~ℂ𝕙𝕒𝕡𝕥𝕖𝕣 𝟞, 𝕀 [𝕕𝕠𝕟'𝕥] 𝕟𝕖𝕖𝕕 𝕪𝕠𝕦𝕣 𝕙𝕖𝕝𝕡!~

16 1 0
                                    

Beberapa jam telah berlalu. Tetapi, matahari sama sekali tidak bergerak dari tempatnya. "Ya, dunia yang berada di bawah kendali nona Azora, mungkin nona Azora sendiri yang menginginkan untuk tetap membuat dunianya tetap seperti ini karena alasan tertentu." Begitulah yang dikatakan oleh Lucy.

"Aku terkejut, mengapa logikamu bisa sampai ke sana?"

Lucy mengangkat kedua bahunya, "entahlah. Pikirkan saja segala kemungkinan. Soalnya kita berada di dunia yang dimana imajinasi seseorang bisa menjadi nyata. Siapa yang tahu?"

Emma dan Izar juga setuju dengan pemikiran Lucy. Kemudian, kami lebih memilih untuk menghiraukannya dan tidak memperpanjang urusan tersebut.

"Ternyata berjalan itu bisa sampai se-lelah ini ya.." Keluh Lucy.

"Memangnya kamu ke sekolah tidak berjalan kaki?" Tanya Emma.

"Hah, mana mungkin Emma." Lucy menghela napas nya, "dari rumahku menuju sekolah dengan menggunakan mobil saja memakan waktu sekitar 10-15 menit."

"Oh, karena jauh, ya? Aku mengerti perasaanmu, kok."

"Apa-apaan itu? 10-15 menit menggunakan mobil hanya untuk pergi ke sekolah? Bukankah lebih menantang jika berjalan kaki menuju sekolah dari rumahmu?" Gurau izar.

Lucy sedikit jengkel dengan perkataan izar, "hah? Aku menarik perkataanku sebelumnya. Sebenarnya staminaku ini tidak terbatas, lho!"

"Oh begitu? Jadi kamu ingin berlomba denganku?"

"Ayo! Siapa takut?!"

"Haha, menyerahlah karena kemenangan sudah pasti milikku!"

"Hei, kalian-" Sebelum menyelesaikan perkataannya, Emma tertinggal oleh Lucy dan Izar yang mulai berlari. Emma melihat aura yang berapi-api diantara mereka seakan-akan tidak ada yang mau mengalah diantara mereka.

Mereka ini haus akan kemenangan atau tidak mau dianggap remeh?

Emma lebih memilih menghiraukan mereka. Kemudian, Emma merasakan bahwa kaki nya mulai melemah. Emma mengeluarkan kuas dari sakunya lalu mengatakan, "Efude, tolong buatkan aku sebuah sepeda."

Kemudian tidak ada yang terjadi. Mungkin rusak? Pikirnya. Karena tidak terjadi apapun, Emma menyimpan kembali kuas-nya kedalam sakunya dan berlari kecil untuk menyusul Lucy dan izar.

--------------------------------------------------------------

Akhirnya, Emma sempat mengejar mereka berdua. Lucy dan Izar terlihat kelelahan karena terlalu banyak mengeluarkan tenaga saat berlari.

"Tadi itu, aku yang menang, tahu!" Seru Lucy.

"Apa-apaan itu? Jelas-jelas aku yang menang." Timpal Izar tidak mau kalah.

Emma merasa jengkel karena mereka berdua hanya bertengkar sejak tadi. "Maaf mengganggu kalian berdua, tetapi bisakah kalian simpan tenaga kalian untuk perjalanan kita menuju dunia luar? Jika sudah keluar, kalian boleh bebas." Ucap Emma sembari tersenyum ke arah mereka.

Lucy dan Izar melihat ke arah Emma. Mereka terlihat ketakutan. Jelas-jelas itu bukan senyuman, itu ancaman... Pikir mereka.

Izar terdiam sejenak. Izar seakan-akan mendengarkan sesuatu dari kejauhan. "Aku mendengar sesuatu..." Gumamnya.

"Apa yang kau dengar?"

"... Tidak terdengar dengan jelas. Tetapi, sepertinya suara itu berasal dari kanan kita dan bukan arah untuk menuju 'Sapphire mountain'." Izar menunjuk ke arah kanan mereka.

"Jika ada orang selain kita, mungkin mereka juga senasib dengan kita. Bukan begitu, Emma?" Tanya Lucy.

"Iya, kita harus ke sana." Emma mengisyaratkan Lucy dan Izar untuk mengikutinya menuju tempat sumber suara tersebut. Mereka mempercepat langkah mereka.

𝐻𝒶𝓅𝓅𝒾𝓃𝑒𝓈𝓈 𝑜𝓃 𝓉𝒽𝑒 𝒸𝒶𝓃𝓋𝒶𝓈Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang