Chapter 6 - Chance

281 26 1
                                    

Chanyeol's POV

Tak bisa ku gambarkan bagaimana bahagianya diriku saat ini. Aku benar-benar bangga pada diriku sendiri yang akhirnya bisa mengajak pria mungil ini pergi. Meski aku tahu ia melakukannya karena ia kalah dariku, bukan karena hatinya yang tulus ingin pergi denganku, tapi tak apa.

Aku yakin, aku bisa mendapatkan hatinya kembali dan mengetahui alasan mengapa dia melihatku seperti orang asing. Aku benar-benar lupa untuk menanyakan pada In Sung ahjussi tadi. Ah pabbo.

Aku mematikan mesin mobil ketika sampai di tempat tujuan. Sungai Han.

"Ehm, Kyung, apa kau keberatan jika aku mengajakmu kemari?"

Dia menjawabku dengan gelengan. Lalu dengan segera melepas seat belt, membuka pintu mobil dan keluar. Ah dia pasti mengantisipasi agar aku tidak membukakan pintu seperti kejadian kemarin.

Aku pun segera turun dan menyusulnya.

Kami berjalan berdampingan dengan saling diam. Kyungsoo berjalan dengan tangan yang saling bertautan dan kepala yang tertunduk. Hm, aku tahu sepertinya alasan kenapa dia tadi menabrakku.

Aku heran, Kyungsoo yang ku kenal tidak sependiam ini dulu. Dia selalu ceria dan memiliki banyak sekali bahan untuk dibicarakan.

Haaahh, apa yang sebenarnya terjadi padamu Kyung?

"Kyung, ayo kita duduk di sana." Ajakku yang langsung dijawab anggukan olehnya.

Setelah menyamankan diri di kursi panjang, aku pergi ke sebuah kedai es krim tidak jauh dari sana.

"Ini."

Aku mengulurkan se-cup es krim rasa coklat. Aku yakin Kyungsoo akan menerimanya karena seingatku rasa favoritenya adalah coklat. Tapi aku jadi ragu dengan keyakinanku ketika Kyungsoo hanya menatapku dan cup es krim yang ada ditanganku secara bergantian bergantian.

"Gomawo Hyung."

Aku tidak bisa menyembunyikan senyumku ketika dia akhirnya menerima es krimnya. Dan setelah sekian purnama akhirnya dia bersuara juga. Meskipun setelah itu dia kembali diam dan menikmati es krimnya.

"Hyung,,,"

Aku hampir tidak percaya pada telingaku ketika Kyungsoo baru saja memanggilku. Tapi ketika aku menoleh padanya, 2 manik bulat itu tengah menatapku. Barulah aku yakin.

"Y-ya?"

"Katakan apa maumu?"

JLEB

Ku telan ludahku dengan susah payah. Aku merasa terintimidasi dengan tatapannya. Ia seolah tengah menelanjangiku saat ini.

"Ma-maksudmu?"

"Hyung, kau sama sekali tidak menghubungiku sejak pertemuan kita malam itu sampai kita kembali bertemu lagi hari itu di hotel. Dan kenapa sekarang tiba-tiba kau datang ke rumahku dan ingin mengajakku pergi."

Huft, baiklah. Sepertinya aku harus mengatakan sejujurnya apa yang hatiku inginkan. Kuubah posisi dudukku hingga hampir berhadapan dengannya. Ku tatap kedua netra bulat indahnya dengan lembut namun serius.

"Saat itu aku menyerah padamu Kyung. Setelah makan malam kita waktu itu, aku mengatakan pada appa dan eomma bahwa aku menolak perjodohan ini. Aku tidak bohong saat aku mengatakan jika aku mencintaimu. Aku memang mencintaimu Kyung. Dan bagiku, cara terbaik untuk mencintaimu adalah melihatmu bahagia. Aku bisa melihat kebahagiaan yang terpancar dari sorot matamu ketika kau menerima telfon dari kekasihmu, dari situ aku berfikir jika kebahagiaanmu adalah bersama pria itu. 

Namun kejadian di hotel tempo hari membuatku berfikir ulang. Aku bahkan merasakan sakit yang lebih dari yang kau rasakan Kyung. Aku kecewa dan tersakiti oleh diriku sendiri yang membiarkan orang yang kucintai terluka. Karena itu aku kembali menginginkanmu Kyung. AKu bersumpah tidak akan pernah membiarkanmu menangis kecuali itu adalah tangis bahagia."

Love (Remember You)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang