(13) Sara pindah?

485 26 0
                                    

Aku terus menatap jalanan disamping kiriku. Adit juga begitu, terus fokus dengan mengemudinya. Aku sebenarnya gugup sedari tadi. Entah untuk apa kegugupanku ini.

Mobil berhenti di sebuah taman. Adit turun dari mobil, lalu memutari mobil dan membukakan pintu untukku. Aku bergeming. Dan dengan sigap Adit menarik tanganku keras agar segera keluar.

Ini danau yang waktu itu 'kan ya? Danau yang Adit bilang kalo aku ketauan suka Adin.

Adit melepaskan genggamannya di tempat yang sama seperti waktu itu. Adit menatap lurus ke danau lalu mendesah kasar.

"Sampai kapan lo mau diemin gue terus?" Tanya Adit masih menatap lurus ke danau.

Aku bergeming. Membiarkan angin sejuk menerpa kami. Aku sendiri bingung dengan tindakanku. Bingung kenapa aku bertindak sejauh ini? Kenapa aku terlalu mendramakan masalah ini?

Ini bukan lo banget Key!

"Lo ga kangen bercanda sama gue? Berantem sama gue? Lo ga kangen?" Kini Adit menatapku dengan tajam namun menyedihkan.

Aku menunduk. Belum berniat untuk mengeluarkan satu patah kata pun. Adit mengambil tanganku. Lalu mengisi ruas-ruas jariku dengan jarinya.

"Gue minta maaf soal Sara. Gue sama sekali ga tau soal itu." Dapat kurasakan genggaman Adit semakin mengerat. "Gue harus ngapain biar lo maafin gue dan ga diemin gue lagi?"

"Gue--" Ucapanku terhenti. Aku mendongakkan wajahku dan wajah Adit sudah berada di depanku. "Takut."

Adit tersenyum. Ia tarik tubuhku, menenggelamkam wajahku di dadanya. Ia usap punggungku pelan.

"Ga perlu takut ok? Ada gue disini yang siap ngelindungin lo." Ucap Adit sambil menaruh dagunya di kepalaku.

"Tapi gue takut Sara bertindak lebih. Sara itu psikopat Dit. Nyatanya tangan gue aja dia gituin." Jelasku.

Adit tidak menjawab, tapi malah semakin mengeratkan pelukannya. "Ga perlu takut. Gue sayang sama lo, jadi gue bakal lindungi lo."

"Gue juga sayang sama lo Dit." Balasku sambil membalas pelukannya. "Sama kayak rasa sayang gue sama Ziana. Sebagai sahabat."

Aku menelan ludahku dengan sangat susah. Seperti ada yang mencekikku ketika aku mengatakan kalimat terakhir itu.

***

Adit duduk manis di meja makan sambil menungguku menyelesaikan makanan. Ia memasang senyumnya dengan manis disana, sambil melihatku tak henti-henti.

Sedari tadi aku banyak tersedak akibat tatapan Adit yang tidak biasa itu.

"Jangan di liatin gitu napa Dit." Perintahku. Tapi Adit tetap pada posisi. "Cogan dinginnya ilang loh."

Mendengar itu Adit langsung duduk tegap dan memasang wajah dinginnya. Alis tebalnya yang mengkerut menambah khas untuk Adit.

"Nah. Mending gitu 'kan." Ucapku. Dan setelah itu Adit kembali kepada posisinya semula. Aku menghela nafas dan memasang wajah datar.

Aku menyelesaikan makanku dan beranjak memasuki mobil Adit. Ya, sesuai janji Adit. Dia siap untuk mengantarku berangkat dan pulang sekolah. Lumayanlah ya, ongkos bisa di pake buat jajan.

Kami sampai di sekolah. Berjalan berdua di koridor dengan banyak mata yang mengintai. Bagaimana tidak, untuk berjalan berdua dengan seorang Aditya Rifky itu sangat wow. Yah, untuk ukuran bocah kelas 1 yang jago basket, cakep, pinter, sexy--. eh?  Jadi muji-muji alien itu 'kan. Pake acara ada kata sexy lagi. Ah sudahlah. Pokoknya Adit termasuk cowo inceran satu sekolah.

"Jangan peduliin mereka." Adit merangkulku dan itu membuat tatapan-tatapan tajam bertambah.

Aku memasuki kelas. Kelas hening dengan kedatanganku. Mungkin lagi pada ngerjain PR, pikirku.

Hidden LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang