[Tidak] Normal

479 90 23
                                    

Rekomendasi lagu: Young & Sad oleh Noah Cyrus

"Kau baik-baik saja, Ren?" tanya Pak Soni dengan nada lembut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau baik-baik saja, Ren?" tanya Pak Soni dengan nada lembut. 

Aku ingin menjawab, 'Menurutmu bagaimana, Pak?  Saya baru saja ditampar oleh seorang guru. Apa saya baik-baik saja?' Kubayangkan diriku memutar bola mata. Kubayangkan. Aku tidak benar-benar melakukannya. 

"Tolong maafin Bu Neila ya," pinta Pak Soni dengan memelas, "Dia ... sedang melalui banyak hal."

Aku melirik Pak Soni. Aku sudah menduga mengenai 'hal' yang sedang dilalui oleh Bu Neila. Dan aku memang sudah siap untuk memaafkan Bu Neila. Lagi-lagi kubayangkan diriku menghembuskan napas. Sementara kujaga ekspresiku tetap netral. 

"Semua orang juga sedang melalui banyak hal," kata Nana dengan nada ketus, "Bukan berarti itu jadi alasan untuk nampar orang, kan?"

Perkataan Nana membuatku tertegun. Aku yakin Nana tidak mengetahui keadaan Bu Neila yang sebenarnya. Dia pintar secara textbook tetapi tidak secara street smart. Namun perkataannya.... 

Aku selalu diajarkan bahwa semua orang memiliki ceritanya masing-masing. Terutama mereka yang bersembunyi di balik tindakan yang vulgar atau kasar. Mereka sebenarnya memiliki hati yang paling terluka. 

Kata Ayah dan Ibu, sebagai psikiater dan terapis, adalah tugas kita untuk mendengarkan. Mereka, para pasien, memutuskan untuk pergi ke ahli profesional karena sudah tidak dapat mengatasi diri mereka sendiri. "Kita harus menampung semua rasa sakit mereka," kata Ayah ketika aku berumur sepuluh tahun. "Ada beberapa orang yang self-defense mechanism mereka adalah projecting. Yaitu mereka harus memproyeksikan rasa sakit mereka pada orang lain. Mereka akan mencari orang lain sebagai tumbal dari rasa malu ataupun amarah mereka, seolah-olah orang lain itu yang salah."

"Ketika menemui orang seperti itu, jangan marah balik. Biarkan rasa sakit mereka mengalir padamu tapi jangan kamu ambil rasa sakit itu." Ayah duduk di sisi ranjangku. Ia mengalungkan lengannya padaku. 

Hari itu aku berpikir betapa anehnya ayahku. Ketika ayah orang lain membacakan dongeng untuk mengantar anak tidur, ayahku malah mengajariku dasar psikologi. 

"Gimana caranya mengalirkan rasa sakit, Yah? Aku ga ngerti," tanyaku waktu itu. 

"Ketika kamu mengerti penderitaan mereka, kamu akan bisa menoleransi tindakan mereka. Itu artinya 'mengalirkan' rasa sakit itu. Biarkan mereka mengeluarkan unek-unek mereka dan kamu menjadi perantara untuk keluarnya rasa sakit itu. Beritahu mereka dengan tindakanmu bahwa kamu mengerti. Entah dengan ucapan atau ekspresimu."

"Tapi gimana kalo aku ga bisa mengerti?"

Kuingat Ayah waktu itu mengeratkan pelukannya padaku. Ia mendekatkan wajahnya pada telingaku kemudian berbisik, "Itulah mengapa psikolog dan psikiater terbaik adalah mereka yang dapat berakting."

Sophrosyne: Everyone is Not Okay and That is OkayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang