BAGIAN 5

201 14 0
                                    

Jeritan-jeritan terus terdengar dan saling susul-menyusul. Korban pun semakin banyak berjatuhan. Ki Bagas Salaya yang melihat semua kejadian ini, menjadi terkejut bukan kepalang.
"Mundur kalian semua...!" teriak Ketua Padepokan Kapak Sakti memberi aba-aba pada muridnya.
Sisa murid Padepokan Kapak Sakti yang hanya tinggal beberapa orang segera menjauh dari pertempuran Ki Bagas Salaya melompat kedepan sambil melintangkan kapaknya didepan dada.
"Tindakanmu benar benar sangat keji, Batu Kumbara! Kau bunuh murid-muridku yang tidak berdosa!" geram Ki Bagas Salaya dengan wajah berubah merah padam.
"Hahaha...! Tidak perlu gusar, Kakek Renta. Anggap saja kau membayar semua hutangmu berikut bunganya. Kau pun tidak perlu merasa berkecil hati. Karena, sebentar lagi akan mendapat giliran yang sama!"
"Bangsat! Aku tidak akan pernah merasa puas sebelum mencincang tubuhmu...!"
Bergetar sekujur tubuh Ki Bagas Salaya. Diam-diam tenaga dalamnya mulai dikerahkan kebagian telapak tangannya. Tangan itu selanjutnya telah berubah putih berkilauan. Sambil membentak lantang, Ketua Padepokan Kapak Sakti ini mengibaskan tangan kirinya ke depan, mempergunakan tiga perempat dari seluruh tenaga dalamnya.
Batu Kumbara sama sekali tidak menduga kalau lawannya melepaskan pukulan 'Inti Surya'. Sehingga ketika pukulan berhawa panas luar biasa itu menderu kearahnya, dia sudah tidak sempat menghindarinya. Akibatnya, dengan telak pukulan itu menghantam tubuhnya.
Glar! Glar!
Terdengar ledakan dahsyat dua kali berturut-turut. Tampak Batu Kumbara jatuh terguling-guling. Dari sudut-sudut bibirnya menetes darah kental. Tapi anehnya dia sudah bangkit kembali. Bibirnya langsung menyeringai, membayangkan kekejamannya. Sementara Bagas Salaya memandang lawannya dengan sinar mata seakan tidak percaya.
"Hm.... Sekarang kau telah mengerti, siapa aku yang sebenarnya. Tiga tahun yang lalu, kalian bisa berbuat seenaknya. Tapi tidak untuk hari ini. Kau akan merasakan, betapa pedihnya pembalasanku!" dengus Manusia Bangkai.
Hanya dalam waktu sekejap saja kedua mata Batu Kumbara yang tajam berkilat-kilat telah berubah menjadi merah membara. Tak sampai di situ saja. Batu Kumbara juga mulai mengerahkan jurus 'Hantu Gentayangan' dalam menggempur lawannya.
Dua leret sinar merah yang melesat dari kedua mata Batu Kumbara melesat kearah Ki Bagas Salaya. Namun Ketua Padepokan Kapak Sakti ini, dengan mengandalkan jurus Bayang-bayang Menerjang sudah bergerak menghindar. Sinar merah yang melesat dari mata Batu Kumbara hanya menghantam batu besar di belakang Ki Bagas Salaya, sehingga menimbulkan ledakan menggelegar.
Manusia Bangkai tampaknya terkejut sekali melihat kenyataan di depan matanya. Sama sekali tidak disangka kalau lawannya masih dapat menghindari serangannya. Bahkan sekarang telah berusaha mendesaknya dengan serangan kapak di tangan yang demikian gencar.
"Hiyaaa...!" Batu Kumbara berteriak nyaring. Tangan kirinya dengan nekat bermaksud mencengkeram senjata lawannya. Namun dengan gerakan sangat tak terduga, Ki Bagas Salaya membelokkan serangan ganas kebagian perut.
Manusia Bangkai berteriak nyaring. Tangan kirinya bergerak cepat ingin menyambar senjata lawan. Namun dengan gesit, Ketua Padepokan Kapak Sakti berhasil menarik senjatanya. Bahkan langsung bergerak mendesak dengan serangan kapaknya yang cukup gencar!
Crak!
"Eeeh...!" Ketua Padepokan Kapak Sakti ini jadi terkejut setengah mati. Dan dengan cepat dia melompat mundur sejauh tiga batang tombak. Tangannya yang memegang gagang kapak terasa kesemutan. Sementara perut lawan yang dihantam dengan kapaknya sedikit pun tidak mengalami akibat apa-apa.
"Bangsat! Ternyata dia kebal senjata!" laki-laki renta itu memaki panjang pendek.
Namun Ki Bagas Salaya tidak punya kesempatan lagi untuk berpikir lebih jauh. Karena pada saat itu, Batu Kumbara disertai teriakan melengking tinggi sudah menerjang kedepan. Sementara kedua matanya yang memerah laksana bara sudah berkedip.
Lagi-lagi, dua leret sinar merah menerjang kearah Ketua Padepokan Kapak Sakti. Namun Ki Bagas Salaya yang telah mempunyai segudang pengalaman di rimba persilatan, bertindak cukup hati-hati. Begitu melihat serangan yang sangat mematikan itu, tubuhnya melompat ke samping kiri sambil menjatuhkan tubuhnya dan terus berguling-guling.
"Manusia keparat! Alot juga kau rupanya!" teriak Batu Kumbara, geram bukan main. Kemudian tubuh Batu Kumbara melesat ke depan melepaskan satu pukulan jarak jauh. Seketika seleret sinar hitam yang menebarkan hawa dingin membekukan kembali melabrak Ketua Padepokan Kapak Sakti.
Ki Bagas Salaya terkesiap. Segera kapak di tangannya dikebutkan sambil melepaskan satu pukulan tangan kosong. Langkah Batu Kumbara tersurut. Sementara pukulan yang dilepaskannya terus melesat, menebarkan hawa dingin membekukan. Pada saat yang sama, pukulan 'Inti Surya' yang dilepaskan Ki Bagas Salaya meluncur deras. Dan...
Glar! Blar!
Dentuman-dentuman dahsyat terdengar begitu dua pukulan itu beradu. Baik Batu Kumbara maupun Ki Bagas Salaya sama-sama terpelanting roboh. Tapi, rupanya bagi Batu Kumbara hal ini tidak membawa akibat apa-apa.
Lain halnya yang terjadi terhadap Ketua padepokan Kapak Sakti ini. Dada Ki Bagas Selaya seperti mau pecah. Dari mulut serta hidungnya mengucur darah kental yang sangat banyak. Dengan tertatih-tatih, Ki Bagas Salaya berusaha bangkit berdiri, kendati terhuyung-huyung. Wajahnya yang pucat tampaknya sudah tidak dihiraukan lagi.
Melihat keadaan lawannya, Batu Kumbara menyeringai kejam. "Ajal bagimu sudah hampir tiba, Kakek Renta! Seperti apa yang kukatakan pertama tadi, sekarang bersiap-siaplah menyongsong ajal!" desis Manusia Bangkai.
Ki Bagas Salaya sama sekali tidak menyahut. Saat itu, mata iblis Batu Kumbara telah berkedip. Sekali ini, tampak cahaya terang menyilaukan mata menderu kearah Ketua Padepokan Kapak Sakti. Akibat luka dalam yang cukup parah, rupanya Ki Bagas Salaya merasa tidak mampu menghindari serangan yang sangat mematikan itu. Sehingga, hanya mampu memutar senjata di tangannya untuk melindungi diri.
Wus!
"Heaaa...!"
Kapak berbentuk pipih itu menderu, menimbulkan sinar putih bergulung-gulung menyilaukan mata. Pada saat itu, sinar merah membara yang melesat dari kedua mata Batu Kumbara langsung menghantam pertahanan Ki Bagas Salaya.
Glar!
Terjadi benturan yang sangat hebat. Ki Bagas Salaya langsung menjerit sambil melepaskan kapaknya yang meleleh seperti air. Tubuhnya terpelanting roboh. Sekujur tubuhnya tampak melepuh, bagai tersiram air panas. Sambil mengerang kesakitan, dilepaskannya pukulan terakhir kearah Batu Kumbara yang sedang bergerak mendekati.
"Manusia setan!" teriak Batu Kumbara ketika melihat datangnya sinar putih mengancam ke arahnya.
Batu Kumbara kembali mengedipkan matanya. Sehingga kembali meluncur sinar hitam. Akibatnya, pukulan yang dilepaskan Ki Bagas Salaya langsung berbalik. Bahkan langsung menghantam Ketua Padepokan Kapak Sakti itu.
"Aaa...!" Terdengar suara teriakan yang menyayat hati. Tubuh Ketua Padepokan Kapak Sakti ini ambruk, dan tidak bergerak-gerak lagi untuk selama-lamanya.
"Hahaha...! Mampus juga akhirnya orang-orang tidak berguna sepertimu! Rasa sakit hati ini belum terbalas, selama aku belum membasmi Padepokan Golok Perak. Dananjaya adalah orang yang paling bertanggung jawab dalam penderitaan yang kualami selama ini! Tunggu.... Aku akan mencabut nyawa kalian!" teriak Batu Kumbara melengking tinggi. Kemudian tubuhnya berkelebat ke satu arah tanpa menghiraukan mayat-mayat yang bergelimpangan.

149. Pendekar Rajawali Sakti : Teror Manusia BangkaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang