Candy

112K 4.3K 2.7K
                                    

Jaemin meringis saat merasakan perih di sudut bibirnya. Pemuda manis bertubuh pendek itu mendongak menatap senior-seniornya.

"Ap-" belum sempat pemuda pendek itu selesai berucap.

"Jauhi kekasihku." ujar si senior. Gadis cantik itu menatap si pemuda pendek nyalang. Terlihat sekali kalau si gadis ini sedang marah.

Menjauhi kekasihnya?

Jaemin saja tidak tahu bagaimana rupa kekasih seniornya itu.

"Kau dengar tidak!"

Plak!

Gadis itu menampar pipi Jaemin bolak-balik. Membuat pipi mulus itu memerah dan bercap(?) lima jari.

"S-sakit, hiks." isak Jaemin.

Pemuda manis yang baru saja menginjak bangku Junior High School itu tidak percaya kalau dia akan ditampar begitu saja oleh seniornya. Ayah dan Ibunya saja tidak berani menamparnya. Kenapa gadis ini berani berbuat seperti ini?

"Dasar cengeng. Lebih baik kau jauhi kekasihku kalau tidak ingin bernasib lebih buruk dari ini." peringat si gadis cantik.

Kesialan untuk Jaemin yang lebih memilih lewat gang yang jarang dilewati orang. Pemuda manis bertubuh pendek itu jadi tidak bisa meminta pertolongan.

"Kau dengar tidak!" bentak si gadis.

"I-iya hiks."

"Awas saja kau kalau masih mendekati kekasihku!" ancamnya sekali lagi.
"Jawab!"

"Hoi, bocah! Apa yang sedang kalian lakukan di sini?"

"K-Kabur!"

Senior Jaemin yang berjumlah lima orang itu lari terbirit-birit saat melihat siapa yang baru saja menginterupsi kegiatan mereka. Bisa gawat kalau sampai mereka ditangkap.

"Dasar bocah-bocah nakal. Bisanya hanya membuat ulah saja." dengkus si pengganggu.

"Kau tidak apa?" tanya si pria berseragam.

"S-Saya tidak apa-apa, Tuan." jawab Jaemin dengan ringisan. Pasalnya kedua pipinya sangat sakit akibat tamparan si nenek sihir.

"Aku antar kau pulang ke rumah." tawar pria berseragam itu.

Pemuda manis bertinggi badan 165 itu mengangguk senang. Jaemin sedikit takut kalau gadis-gadis itu akan mendatanginya lagi.

"B-Baik."
"Lalu mobilnya?" tanya Jaemin sambil tangan berjari mungil itu menunjuk ke arah mobil polisi yang terparkir sembarangan di pinggir jalan masuk gang.

"Biarkan saja." jawab pria berseragam itu pelan.
"Ayo!" ajaknya.

Dua orang berbeda tinggi badan itu berjalan menyusuri jalan gang. Sepi sekali. Batin Jaemin.

Selama perjalanan tidak ada percakapan yang berarti di antara mereka berdua.

"Apakah masih jauh?"

"Eh! Ah! Iya masih jauh, Tuan." gugup Jaemin.

Gang yang mereka lewati lumayan jauh untuk berjalan kaki. Sudah begitu hanya muat untuk kendaraan beroda dua saja.

"Jangan panggil aku Tuan. Aku masih terlalu muda untuk dipanggil dengan itu."

"Lalu Saya harus panggil apa?"

"Terserah kau saja."

"Baiklah,

















Kalau Om, boleh?" tanya Jaemin ragu.

O-Om?

Pria tampan itu melotot! Dia dipanggil Om? Memang setua itukah dia?

EROS | Nomin [🔞]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang