Story

255 50 19
                                    

Mingyu memandang Wonwoo yang masih bersedih. Sudah seminggu berlalu setelah peperangan itu. Mingyu tidak bisa berbuat apa-apa karena Wonwoo menolaknya.

Sebelum Doyoung kembali ke kerajaan Moon ia bilang kepada Mingyu kalau Mingyu memang mengingatkan Wonwoo atas kejadian itu. Lantas Mingyu bisa apa selain hanya mencoba mendekati Wonwoo dengan perlahan?

Ia menghampiri Wonwoo dan menaruh secangkir teh yang ia bawa di meja yang berada di hadapan Wonwoo. Mingyu dapat melihat Wonwoo tersentak sebelum kembali menatap hamparan taman yang luas.

"Is it better for us to divorce? Mungkin kita memang tidak berjodoh." perkataan Mingyu membuat Wonwoo menolehkan kepalanya, "After my Kingdom was ruined and my parents leave me― you want to leave me too?"

Am I not worth for anyone?

Mingyu menghela napasnya, "No. I just― you're traumazed and I think it's better for me to stay away from you. You can't forget that moment if I still around you."

Wonwoo terisak pelan. Mingyu menahan dirinya untuk tidak memeluk Wonwoo, "If it's better for us ―then.. Let's divorce."

Mingyu beranjak dari kursinya, "I'll talk to my parents.. Just stay here after we divorce."

"Nah. Don't mind me. I'll find my own home to stay." Wonwoo beranjak dari kursinya dan menoleh kearah Mingyu, "Terimakasih untuk 5 bulannya. I really apreciate you for making me warm― perasaan yang sudah lama tidak aku rasakan."

Mingyu menatap Wonwoo yang berjalan menjauh. Entah kenapa, ia merasakan kesedihan disana.

─────────────

"Yukhei, kapan mama akan kembali? I miss mama." ucapan Dejun sontak membuat Jungwoo dan Yukhei tercekat.

Jungwoo mengelus rambut Dejun yang sedang berada dipangkuannya, "Ojun, ingat tempat indah yang kita kunjungi minggu lalu?"

Jungwoo berusaha menjelaskan kepada Dejun perihal kedua orangtua Dejun. Dejun sempat mengatakan bahwa tempat peristirahatan kedua orangtuanya kemarin sangat indah.

Guanheng yang sudah tau akan kemana pembicaraan ini pun langsung memeluk Yukhei. Ia tidak ingin mendengarkannya.

Dejun menganggukan kepalanya, "Nah, tempat itu sekarang menjadi rumah Ayah dan Mama Ojun."

Dejun menolehkan kepalanya kearah Jungwoo, "Huh? Apa Ayah dan Mama bisa bernapas disana?"

Jungwoo menggelengkan kepalanya dan mengelus pipi Dejun, "Bisa.. Mereka sudah bahagia disana."

"Ojun bahkan belum tumbuh dewasa, tapi Ayah dan Mama sudah lelah menjaga Ojun. Kira-kira.. Kapan Ayah dan Mama sudah tidak lelah lagi? Ojun ingin dibacakan dongeng oleh Mama."

Jungwoo melihat ke atap ruangan. Jungwoo tidak tahan mendengar ucapan bocah berumur 4 tahun ini.

Yukhei mengelus tangan Jungwoo, "Saat tiba waktunya, aku yakin Ojun bisa bermain bersama Ayah dan Mama lagi. Untuk sekarang.. Jungwoo dan Yukhei bisa menjadi Ayah dan Mama untukmu dulu. Okay?" ujar Yukhei sembari mengelus kepala Dejun.

Dejun tersenyum dan mengangguk, "Mama harus membacakan dongeng untukku nanti."

Jungwoo tersenyum, "Janji. Ojun main dengan Guanheng dulu ya. Wooie akan keluar sebentar."

Setelah mendapat anggukan dari Dejun, Jungwoo langsung mengajak Yukhei untuk keluar dari ruangan.

Ia memeluk Yukhei dan terisak. Yukhei menghela napas dan mengelus punggung Jungwoo.

ᴷⁿᵒʷⁿ ᵁⁿᵏⁿᵒʷⁿˢ ᴾʳᶦⁿᶜᵉTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang