~ℂ𝕙𝕒𝕡𝕥𝕖𝕣 𝟝, 𝕥𝕙𝕖 𝔼𝕞𝕖𝕣𝕒𝕝𝕕 𝕖𝕪𝕖𝕤 ~

11 3 0
                                    

Setelah melewati sungai, akhirnya Emma dan Lucy melanjutkan perjalanan mereka. Kini mereka akan melewati sebuah hutan yang sangat luas. Pepohonan di hutan tersebut juga sangat tinggi. Mereka sedikit tidak yakin, apakah mereka bisa melewati hutan ini?

"Untuk pergi keluar dari dunia ini saja bisa memakan banyak waktu, ya." Lucy menghela napas nya, "terus aku tidak begitu mengerti mengapa orang yang bernama Azora itu sampai repot-repot membawa kita ke sini?"

"Jika aku memasuki dunia ini karena mencoba ingin melukis di atas kanvas, bagaimana denganmu, Lucy? Apa kamu ingat mengapa kamu bisa sampai ke sini?"

Lucy terdiam sejenak berusaha untuk mengingat suatu kejadian. Akhirnya Lucy mengingat sesuatu, "aku sedikit mengingat kejadian itu. Saat itu aku sedang berbicara bersama orang yang bernama... ermmmm, kak Alisa.

Lalu, aku tidak begitu mengingatnya, tapi tiba-tiba saja mataku seakan-akan tertutup sehingga aku tidak bisa melihat apa yang terjadi. Tanpa aku sadari, aku berada di dunia ini dan sekitar 3 menit kemudian aku bertemu denganmu."

"Ngomong-ngomong, apa yang kamu bicarakan dengan kakakku?" Kini pikiran Emma telah dipenuhi oleh beberapa pertanyaan.

"Oh, kak Alisa itu sedang membawa beberapa kanvas. Aku mencoba untuk menolongnya. Lalu.... Kami berbicara tentang..." Lucy terdiam sejenak. Kemudian ia berbicara kembali, "maaf. Aku tidak begitu mengingat apa yang dibicarakan. Tapi pasti, jika beberapa saat aku mengingatnya, aku akan langsung memberitahu padamu."

"Terima kasih, itu akan sangat membantu." Ujar Emma.

Saat ini, kami tidak mengetahui apa-apa. Masih banyak sekali yang harus kita cari tahu. Lalu, aku bahkan melupakan satu hal penting. Satu hal yang sangat ingin kuketahui. Emma berusaha berpikir mengapa dia bisa mencapai ke sini.

Sebelumnya Emma mengatakan bahwa dia datang ke sini karena mencoba untuk melukis di atas kanvas karena sesuatu. Alisa pernah mengatakannya. Tetapi, Emma sama sekali tidak mengingatnya. Kemudian Emma memutuskan untuk melupakannya saja.

"Emma.."

"Hmm?"

"Kita, tidak tersesat bukan?" Lucy dan Emma seketika berhenti berjalan.

"Ahh, tidak. Karena mengobrol dan pepohonan yang tinggi ini, kita jadi tidak tahu dimana letak gunung itu." Gumam Emma, "setidaknya kita jalan saja terlebih dahulu. Siapa tahu kita bisa melihat gunung itu atau keluar dari hutan ini."

"Baiklah. Kita akan sedikit memperlambat langkah kita supaya tidak tersesat." Ucap Lucy. Akhirnya, Emma dan Lucy pun berjalan lebih lambat dibanding sebelumnya.

Setelah beberapa saat mereka berjalan di hutan itu, tiba-tiba saja Lucy melihat seseorang yang berada di atas pohon. "Emma!" Sahutnya sembari menunjuk ke arah seseorang yang berada di atas pohon.

"Siapa dia?" Bisik Emma.

"Entahlah, apa dia nona Azora yang Efude maksud?"

"Hei, jelas-jelas dia seorang laki-laki. Lalu, nona Azora berada di 'Sapphire mountain' , bukan?" Emma sedikit jengkel dan berusaha untuk mengecilkan suaranya. Meskipun dia sangat ingin berkata sedikit keras.

"Siapa di sana?!" Seru orang itu dari atas pohon.

Emma yang tidak suka dengan sembunyi-sembunyi, dia bahkan lebih memilih untuk menjawab orang itu, "ya! Di sini memang ada orang. Kami mau menuju 'Sapphire mountain'!"

Setelah beberapa saat, orang itu menuruni pohon dan menghampiri Emma dan Lucy. Orang itu memiliki rambut berwarna hijau muda dan mata yang berwarna seperti permata zamrud. Orang itu juga memiliki tinggi yang kira-kira tidak jauh beda dari Emma dan Lucy. Seperti yang dikatakan Emma, dia adalah seorang lelaki.

𝐻𝒶𝓅𝓅𝒾𝓃𝑒𝓈𝓈 𝑜𝓃 𝓉𝒽𝑒 𝒸𝒶𝓃𝓋𝒶𝓈Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang