22. HUJAN ANGIN

149 24 5
                                    

“Gais, kita free sampe pulang sekolah. Soalnya guru pada rapat bahas penilaian Sekolah Adiwiyata di aula.” Semua yang ada di dalam kelas langsung bersorak senang begitu Andra selesai menyampaikan pengumumannya.

“Lo gak nipu kan, Ndra?” Etha bertanya yang langsung membuat Andra menoleh padanya.

“Serius. Barusan semua ketua kelas disuruh kumpul di ruang guru dikasih tau gitu.” Etha hanya mengangguk saja. Laki-laki yang saat ini duduk di atas meja barisan paling depan itu kembali fokus pada layar ponselnya.

“Ndra, kantin boleh 'kan?” Amel, perempuan yang duduk di dekat tembok bertanya.

“Boleh. Lo mau ngapel ke kelas pacar lo juga boleh.” Amel mendengus mendengar jawaban ketua kelasnya yang menyindir dirinya itu. Perempuan itu memang memiliki hubungan dengan salah satu siswa kelas dua belas.

Tak sedikit siswa yang mulai meninggalkan kelas, mungkin menuju kantin. Beberapa siswa laki-laki mulai merapat ke meja paling depan di depan meja guru, tempat di mana Etha duduk sejak tadi.

“Sel!” Seruan Lisa tak dihiraukan Sela. Gadis itu tetap pada posisinya yang kini tengah menelungkupkan kepalanya di atas lipatan jaketnya.

“Sela, woy! Malah tidur lo, anjir.” Lagi-lagi Sela tan menghiraukan Rani yang bahkan sudah mengumpat.

“Males gue kalo ntar kena dare lagi. Kapok gue udah.” Elena yang semula melangkah menuju ke meja langsung menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap teman-temannya yang duduk di belakang.

“Oke lah. Ntar kalo minat join langsung sini aja.” Ucapan Desti hanya dibalas deheman oleh Sela.

Sesaat sebelum memejamkan matanya, Sela teringat dengan ponselnya yang masih ia charge. Dengan malas gadis itu melangkah ke depan kelas untuk mengambil ponselnya yang ia charge di dekat meja guru. Ketika baru saja berbalik badan untuk kembali ke bangkunya, matanya membulat ketika menangkap sesosok laki-laki yang baru saja berjalan santai memasuki kelasnya.

Dimas melemparkan senyumnya pada Sela begitu melihat gadis itu. Namun Sela langsung berlalu begitu saja kembali bangkunya setelah sempat terkejut melihat kehadirannya.

Begitu sampai di bangkunya, Sela kembali pada posisi awalnya. Menelungkupkan kepalanya di atas lipatan jaket yang berada di atas mejanya. Ia sudah tak menghiraukan suara berisik di sekitarnya lagi. Yang penting ia bisa tidur sekarang.

Sela baru merasakan indahnya mimpi ketika seseorang tiba-tiba mengguncang bahunya dengan keras. Tak lama, terasa punggung dan tubuhnya ikut diguncang secara bersamaan.

“Sela, lo mau ikut kantin gak?!” Sela langsung bangkit begitu suara Tiara terdengar keras di telinganya.

“Berisik!”

“Ayo Sela, ayo ke kantin! Keburu pulang ntar.” Rani menarik tangannya dari tubuh Sela setelah temannya itu bersuara.

“Lo pada aja deh. Gue nyusul kalo mau. Orang lagi mimpi juga malah diganggu.” Sela bisa mendengar decakan teman-temannya sebelum mendengar suara langkah kaki menjauh dari tempat duduknya.

Beberapa menit masih mencoba untuk kembali ke alam mimpinya, Sela berdecak saat gagal mencoba kembali menjemput mimpinya. Pada akhirnya Sela memilih untuk menegakkan tubuhnya, mengumpulkan nyawanya yang masih tertinggal di alam bawah sadarnya.

“Anjir! Kalo aja lo gak mundur tadi, kita pasti udah menang.” Ucapan Tomi yang melintas di samping bangkunya membuat Sela memaksa matanya untuk terbuka guna melihat beberapa laki-laki yang berjalan di belakang Tomi.

“Gue kira musuh tadi masih ada yang di belakang, taunya di Etha.” Sakti memberikan pembelaan saat Tomi menyalahkan dirinya.

“Lo gak ikut ke kantin, Sel? Tumben amat.” Sela menoleh saat Alex yang berjalan di sampingnya bertanya.

Shitty Dare✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang