10. Bangga Berbahasa Indonesia

868 6 0
                                    

Bangga Berbahasa Indonesia
Karya: Sari Azhari


Pagi ini cuaca cerah sekali, terik matahari membakar tubuh. Namun, tak membuatku surut untuk bekerja. Namaku Nayla Aprianti putri, aku adalah seoarang guru di sebuah sekolah dasar. Aku sekarang tengah berada di kantor dewan guru tepat di rumah sekolah tempat ku mengajar.

Kriiiing .... 

Bunyi bel pertanda masuknya jam pelajaran. Aku berjalan menuju kelas tiga A, kelas yang akan menjadi tempatku mengajar saat ini.

"Assalamualaikum anak-anak, selamat pagi," sapaku saat sudah berada di singgasanaku yaitu tempat duduk di meja guru.

"Waalaikumsalam, Bu," jawab mereka yang beragama sama sepertiku.

"Selamat pagi, Bu," jawab mereka yang lain.

"Nino," panggilku.

"Teman-teman sebelum belajar marilah kita berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Doa dimulai," ucap Nino sang ketua kelas, seakan tahu apa maksudku saat memanggil namanya tadi.

"Selesai," lanjutnya.

"Baiklah anak-anak, sekarang kita akan belajar Bahasa Indonesia," ucapku.

"Iya, Bu," jawab mereka.

"Ibu mau tanya, anak-anak Ibu yang ada di sini dari suku apa saja?" tanyaku.

"Suku Jawa, Bu."

"Saya Batak, Bu."

"Saya, Padang Bu."

"Aceh, Bu."

"Wah banyak juga, ya. Selain suku yang kalian sebutkan tadi, masih banyak lagi suku yang ada di Indonesia. Seperti suku Melayu, suku Dayak dan suku lainnya," jelasku.

"Dari banyaknya suku, pasti juga banyak macam bahasanya bukan? Nah, jadi bagaimana cara kita agar bisa komunikasi dengan satu suku ke suku yang lain?" sambungku.

"Mempelajari bahasa dari suku lain Bu," jawab salah satu murid.

"Kalau begitu, kita harus pelajari banyak bahasa, karena banyak macam suku di Indonesia. Apakah mungkin kita bisa mempelajari macam-macam bahasa dari suku lain? tanyaku.

"Tidak, Bu."

"Lalu apa solusinya?" tanyaku.

Mereka diam, tampak berpikir.

"Anak-anak, di dalam ruangan ini, kita terdiri dari banyak macam suku. Apakah kita bisa berkomunikasi? Tentu bisa bukan? Ibu berbicara kepada kalian, sudah disebut komunikasi. Jadi apakah kita di sini memakai bahasa dari salah satu suku yang ada di Indonesia? tanyaku lagi.

"Tidak," jawab mereka serempak.

"Jadi kita menggunakan apa?"

"Bahasa Indonesia, Bu."

"Nah, betul sekali anak-anak. Bahasa Indonesia, bahasa yang bisa menyatukan kita semua dari Sabang sampai Merauke. Kita disatukan dengan satu bahasa, yaitu bahasa Indonesia. Dengan adanya Bahasa Indonesia, kita dapat dengan mudah berkomunikasi, kita dapat hidup berdampingan antara suku yang lainnya. Penggunaan bahasa Indonesia diresmikan setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Telah tercantum di dalam sumpah pemuda, yaitu kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Sangat jelas bahwa bahasa Indonesia dan kita tidak bisa dilepaskan di manapun kita berada," jelasku panjang.

"Paham?"

"Paham, Bu."

"Sebelum Ibu lanjut menjelaskan, apa di antara kalian ada yang mau bertanya?"

"Saya, Bu," ujar salah satu murid yang bernama Via.

"Iya, Via. Silakan."

"Bu, dulu sewaktu Via pulang ke kampung halaman Ayah, Via bertemu teman masa kecil Via. Tapi kami tidak bisa berkomunikasi dengan lancar Bu, karena mereka tidak lancar bahasa Indonesia dan Via tidak lancar bahasa daerah di sana. Lalu Via diejek, saat itu Via sempat malu karena hanya lancar bahasa Indonesia. Via salah tidak Bu, karena sudah malu?" tanya Via panjang.

Aku tersenyum mendengar cerita dan pertanyaan Via.

"Kamu salah, Via. Seharusnya mereka yang malu, karena tidak lancar berbahasa Indonesia. Padahal bahasa Indonesia sangat mudah dipahami oleh masyarakat, tetapi kamu tidak boleh mengejek mereka, ya. Perbuatan itu tidak baik."

"Iya, Bu. Sekarang Via tidak malu lagi. Sekarang Via bangga dengan bahasa Indonesia."

"Alasannya?" tanyaku.

"Karena seperti yang Ibu jelaskan tadi, bahasa Indonesia bisa menyatukan banyaknya suku di negeri ini." Via tersenyum.

"Betul sekali. Yang lain, bangga tidak dengan Bahasa Indonesia?"

"Bangga, Bu."

"Kalau kalian bangga, bagaimana cara kalian menyikapi bahasa Indonesia? Ada yang mau menjawab?"

"Saya, Bu," ucap Dira.

Aku hanya tersenyum dan menganggukkan kepala sebagai tanda mempersilakan.

"Saya akan menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari saya. Mempelajari lagi bahasa Indonesia, karena pengetahuan saya tentang bahasa Indonesia jauh dari kata sempurna," jelas Dira.

"Bagus sekali Dira. Anak-anak Ibu harap jawaban kalian juga sama seperti Dira, yaitu ingin menjadi yang lebih baik lagi dari pada sebelumnya."

"Iya, Bu."

"Baiklah, sebelum Ibu mengakhiri pelajaran kali ini, Ibu akan memberikan satu nasihat. Ada pepatah mengatakan bahwa tak kenal maka tak sayang. Jadi, marilah kita mengenal bahasa kita agar rasa cinta kita terhadap bahasa Indonesia semakin kuat. Jangan malu, tapi berbanggalah berbahasa Indonesia."

Kami Bangga Berbahasa Indonesia (Antologi Cerpen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang