada dilantai 4. Aku memberikannya seperempat harga saja."

Ya tepat seperti dugaanku. Orang sepertinya mana mungkin tega melihat hal seperti itu. Lalu kami berdua pun keluar dari kedai itu bersama dan berniat untuk kembali pada kegiatan masing-masing. Sudah hampir setengah perjalanan yang kami tempuh, kaisar papan ini tiba-tiba saja membuat raut wajah aneh ketika sedang mengangkat telepon dari seseorang. Lalu ia seketika berlari setelah menutup telpon tersebut. Jujur saja aku hanya bisa terperangah melihat kelakuan pak tua ini. Sebenarnya apa yang membuatnya sampai berlari seperti itu?

Esok Yang Lebih BaikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang