27. TAK TERDUGA

162 21 2
                                    

Meskipun bukan malam Minggu, pusat perbelanjaan tempat Sela berada saat ini cukup ramai. Besok adalah hari libur nasional yang berarti semua orang akan libur. Mungkin karena itu bnyak orang yang memilih untuk menghabiskan waktu mereka bersama keluarga maupun orang terdekat ke tempat ini.

Kini keduanya tengah duduk berhadapan di salah satu food court di lantai paling atas bangunan itu. Dimas memang mengajak Sela pergi bukan saja untuk mencari barang. Ada beberapa hal yang telah ia rencanakan dalam pertemuan mereka kali ini.

“Jadi, alasan lo waktu itu sempet telfon gue beberapa kali dalam dua hari itu apa?”

Sela menghentikan gerakan mulutnya yang tengah mengunyah makanan. Pertanyaan Dimas membuatnya mengingat saat ia dan teman-temannya bermain kartu UNO di belakang kelas.

“Gue waktu itu main UNO sama temen-temen, cuma beberapa kartu ada darenya. Dan yang gue telfon itu darenya suruh random call anggota grup angkatan. Kebetulan aja itu pas dapet nomor lo.” Dimas mengangguk mengerti.

“Terus  dua hari lo main itu, dua hari lo dapet dare yang sama, dan dua kali juga lo dapet orang yang sama?” Laki-laki itu berusaha menahan tawanya saat Sela terlihat kesal karena ucapannya.

“Jangan dibahas lagi deh. Gue udah males.” Tawa Dimas kini pecah dan berhasil membuat beberapa orang menatapnya.

Selesai dari tempat makan, Dimas menyeret Sela menuju bioskop. Laki-laki itu langsung memesan dua tiket tanpa mengatakan film apa yang ia pilih pada Sela.

“Yuk,” ucap Dimas sebelum kembali menarik Sela menjauhi area penjualan tiket.

“Loh, mau ke mana? Lo udah pesen tiketnya 'kan?” tanya Sela di tengah langkah kakinya yang entah menuju ke mana.

“Masih empat puluh lima menit lagi. Masih cukup buat kita nyari barang buat Niko.” Sela menghela napas pasrah.

“Emang Niko pengen kado apa sih?” tanya Sela ketika Dimas menariknya memasuki sebuah toko dengan merk terkenal di atas pintu masuknya.

“Dia gak bilang pengen apa sih. Cuma bilang pengen kado yang harganya mahal. Mata duitan itu bocah emang.” Sela hanya bisa mengikuti Dimas yang tampaknya bingung hendak membeli apa.

“Bener juga sih, si Niko. Punya temen banyak duit kaya lo kan gak boleh disia-siain.” Sela tertawa yang langsung dibalas Dimas dengan mendorong kening gadis itu.

“Lo sama dia sama aja.”

---

Sela terus melayangkan cubitan keras pada lengan Dimas begitu mereka selesai menonton film. Gadis itu sejak masih di dalam tadi terus saja menyalahkan Dimas yang ternyata mengajaknya menonton film horor. Bukannya Sela takut menonton film yang berbumbu seram itu, dirinya hanya tidak menyangka jika Dimas akan mengajaknya menonton film horor.

“Salah lo juga, gak nanya gue beli tiket film apa.” Tawa Dimas terus mengiringi langkah mereka yang kini tengah berada di tangga berjalan.

“Oke-oke, gue yang salah.” Dimas merangkul bahu Sela yang kini wajahnya tengah menunjukkan kekesalan.

“Jangan marah gitu dong, senyum kek.” Tangan Dimas yang bebas menarik kedua sudut bibir Sela ke atas, membentuk sebuah senyuman.

“Nih udah nih.” Sela menolehkan kepalanya pada Dimas dengan senyuman paksaan di wajahnya.

“Nah gitu dong. Yang ikhlas tapi,” ucap Dimas sebelum melepaskan tangannya dari wajah Sela.

“Gue ke toilet dulu. Lo tunggu di sini aja.” Dimas langsung berlari meninggalkan Sela yang saat ini berdiri tak jauh dari food court tempatnya makan tadi.

Shitty Dare✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang