18. RUMAH DIMAS

186 29 9
                                    

Setelah lima hari disibukkan dengan segala kegiatan di sekolah, niat Sela untuk melakukan hibernasi di hari Sabtu yang mendung ini harus pupus ketika suara sang ibu terdengar memenuhi kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah lima hari disibukkan dengan segala kegiatan di sekolah, niat Sela untuk melakukan hibernasi di hari Sabtu yang mendung ini harus pupus ketika suara sang ibu terdengar memenuhi kamarnya.

"Punya anak satu bukannya bantuin ibunya malah tidur aja kerjaannya. Sela, ayo bangun. Bantuin Mama sini!" Sela spontan menutup kepalanya menggunakan bantal saat Bu Ratna mulai mengeluarkan kalimat perintah dengan nada amarah.

Tak lama, Sela bisa mendengar langkah kaki yang mulai menjauh dari pintu kamarnya. Gadis itu kembali membuka bantal yang ia gunakan untuk menutup kepalanya. Namun beberapa saat kemudian suara tadi kembali terdengar. Kali ini terdengar lebih keras menusuk gendang telinga Sela.

"Sela! Ya Allah, punya anak satu kok ngeyel banget ya!" Sela langsung bangkit dari posisi tidurnya. Gadis itu menatap sang ibu yang kini berdiri di pintu kamarnya dengan malas.

"Apa sih, Ma? Sela kan masih mau tidur," ucap gadis itu sambil sesekali membenahi tatanan rambutnya yang sangat berantakan.

"Tidur terus yang kamu pikirin! Ayo bantuin Mama sini." Bu Ratna kembali berjalan menjauhi pintu kamar Sela. Namun detik berikutnya, suara wanita itu kembali terdengar.

"Kalau nggak keluar juga, Mama bilangin ayah biar kamu nggak dikasih uang bensin." Mendengar kalimat ancaman itu, Sela segera berdiri dari ranjang kesayangannya untuk menyusul keberadaan Ibu Negara yang kini berada di dapur.

Enak saja ibunya bilang agar ayahnya tak memberikan uang bensin, bisa-bisa Sela mendadak puasa selama satu bulan. Uang jatah bensin dari ayahnya adalah salah satu dana yang paling diharapkan Sela. Jika ayahnya tidak memberikan uang bensin, maka ia terpaksa harus menggunakan uang jajan yang selalu ia sisihkan dan akan habis terganti dengan bensin motornya.

"Mama mah gitu, sukanya ngancem terus." Sela mendudukkan tubuhnya di kursi yang ada di meja makan. Ia baru saja keluar dari kamar mandi untuk membasuh wajahnya.

"Kamu kalau nggak diancem nggak bakal nurut sama Mama." Sela memutar bola matanya, kesal.

"Terus sekarang Sela suruh ngapain? Masa cuma duduk di sini liatin Mama masukin kue ke stoples?"

"Ya bantuin dong. Ini bener-bener ya, punya anak perempuan satu kok gini amat sih." Bu Ratna sampai menggelengkan kepalanya menghadapi kelakuan Sela.

Dengan malas, Sela kemudian mengambil salah satu stoples berukuran kecil yang masih kosong untuk ia isi dengan kue kering yang tadi dibuat ibunya.

"Dua puluh stoples ini yang pesen satu orang, Ma?" tanya Sela di tengah kegiatannya.

"Enggak. Ini ada tiga orang yang pesen. Satu orang pesen yang sepuluh, yang dua lagi masing-masing pesen lima."

Proses mengemasi kue kering ke dalam stoples itu selesai tiga puluh menit kemudian. Bu Ratna mulai menyingkirkan loyang yang tadinya berisi kue yang baru matang ke wastafel. Sedangkan Sela menyusun stoples berisi kue kering tadi di atas meja makan.

Shitty Dare✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang