[8]

1K 203 66
                                    

Asaku terkikis tipis-tipis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Asaku terkikis tipis-tipis.
Menadah Ribang yang semakin anarkis.
Mendesak, lagi menuntut sua bagai kaum utopis.
Namun jiwaku, lebih memilih apatis.

.
.
.
.





Gelombang-gelombang kasih sebagai manifestasi dari peristiwa serta leksikon dengan makna ajakan yang telah terjadi beberapa waktu lalu. Sungguhan mencerminkan perubahan setidaknya sedikit dari diri si pelakon utama.

Tawa dan tatapan teduh tak luput sehari pasti ia tampilkan, sebuah kemajuan yang menjadikannya pula sebuah langkah awal Renjun menuju kebangkitan. Bangkit dari keterpurukan, mengikis nestapa yang sempat ia puja, memapas sesal yang sempat ia senandungkan sembari berurai air mata.

Metamorfosis sifat yang terjadi pada diri Renjun, tak jauh-jauh pula pemicunya. Dimana ada intervensi Jaemin yang berperan aktif layaknya probiotik yang mampu menekan bakteri jahat pada usus. Sama halnya seperti Jaemin yang mampu menyingkirkan spekulasi-spekulasi buruk yang sudah berada diatas nalar Renjun.

“Kalau kau tidak menghabiskan makanannu seperti kemarin, aku tidak akan pulang!”

Jaemin merengut, tangannya bersedekap dengan tatapan memicing. Menatapi sang kasih dan bibir pucatnya yang menolak untuk menyentuh makanan.

Satu hela nafas jengah terhela dari Renjun, ia tidak habis pikir dengan tingkah Jaemin. Bagaimana bisa dirinya dihadapkan dengan pria kekanakan berkedok wajah tampan itu?

“Jika aku menghabiskan makananku, kau akan pulang?” Renjun mengalah pada akhirnya. Bukan berniat mengusir, tetapi masih ada jejak dingin antara Jaemin dan sang kakak. Dimana dirinya lah yang menjadi alasan pertikaian mereka beberapa waktu lalu.

“Jika kau menghabiskan makanan mu juga aku tidak akan pulang,” kedua sudut bibir Jaemin tertarik, menghasilkan sebuah lengkungan kurva yang begitu elok dipandang. Wajar saja jika Jaemin mampu memikat perhatian para wanita diluar sana. Renjun tidak mungkin memiliki pemikiran dangkal yang bersifat paradoks jika itu mengenai visualisasi seonggok entitas di hadapannya ini.

Renjun menatap Jaemin dengan diam, sorot matanya tidak menampilkan makna apapun,  kilasan kejadian yang terjadi di lokasi Jaemin berprofesi kembali terlintas. Ia tidak akan menampik fakta bahwa Jaemin telah melukai perasaan orang lain, dan itu menyadarkan jiwa Renjun yang sempat meronta pada tepi nestapa.

Renjun menyadari bahwa, Jaemin memiliki kesamaan yang nyaris simetris dengan Jeno.
Mereka sama-sama memiliki kapabilitas melukai. Namun, sekelebat kontradiksi bersarang pada isi kepalanya. Jaemin meninggalkan masalalu nya dengan secercah penjelasan. Sedangkan Jeno? Dia bahkan pergi meninggalkan sepenuh tanda tanya nyaris menyentuh transenden.

Andaikan Renjun seperti Doraemon yang memiliki beragam alat ajaib dalam kantungnya. Ia ingin memiliki mesin waktu, dan merepetisi sederet peristiwa yang bertajuk pilu. Ia akan dengan senang hati menjadi anak baik untuk tetap berada disisi Jeno tanpa jarak.

Aubade - Jaemren [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang