(17) Menyakitkan

500 29 0
                                    

Adit melepas pelukanku dengan cepat. "Gue kesini karena di suruh Adin. Jarak Adin kesini tadi lebih lama. Jadi dia suruh gue ke sini duluan."

Hah? Apaan coba yang di omongin Adit? Ga lucu banget pake alasan kayak gitu.

"Keyla!" Teriak seseorang. Aku dan Adit reflek menoleh dan mendapati Adin berdiri tidak jauh dari kami.

Dengan cepat Adin berlari ke arah kami dan langsung memelukku erat. Aku menaruh kepalaku di pundak Adin.

Melihat Adit yang menatap kami kecewa dan akhirnya ia pergi dengan kepala tertunduk. Dia pergi begitu saja. Pergi tanpa menjelaskan maksud ucapannya pada Sara tadi.

Air mataku turun secara perlahan. Turun membasahi kaos Adin. Adin melepas pelukannya lalu menatapku kaget.

"Maafin aku. Aku baru tau kamu disini pas Adit telpon aku. Maafin aku, aku bukan pacar yang berguna." Ucap Adin.

Tangisanku semakin menjadi. Bukan karena permintaan maaf Adin. Tapi dengan kejelasan bahwa Adit berbohong. Kenapa dia ga jujur aja?

Adin akhirnya membawaku pulang. Di perjalanan Adin banyak bertanya padaku. Tapi aku hanya diam walau terkadang ku tanggapi dengan dehaman.

Mobil Adin berhenti di depan rumahku. Aku tersenyum pada Adin dan membuka pintu sebelum Adin keluar untukku.

"Kamu cepet pulang. Cepet istirahat." Ucapku sebelum akhirnya pergi memasuki pekarangan rumahku.

Aku mendongak ke arah balkon Adit. Dan mendapati Adit yang sedang termenung melihatku polos. Aku berlari memasuki rumah dan menuju balkonku.

Namun sesampainya aku di balkon, Adit sudah tidak ada. Bahkan pintu kamarnya sudah tertutup. Aku terduduk di lantai balkon. Kembali menangis yang entah aku sendiri tidak tahu apa sebabnya.

Tiba-tiba Arin keluar dari dalam kamarku. Melihatku yang terduduk sambil menangis lalu memelukku. Ia mengusap punggungku lembut.

Aku menghapus air mataku lalu melepas pelukannya. "Ada apa?" Tanyaku.

Arin menatapku dalam. "Kakak sama Kak Adit kenapa?"

Air mataku kembali mengalir dengan sendirinya. Aku menggeleng di depan Arin.

"Kalo engga kenapa-napa. Kok Kak Adit bisa sekacau itu kak?" Tanyanya lagi.

"Kacau?"

"Iya kacau. Setau aku dia ga pernah kayak gini. Aku fikir Kak Adit sama Kakak ada masalah. Soalnya Kak Adit itu suka sama Kakak." Jelas Arin.

Dan penjelasan itu semakin membuatku menangis dengan kencang. Apa hanya aku yang tidak tau mengenai Adit? Apa hanya aku yang tidak bisa peka dengan perasaan Adit? Kenapa setiap orang mengetahuinya? Adin, Sara, dan sekarang Arin.

"Hari ini Kak Adit di kamar terus Kak. Dia ga mau keluar. Bahkan dia tadi baru pulang. Kak Adit kenapa sih Kak?"

Aku memeluk kakiku sendiri sambil menggigit bibir bawahku. Sebegitu jahat kah aku?

***

"Iya gue udah tau. Sebenernya gue udah pernah hampir kasih tau lo. Waktu lo ngajak kerja sama bareng Adit. Lo bilang, Adit pacaran sama Sara dan lo bisa sama Adin. Di situ Adit bingung Key. Antara nurutin kemauan lo atau nolak. Dan akhirnya dia ikutin kata-kata lo. Dia pikir dengan itu lo bahagia." Jelas Ziana panjang lebar.

Aku mengigit bibir bawahku menahan tangis. Kami sedang berada di taman belakang sekolah. Tadi aku menyeretnya untuk bercerita tentang Adit. Tentang perasaan Adit.

"Gue jahat.." Gumamku. Ziana menepuk bahuku pelan.

"Lo ga jahat Key. Lo cuma ga tau. Lo ga salah." Ucap Ziana menenangkan.

Hidden LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang