Part 10

1.6K 161 43
                                    

  Untuk pertama kalinya hatiku menjadi gelisah

Kini sangat sulit bagiku untuk menunggu
Kau telah mengendalikan hatiku

Sepanjang malam aku tak dapat tidur
Setiap saat kau menyiksaku dengan aku terus memikirkanmu 

Bagaimana aku mengatakannya padamu tentang keadaanku

Setelah pergi jauh dari suatu tempat aku datang ke sisimu

O sayangku apa yang telah terjadi pada hatiku
Racun tatapan matamu telah merampas hatiku


kesederhanaanmu telah mencuriku
Rasa luka kini terlihat menyenangkan bagiku

Hari ini aku mengerti apa itu cinta
Kini aku memiliki kepercayaaan pada debaran hatiku 

__________________

Jaemin sedang sibuk memasak untuk makan malam mereka ketika Jeno mencarinya. Di ujung tangga, Jeno tersenyum ketika melihat orang yang dicintainya sedang menata makanan dimana makan. Jeno memutuskan turun dan mengahampiri Jaemin.

"Selamat malam, tuan muda." Sapa Charlie ketika Jeno baru saja tiba dianak tangga terakhir.

"Selamat malam, Charlie. Tugasmu sudah selesai kau bisa kembali besok pagi." Balas Jeno menyapa Dan menyuruh supir pribadinya itu kembali esok pagi.

"Baik, tuan muda. Saya permisi." Pamit Charlie kemudian berlalu dari sana.

Sepeninggal Charlie, Jeno kembali melanjutkan langkahnya menghampiri Jaemin.

"Merry!" Panggilnya pada bibi Merry yang sedang membantu Jaemin menyiapkan makan malam.

"Iya, tuan muda." Bibi Merry menghampiri tuan mudanya.

"Sepertinya kamarku belum kau bersihkan dengan baik, tolong bersihkan kembali."

"Baik, tuan muda."

Jeno mengucapkan terimakasih dan bibi  Merry meninggalkan ruang makan menuju kamar Jeno untuk melaksanakan yang diperintahkan tuan mudanya itu. Sebelum Bibi Merry meninggalkan ruang makan, Ia mengajak juru masak untuk mengikutinya.

Sebenarnya ini hanya alasan Jeno saja agar Ia bisa berduaan bersama Jaemin. Meskipun Jaemin sibuk menyiapkan makanan.

Jeno berjalan mendekat ketika Jaemin sedang fokus dengan masakannya. Jaemin menoleh kebelakang ketika merasakan ada seseorang dibelakangnya.

Jaemin melarang Jeno ketika pria itu ingin mengambil kentang.

"Apakah aku tidak boleh mencobanya?" Tanya Jeno.

"Ini belum siap,"

Jeno berpindah tempat ke samping Jaemin dan menyenderkan sikunya di kitchen set.

"Kapan akan siap?" Tanya Jeno lagi.

Jaemin menoleh, "Aku akan memberitahumu jika sudah siap," Balasnya sembari mengaduk sayur dalam panci.

"Aku siap!" Sahut Jeno dengan lirih nyaris seperti bisikan tapi Jaemin masih bisa mendengarnya. "Em__ maksudku, makanannya, aku sudah lapar." Dengan cepat Jeno melanjutkan ucapannya ketika Jaemin menoleh padanya.

"Tunggu sebentar lagi,"

"Aku akan menunggu." Ujarnya, kemudian berjalan mendekati Jaemin yang sedang menyiapkan mangkuk untuk sayur. "Sshh, Aww!" Entah karna Jeno yang ceroboh atau melamun, tanpa sengaja ia menyentuh panci panas membuatnya berteriak kesakitan.

Memilih Cinta ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang