Wonwoo tersenyum lebar setelah membaca isi caption unggahan Mingyu. Memang sih, tak terlalu romantis seperti para pujangga di luaran sana, tapi Mingyu selalu bisa membuatnya terharu dengan tindakan-tindakan kecil yang super romantis.
Seperti beberapa hari yang lalu, Wonwoo terbingung karena banyaknya bucket bunga yang ia dapat. Belum lagi satu hari sebelum hari jadi pernikahan mereka, Mingyu sudah menyiapkan suprise besar-besaran setelah makan malam bersama keluarga. Mingyu menyulap kamar mereka menjadi sangat cantik dengan dekorasi yang didominasi warna pastel. Mingyu juga menyediakan sebotol penuh kertas berisikan gombalan yang membuat Wonwoo tersipu malu saat membacanya bersama Mingyu.
Dan sekarang, Mingyu menyulap kembali rumahnya dengan tema Rustic Garden secara menyeluruh. Membuat Wonwoo geleng-geleng dan tak percaya Mingyu bisa menyelesaikan dekorasi ini saat malam.
"Babbun kamu romantis banget!" Wonwoo langsung berhambur ke pelukan sang suami sembari menyeka airmata yang keluar dari pelupuk mata. Wonwoo merasa sangat beruntung mempunyai suami yang sangat mencintainya walaupun ia sendiri masih banyak kekurangan.
"Suka nggak?"
"Suka banget!"
Wonwoo masih menyamankan posisi di pelukan dan melirikan pandang ke arah sekitar. Bunga-bunga segar yang tertata di sana sungguh indah. Belum lagi tangga rumah mereka di sulap menjadi terowongan bunga yang super cantik.
"Kamu dekor sendiri?"
"Iya. Aku udah nyiapin dari paginya cuma aku taruh kantor sama yang pake bunga asli baru aku pasang jam tiga malem." Wonwoo berdecak kagum. Ia memberi kecupan singkat sebagai tanda terima kasih.
"Babbun, aku makin cinta deh sama kamu!"
"Haruslah." Dan kekehan pelan mengalun indah di sana.
Persiapan dekorasi yang Mingyu lakukan sebenarnya sudah dirancang dari jauh-jauh hari. Cukup rumit memang, saat harus mengerjakan semuanya sendiri. Tapi, semua hasil kerja kerasnya terbayar lunas dengan senyum Wonwoo yang mengembang saat hari perayaan.
Tak menyangka juga umur pernikahan mereka sudah menginjak angka tiga dan akan terus bertambah seiring berjalannya waktu. Dan pagi ini, Mingyu ingin mengajak Wonwoo pergi ke Gereja tempat mereka mengikat janji sehidup semati.
"Kamu udah siap?"
"Udah dong! Ayo berangkat." Tautan kedua tangan seakan enggan lepas barang di jalan sekalipun. Menegaskan bahwa keduanya saling membutuhkan satu sama lain; bergandeng tangan untuk menuju jalan bahagia.
Setelah mengemudi selama dua puluh menit, keduanya telah sampai. Berhubung ini hari minggu dan bertepatan dengan ibadah pagi, suasana Gereja cukup ramai.
"Jarang banget lho semenjak kita nikah, dateng ke Gereja ini." Tutur Wonwoo.
"Kan kita biasanya ibadah di Gereja deket rumah." Dan Wonwoo mengangguk. Benar, mungkin ini adalah kunjungan ketiga di Gereja sakral itu. Mingyu yang memang jarang mau keluar terlalu jauh dan Wonwoo yang hanya mau mengikuti suaminya membuat mereka enggan pergi. Mungkin hanya di saat momen spesial dan tertentu saja keduanya akan datang.
Seperti saat ini.
Setelah mengikuti semua rangkaian ibadah, Mingyu tak lupa untuk memunajatkan semua keinginan untuk dirinya dan Wonwoo. Serta rasa syukur masih bisa menghirup nafas segar dan melihat senyum cantik sang suami.
"...Bapa, kabulkan semua doaku. Aameen." Selesai berdoa, Mingyu memalingkan pandangan ke arah Wonwoo yang masih memejamkan mata. Pria manis itu tampak serius dengan bibir yang berkomat-kamit lucu.
"Wonwoo janji nggak akan bikin Mingyu marah lagi. Wonwoo janji bakalan lebih mandiri. Semoga Mingyu makin cinta sama Wonwoo...." Mingyu mengatupkan kedua bibir tak kuasa menahan gemas dan tawa yang hendak pecah. Suami uniknya begitu lucu.
"Aameen."
"Udah berdoanya?" Wonwoo mengangguk. Setelah itu mereka berjalan keluar mengekori Mingyu di belakang.
"Mau pulang kan, Babbun?"
"Mau ke taman deket sini dulu, nggak?"
"Mau!" Akhirnya mereka berjalan menuju area belakang Gereja dan mengistirahatkan badan sejenak di taman belakang.
"Masih bagus-bagus ya." Wonwoo kembali ingat, dulu saat masih berpacaran dengan Mingyu, suaminya itu sering sekali mengajaknya kemari setelah selesai beribadah. Dan Wonwoo tak menyangka, setelah tiga tahun lamanya tak melihat perkarangan penuh bunga ini, ternyata masih terawat dengan apik.
"Pasti dijaga lah, Ay."
"Kalo ke sini tuh, aku inget-inget jaman pacaran." Mingyu mengangguk mengiyakan. Ingatannya mendadak memutar kembali memori lima tahun yang lalu.
"Waktu kamu masih gemes." Tutur Mingyu sembari mengembangkan senyuman seperti membayangkan Wonwoo lima tahun lalu di angannya.
"Emang sekarang aku nggak gemes?!"
"Sekarang lebih gemes, Ay. Cuma dulu tuh kamu bener-bener kaya anak kecil."
"Dulu Babbun jaman pacaran juga bucin banget. Aku minta apa langsung dibeliin, sekarang aku minta dikit dibeliinnya lama, kadang suka lupa." Secara tak langsung Wonwoo mengungkapkan protes gemas kepada sang suami yang tak se-sigap saat pacaran.
"Nggak usah ngambek." Mingyu menarik lengan Wonwoo dan mendekap erat pria manis itu, lalu memberi kecupan kupu-kupu di surai coklatnya.
"Habisnya kamu kalo minta suka aneh-aneh. Inget nggak kamu minta ke Kutub Utara? Terus minta pelihara Alpaca?"
"Hehehe, maaf ya, Babbun." Wonwoo mendongakkan kepala guna melihat ekspresi sang suami. "Maafin aku, nggak?"
"Masa nggak maafin kucing lucu gini, sih?" Mingyu kembali mencuri kecupan tepat di dahi suami manisnya. Kemudian ia mensejajarkan arah pandang; menatap dalam ke arah manik rubah Wonwoo.
"Babbun, kenapa? Jangan lihat kaya gitu! Aku malu!" Mingyu diam tak menjawab. Hanya senyuman simpul yang keluar sebagai jawaban.
"Gimana tiga tahunnya?" Mingyu langsung mengajukan pertanyaan tentang perasaan Wonwoo selama tiga tahun bersama dirinya.
"Banyak senengnya! Babbun itu Best Husband in the world!" Puji Wonwoo dengan mengacungkan dua ibu jari di samping pipi gembilnya dengan senyum sumringah.
"Maaf ya kalo kadang suka marahin kamu." Wonwoo menggeleng. "No, no! Babbun nggak perlu minta maaf. Pertengkaran dalam rumah tangga itu wajar terjadi. Tapi aku salut sama Babbun yang nggak pernah ngebiarin itu lama-lama. Dan kita bisa cari solusinya sama-sama dengan kepala dingin." Jelas Wonwoo. Kedua tangannya menangkup wajah Mingyu dan mengusapkan ibu jarinya di pipi sang suami.
"Aku beruntung banget punya kamu!" Satu kecupan singkat langsung mendarat. Dan sang empu yang memberikan kecupan tadi langsung mengerutkan hidung lucu. "Sayang Babbun banyak-banyak! My valentine boy!"
"Happy anniversary dan selamat hari valentine, Sayang." Kalau saja Mingyu tak memeluknya mungkin saat ini ia akan terbang hingga langit ke tujuh.
Dari tujuh koma empat milyar manusia yang ada di bumi, baik Wonwoo maupun Mingyu, keduanya sangat beruntung bisa dipertemukan oleh semesta.
"Love you, Mingyu Babbun!"
"Love you more, Wonwoo Sayang."
— "When i tell you, "I love you." I am not saying out of habit. I am reminding you that you are my life." Gracious Quotes.