Detensi

387 100 30
                                    

Rekomendasi lagu : Creep oleh Radiohead

Kutulis nama lengkapku di atas lembaran kertas yang bergaris dan kulingkari nama itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kutulis nama lengkapku di atas lembaran kertas yang bergaris dan kulingkari nama itu.

Nana Quincy Simbolon

Dua huruf A, dua huruf I,dua huruf O. Kata-kata apa yang dapat tersusun dari namaku? Tentunya bila identitasku disembunyikan, hal paling utama yang harus dilakukan adalah mengubah nama asliku, bukan? Namun biasanya pengubahan nama tidak akan jauh beda dari identitas awal mula, pasti akan selalu ada jejak nama asliku. Kupikir tidak mustahil bila ternyata namaku itu sebenarnya adalah anagram untuk nama asliku.

Monalisa

Kenapa tidak pernah terpikirkan olehku? Namaku mengandung kata-kata yang sempurna untuk membentuk kata Monalisa, sebuah lukisan terkenal oleh Da Vinci. Dan tentu saja Da Vinci adalah pria yang gemar bermain teka-teki. Dia jugalah salah satu orang pertama yang mempelajari anatomi tubuh manusia. Bagaimana bila zaman dahulu, Da Vinci sudah menemukan rahasia para penyihir yang memiliki kemampuan khusus daripada manusia biasa?

Da Vinci ... Kutorehkan nama penuh misteri itu dengan penekanan. Bisa jadi pria itu adalah jawaban dari kemampuan superku ini. Kubuat catatan mental untuk mempelajari lukisan Monalisa dan membawa segala teori tentang lukisan itu. 

Bila kau bertanya kenapa aku memikirkan mengenai asal muasal diriku, hal itu karena pilihannya hanya memikirkan itu atau kembali mengingat kesalahanku kemarin. Ya, sekarang aku menyebutnya kesalahan. Aku telah melakukan kesalahan sosial dengan Widya. Aku semakin menyesal telah melakukan hal itu. Dan rasa itu terlalu menyesakkan diriku. Maka aku memilih untuk memikirkan asal muasalku saja. 

Lagipula pelajaran Pak Andre, biologi, cukup gampang dimengerti dan dapat dengan mudah kupelajari di rumah. Aku tidak perlu mendengarkan pria berusia tengah baya itu. Kutorehkan garis dari namaku menuju kata 'Da Vinci' di buku tulisku.

"Nana freak banget ga sih?," kata seseorang dari arah belakang ruang kelas secara tiba-tiba. 

Aku berhenti menulis. 

"Iya bener," kata seorang lain.

Lalu dari arah kiri ruangan seseorang berkata, "Lihat aja tampangnya. Selalu baca buku dan melamun."

Kali ini aku menoleh ke arah kiri, berusaha melirik siapa empunya mulut besar itu. Kulihat dua orang perempuan sedang berbisik satu sama lain di barisan paling ujung kiri. 

"Freak"

"Aneh"

"Gila"

"Mental"

Satu per satu kata-kata mulai membanjiri pikiranku. Aku melirik ke kanan dan ke kiri, berusaha mencari sumber-sumber suara itu. Dengan jelas dapat kuketahui bahwa beberapa kata-kata itu berasal dari pemikiran orang. 

Sophrosyne: Everyone is Not Okay and That is OkayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang