9. SAKIT

74 5 0
                                    

Pelajaran pertama sama sekali belum dimulai. Para guru sedikit terlambat. Suasana kelas belum ramai seperti biasanya. Siswa siswi tengah bermalas-malasan dengan hawa dingin kerena hujan.

Sedari tadi Andara menutupi wajahnya dengan tas. Karena semakin dingin ia berinisiatif untuk mengambil jaket di loker. Ia selalu menyediakan jaket saat musim hujan.

"Ra,"

Andara ber-hm. "Eh kok lu bisa sama si Adam si? Bukannya kemarin lo sama dia,,,,"

"Ssttt, gue juga nggak tau." putus Andara.

"Dih. Benerkan yang gue bilang. Lo tuh cocok sama si Adam. Banget malah." ujar Metta mendukung.

"Dia itu orangnya bener-bener dingin, irit bicara, tukang maksa, trus hari ini dia nyuruh gue buat bangun pagi-pagi."

"Lah bagus dong,, bangun pagi. Itu namanya pengertian. Jangan-jangan dia suka sama lo." pikir Metta.

"Masalahnya dia bangunin gue pagi-pagi nyuruh cepet-cepet mandi. Dan, nggak mungkin dia suka sama cewek kayak gue." ucap Andara menonyor lembut kepala Metta.

"Baguslah kan sehat. Lagian kalo ga suka, masa sampe segitunya."

Andara menyerap kata-kata Metta. Tapi mana mungkin Adam suka dengannya. Sangat lawak.

"Selamat Pagi, anak-anak."

"Pagi Pak," ucap seluruh siswa di kelas 12 IPS 3

Pak Arif tersenyum. "Maaf ya bapak terlambat." begitulah Pak Arif walaupun seorang guru, ia tidak pernah membedakan derajat untuk kata maaf. Seorang guru Bahasa Indonesia ini merupakan guru favorit para siswa.

"Nggakpapa pak, maklum lagi hujan." ucap Alfin. Ia mengenakan hoodie berwarna putih. Dan yang paling disukai dari Pak Arif beliau tidak pernah mengatur untuk tidak mengenakan hoodie atau jaket semacamnya.

"Kalau gitu kita mulai pelajarannya."

Pelajaranpun berjalan. Hujan di pagi ini semakin deras. Gelap, tidak ada cerahnya. Angin kencang menghembus pohon palem yang berada di depan kelas.

———

Pukul 09.00, hujan tidak lagi turun. Para siswa berhamburan keluar kelas. Andara yang tadinya tidak ingin keluar kelas malah di paksa Metta untuk pergi ke kantin.

"Ayo dong, Ra."

"Iyee." ucap Andara keluar kelas.

"Ay,,, Ra, lo kenapa? Muka lo pucet banget gila." Metta kaget. 

"Ha? Engga." ucap Andara.

"Beneran nggak papa? Kalo lo sakit gue ke kantin sendiri aja nggak papa. Lo gue anterin ke UKS." wajah Metta terlihat panik.

"Siapa si yang sakit, nggak ada. Buruan ntar rame." Andara memaksa.

"Tapi, Ra." Metta merasa bersalah memaksa Andara untuk mengantarnya ke kantin.

"Lama." ucap Andara menarik tangan Metta.

Andara masih memakai jaketnya. Wajahnya pucat, ia juga sedikit merasa badannya panas.

Sesampainya di kantin Metta cepat-cepat memesan lauk. Ia hanya membawa bekal sedikit hari ini. "Ra, lo nggak sarapan? Biasanya jam segini sarapan." tanya Metta sebelum beranjak memesan lauk. "Enggak, gue udah makan roti tadi." ucap Andara. "Kalo gitu gue pesen dulu ya," ucap Metta sambil diangguki oleh Andara.

Kantin itu sangat ramai, bahkan ibu-ibu penjualnya sampai tidak terlihat karena banyak antrean. Andara mencoba untuk mencari tempat duduk. Tapi nihil, semua bangku sudah terisi oleh siswa.

ANDARA (hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang