pengawal cerita

5.4K 460 42
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Gemerlap lampu menghujam atensi, detak jantung berpacu pemicu bimbang. Meruntuhkan segala dogma keberanian yang awalnya meliputi diri. Nyali yang awalnya telah terpupuk rutin melalui tekad, kini runtuh seketika.

Tatapan penuh intimidasi di terima melalui aura. Tegukan ludah kasar jua telah di lakukan, kakinya bergetar, kedua jari jemari kecil itu pun terasa kebas pada sisi tubuh. Desau angin malam meremangkan kuduk.

Langkahnya melaju skeptis, diikuti pandangan yang memicing, berusaha memusatkan segala fokus untuk memastikan objek di depannya. Cahaya remang, dan hanya di terangi dengan satu lampu jalan seakan tengah menyombongkan diri; merepresentasikan fakta bahwa hanya ia lah yang mampu menjadi pusat fokus para pengendara maupun pejalan kaki.

Menyala di antara mereka yang padam, rasa terima kasih ingin di kumandangkan karena telah menerangi sekitar, namun sesuatu yang berdiri di bawahnya yang membuat dirinya meruntuhkan keberanian yang selama ini ia punya.

Pakaian serba hitam, menggunakan topi dan sepatu dengan warna senada. Sosok itu terdiam kaku karena merasa terpergok akan keberadaan nya.

Apakah sosok itu jahat?

Impresi kalut berkelana mengitari mantiknya. Langkahnya mundur skeptis, netranya semakin melebar, kala satu seringai muncul pegari pada bibir sosok-serba hitam tersebut.

Pertanda buruk.

Seakan mendapati mangsanya yang hendak kabur, sosok itu dengan cepat berlari menghampiri. Rasa takut semakin menggebu, tubuh mungilnya dengan cepat berbalik arah dan melaju dengan kemampuan yang ia bisa. Namun naas, langkahnya tidak cukup lebar untuk itu, tubuhnya telah terperangkap oleh kedua lengan kekar yang membingkai diri.

Nafasnya memburu, seakan selesai mengikuti ajang lari jarak pendek-ah tidak! Ini lebih dari itu. Mulutnya terbuka sedikit mengais-ngais segala oksigen. Tangannya kanannya terulur menyentuh lengan yang masih bertengger kuat pada lehernya, mencengkeram, bahkan berusaha melepaskan cekalan kuat pada tubuh mungilnya.

Tubuhnya semakin menegang, kala kepala pria serba hitam mendekatkan wajah hingga pada sisi telinga, hembusan nafas membelai leher sampai telinga, bukan lagi rasanya. Tubuhnya semakin meremang.

"You lose, babe-"































"-And ... do you miss me?"











































"HAH!"

Kedua netra jelaga itu terbuka lebar, nafasnya tersengal. Mimpi itu lagi. Dirinya benci ini. Selalu mendapat mimpi yang-uh ... Benar-benar nightmare.

Terasa nyata, dan begitu menguras tenaga.

Netranya ia bawa untuk beredar menyapa sekeliling. Setelah di rasa tenang, ia pun kembali merebahkan diri, dan meringkuk di bawah selimut bermotif Moomin miliknya.

Sosok itu, sosok yang membuat tubuh dan hatinya semakin memburuk selepas kepergian nya. Kepergian yang tidak akan pernah bisa menemukan jalan kembali.

Sebesar apapun membentang asa, meng-khusyukan lafalan do'a, dan merekes sampai kedua kaki berlutut. Tidak akan bisa mengembalikan sosok tersebut. Kecuali, jika Tuhan menghendaki dan dapat menggantikan sosok tersebut dengan sosok lain yang mampu mengerti diri.





"Maafkan aku, Jeno. Maaf."










__________________________________






































__________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aubade - Jaemren [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang