Chapter 03

865 164 17
                                    

Happy Reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading!

***


kamar nomor dua puluh tiga berdecit, sontak seorang wanita menolehkan kepala. Lengkungan tampak di wajahnya, begitu manis saat dia tersenyum.

"Permisi, Tante. Hero ada?" tanya Angel lembut sambil mendekati wanita yang mengenakan dress biru.

"Ada, itu lagi di kamar mandi," jawab ibunya Hero yang sedang merapikan bed pasien.

Angel melirik sedikit pintu kamar mandi yang tertutup, lalu ia menyerahkan sebuah kantong plastik putih. Ada beberapa buah dan kue kering buatan ibunya.

Ibu Hero---Handa, menerima sambil mengucapkan terima kasih. Ia menarik kursi untuk gadis itu duduk, sepertinya Hero akan sedikit lama.

Benar saja, Hero baru keluar setelah hampir lima belas menit berlalu. Angel langsung berdiri, ia tersenyum sambil memegang kamera polaroid yang tertinggal di kamarnya.

"Ro, ini ketinggalan semalam." Angel menghampiri cowok tersebut yang sudah mengelap tangan, lalu memberikan kamera itu.

Hero mengangguk sambil mengisyaratkan untuk taruh di atas meja, ia masih harus membalut tangannya. Dari tadi darah menyucur deras dari telapan tangan, sangat pedih rasanya.

Setelah itu dia mengambil kamera polaroidnya, hari ini dia berjanji untuk mengubah cara berpikir Angel. Mungkin dengan ini dia bisa menghentikan rasa insecure. Tidak hanya pada Angel, tetapi pada semua orang.

Karena dampak insecure sangat berbahaya. Insecure yang berlebihan dan tak kunjung diatasi dapat menyebabkan gangguan kesehatan mental serius. Seperti depresi, gangguan kepribadian, gangguan kecemasan, gangguan makan, dan masalah pada body image.

Bukankah setiap orang itu spesial? Ya, hanya saja kelebihan yang dipunya tertutup rasa insecure.

Karena melihat mereka yang lebih wah, apakah mengharuskan kita insecure? Tidak! Sekali lagi dijelaskan, setiap orang itu spesial dan punya kelebihan.

***

Gadis itu hanya diam menunggu sambil melihat genangan air di kaleng, jentik-jentik kecil tampak riang bermain.

Denta waktu memeta tiap baris awan yang kini kian mengelabu, sudah gelap saja. Mungkin kali ini dia tidak akan bertemu senja.

Sampai fase dimana dia jengah. Baru saja bangkit, orang yang sendari tadi dinanti telah datang. Kening mengkerut ketika melihat dua buah bibit kecil bunga mawar.

"Untuk apa?" tanya Angel sambil menerima bunga yang diberikan Hero.

Apakah tiba-tiba cowok itu bisu? Dia hanya tersenyum dan menanam di bangku taman yang sudah berkarat, tempat yang tadinya baru diduduki Angel.

Hero sudah mendapat izin untuk merubah taman yang terbengkalai itu, mulailah dia menanam bunga mawar. Tanam-menanamnya tidak dilanjutkan ketika tidak ada pergerakan dari Angel.

Dia menarik tangan gadis itu agar duduk di sampingnya, mungkin dia menyuruh untuk menanam juga. Namun, Angel justru melihat kukunya yang rapi, sangat sayang jika digunakan menanam.

"Terkadang kamu harus berkorban untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik," ujar Hero. Ia mengetahui maksud Angel yang terus melihat kuku.

Foto kedua masuk album, Hero tersenyum ketika Angel yang mulai menanam. Sepertinya gadis itu tidak memperdulikan nasib kukunya lagi.

"Harus banget nanam bunga ini?" tanya Angel.

Hero menggeleng disertai senyum, ingin sekali gadis itu mengeluarkan isi kepala orang di sampingnya itu. Jika tidak perlu, untuk apa dilakukan? Hanya menyusahkan.

"Bunga mawar bisa menangkal depresi. Flavonoid yang terkandung dalam mawar memang memiliki banyak manfaat." Tidak kurang seperti itulah yang pernah Hero baca dari salah satu manfaat bunga mawar.

"Kalau kamu depresi, lihat aja bunga mawar ini!" serunya. Dia duduk di bangku sambil membayangkan masalalu, di saat para temannya mem-bully karena rambutnya terus rontok.

Pernah dia depresi dan menangis karena rambutnya dijambak teman-temannya, mau melawan tapi dia ragu. Bukan ragu karena mereka berbadan besar, tetapi mengingat Nabi Muhammad yang tetap sabar meski dilempari kotoran dan batu.

Hero hanya dilempari hujatan, bully-an, dan perlakuan kasar. Tidak sekeras perjuangan panutannya yang terus memperjuangkan agama.

"Nabastala artinya langit 'kan? Cocok untuk kamu yang punya kata-kata motivasi setinggi langit," kata Angel.

Lamunan Hero buyar, ia tersenyum sambil melihat wajah Angel. "Swastamita letaknya di langit 'kan? Berarti memang ditakdirkan aku ketemu kamu," balasnya.

Kekehan kecil terdengar dari mulut Angel, ia melirik sekejap ke wajah Hero lalu menatap langit kelabu.

Hening menyelinap di antara mereka, wajah Angel kembali murung. Kakinya saling berlaga dan bergoyang-goyang, sesekali batu di depannya ditendang.

"Ro, kenapa aku yang selalu berbuat baik tidak pernah mendapat hal yang setimpal? Justru mereka yang jahat sama aku terus mendapat kebahagiaan," keluh gadis itu.

"Apakah harus sekarang juga terbalaskan?" tanya Hero.

"Bukan sekarang, tetapi nanti. Semua yang baik akan selalu terbalaskan dengan hal baik, begitu juga sebaliknya." Matanya melirik ke arah bunga mawar yang baru ditanam. "Karena apa yang sekarang kau tanam, akan kau tuai dikemudian hari."

Mungkin ini alasannya Angel mudah berteman dengan Hero, cowok itu sangat bijak. Jika dahulunya ia mendambakan seorang cool boy, most wanted, bad boy, ataupun ketua geng. Kini telah berpindah haluan pada cowok dengan segala motivasi seperti Hero.

Dia bukanlah heroik yang memakai kostum dan mampu melelehkan besi, dia hanya cowok yang bisa menyusun kata dan meleburkan sifat buruk.

"Jangan pernah berniat jadi orang yang buruk, ya. Walau tidak ada satu orang pun yang menghargai kebaikanmu," pesan Hero.

Angel mengangguk cepat, setetes air dari langit membuatnya menengadah. Namun, tiba-tiba saja tangannya ditarik untuk berteduh.

Tepat saat menepi, hujan barulah turun untuk menyirami bumi. Pelangi tidak mungkin muncul, karena langit terlalu gelap. Padahal sudah lama Angel menantikan lengkungan indah itu.

"Hujan itu rahmat dan penyampai rindu."

"Enggak," jawab Hero sambil menggosok-gosokkan tangannya. "Dari dulu aku tanyakan pada orang yang namanya Rahmat, tapi katanya hujan itu bukan dia."

Menyebalkan! Angel menatap miring ke arah Hero yang mulai berjalan, ia ikut dari belakang sambil menggosok-gosokkan tangannya. Begitu menusuk kulit lembutnya.

Hero berhenti tanpa aba-aba, membuat Angel menabrak punggung belakangnya. Ingin sekali ia marah, tetapi kedua tangannya langsung digenggam cowok itu.

"Hangat 'kan?" Hero terus menggosok dan menempelkan pada tangan Angel.

"Kurang."

"Mau lebih panas?" tanya Hero dibalas anggukan Angel.

"Ke neraka yuk!"

Bersambung ....

Yeay ... akhirnya Hero dan Angel update ulang!

Album Biru [Tamat]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang