(19) Melepaskan

554 32 2
                                    

~Flashback On~

"Ada yang mau gue tanyain sama kalian." Ucapku terengah pada Adin dan Ziana.

Kami memutuskan untuk berbicara di sebuah kedai makanan. "Ada apa?" Tanya Zia yang sepertinya penasaran.

"Ada yang tau Adit pacaran sama Sara karena apa?"

Ziana terkekeh. "Ya karena janji lo waktu itu."

Aku menggeleng lalu menunjukkan kalung yang di berikan Adit. "Barusan Adit ngasih kalung ini. Dan dia bilang dia masih suka sama gue. Tapi ga mungkin untuk kita bareng. Dia juga bilang dia ga bisa mutusin Sara." Jelasku.

Adin dan Zia terlihat sibuk berpikir. Beberapa saat Adin mengangguk dan memasang wajah bangga.

"Gue tau." Ucap Adin dengan bersemangat. Aku dan Zia sama-sama mendekat ke arah Adin.

"Kalo gue ga salah denger ya. Sara punya penyakit kanker pembuluh darah yang akut." Jelas Adin.

"Jadi.. Sara punya penyakit? Kenapa Sara ga pernah cerita sama gue?" Ucapku dengan lirih.

"Dan Adit bukannya mau ninggalin Key. Tapi dia mau mencoba ngebahagiain Sara?" Tanya Zia yang disetujui Adin.

~Flashback Off~

Dengan tatapan Adit yang seperti itu membuatku merasa bersalah pada Sara. Aku alihkan pandanganku ke arah Sara. Dan melihat perempuan itu menatap senang Adit yang sudah menatapnya juga.

Adit bersiap-siap untuk bernyanyi. Ia mendekatkan mikrofon pada mulutnya.

"Kita adalah sepasang sepatu
Selalu bersama tak bisa bersatu.
Kita mati bagai tak berjiwa
Bergerak karena kaki manusia.
Aku sang sepatu kanan
Kamu sang sepatu kiri"

Pandangan Adit terfokus ke arahku. Dan dengan itu aku mendapat senggolan dari Ziana.

"Kusenang bila diajak berlari kencang
Tapi aku takut kamu kelelahan
Ku tak masalah bila terkena hujan
Tapi aku takut kamu kedinginan

Kita sadar ingin bersama
Tapi tak bisa apa-apa
Terasa lengkap bila kita berdua
Terasa sedih bila kita di rak berbeda
Di dekatmu kotak bagai nirwarna
Tapi saling sentuh pun kita tak berdaya

Cinta memang banyak bentuknya
Mungkin tak semua bisa bersatu"

Banyak tepuk tangan yang di peroleh Adit. Juga teriakan dari para wanita. Sebelum ia turun dari panggung, ia menatapku dan memberikan senyum manisnya.

Ia menghampiri Sara dan merangkulnya mesra. Ziana menyenggolku pelan.

"Jangan di sedihin. Dia ngelakuin hal yang benar. Tadi lo sendiri yang ngomong kayak gitu." Ucap Ziana yang ku balas dengan anggukan mantap dan senyuman bangga.

Tak ada sesak maupun sakit. Karena aku percaya pada Adit. Dia dapat menjaga hatinya untukku dan juga bisa menjaga Sara.

***

"Key. Sini, Papa perlu bicara." Ucap Papa yang sedang duduk diruang keluarga.

Aku mendekati Papa dan duduk di sebelahnya.

"Kalian masih ingat dengan rencana tugas Papa yang di korea?" Tanya Papa.

Aku, Mama dam Bang Aldan serentak mengangguk. Lalu Papa tersenyum senang.

"Ulangan semester kamu udah selesai Key?" Tanya Papa yang ku balas dengan anggukan.

"Ya udah kalau gitu. 1 minggu lagi, kita berangkat ke Korea. Untuk Aldan dan Keyla, Papa sudah mempersiapkan sekolah dan universitas bagus." Jelas Papa.

Hidden LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang