~ℂ𝕙𝕒𝕡𝕥𝕖𝕣 𝟡, 𝔸𝕫𝕠𝕣𝕒~

7 2 0
                                    

"Baiklah, kita akan melanjutkan perjalanan kita!" Seru Lucy.

"Oke!" Seru yang lainnya serempak. Akhirnya, mereka-pun melanjutkan perjalanan mereka menuju 'Sapphire mountain'. Kini tinggal berjalan sedikit lagi, mereka akan sampai di gunung itu.

Mereka melewati jalan biasa. Sampai sekarang belum ada tanda-tanda keberadaan orang lain.

"Oh iya," Izar seakan-akan mengingat sesuatu, "bagaimana Felix dan Feliz bisa masuk ke dalam dunia ini?"

Emma juga ikut bertanya. Emma seakan-akan seperti menemukan suatu teori yang memiliki kemungkinan besar, "sebelum kalian memasuki dunia ini, apa kalian juga bertemu dengan orang yang bernama Alisa Mazarine?"

"Iya memang benar. Kami bertemu dengan kak Alisa Mazarine." Ucap Felix.

"Apa kalian membicarakan sesuatu?"

"Entahlah, aku tidak begitu mengingatnya. Bagaimana denganmu, Feliz?"

Feliz berusaha mengingat, "kalau dipikir-pikir, kak Alisa Mazarine itu mengajak kami untuk mengobrol bersama. Lalu, dia mengajak ngobrol dengan kami disaat kami mengalami suatu masalah."

"Masalah apa?"

"Hmmm... Mungkin tentang masa laluku dengan kak Felix. Kami berdua selalu menutup diri dan tidak mau menerima siapapun untuk menjadi teman kami. Ya, kami ada masalah tersendiri."

Lucy terkesiap karena mengingat sesuatu, "permasalahannya mirip denganku. Aku baru mengingatnya. Aku membantu kak Alisa membawa beberapa kanvas. Dia seakan-akan sudah mengetahui masalah di masa lalu ku dan membicarakan hal itu."

Setelah mendengar pembicaraan Lucy, Izar-pun mulai berbicara, "aku juga seperti kalian. Berbicara dengan kak Alisa Mazarine. Membicarakan tentang masa laluku yang kelam. Padahal aku sama sekali belum mengenalinya, tetapi dia seakan-akan mengerti perasaanku."

Emma bergumam, "Efude mengatakan bahwa kak Alisa-lah yang membawa kita kemari. Kami juga memiliki masalah-masalah sendiri tentang kehidupan... Dan kak Alisa membicarakan hal itu."

Izar mendengar gumaman Emma, "ada apa, Emma?"

"Entahlah, kak Alisa itu bukan tipe orang yang suka melakukan hal yang tidak bermanfaat. Aku yakin, dia memasukkan kita ke dunia ini bukan hanya kebetulan. Lupakan saja, mungkin aku memikirkan sebuah teori ini tetapi, aku tidak yakin apa itu benar atau tidak."

"Baiklah, jika kau bilang begitu-"

Emma mengelak pembicaraan Izar, "masalahnya hanya satu. Bagaimana bisa kak Alisa memasukkan kita ke dalam dunia yang kita sama sekali tidak tahu asal usulnya. Ini sudah bukan masuk akal manusia, ini sudah masuk akal imajinasi. Sebelumnya imajinasiku juga menjadi nyata..."

Izar hanya terdiam. Apa yang dikatakan Emma itu benar. Mereka berada di dunia kanvas. Seharusnya dunia ini hanya imajinasi yang berada dipikiran manusia. Mustahil imajinasi itu bisa menjadi kenyataan.

"Seharusnya dunia ini gak ada karena mustahil-"

"Mungkin itu memang mustahil. Tetapi, kenyataan yang ada di depan kita adalah kita berada di dunia kanvas yang kau sebutkan itu dan sejak tadi kita menepakkan kaki kita di sini. Ini sudah sangat jelas bahwa dunia ini ada."

Emma menghela napasnya, "aku juga tahu itu. Tetapi, dunia seperti ini tidak sepatutnya ada."

"Itu benar, Emma." Emma dan Izar terkejut dengan suara seseorang yang berada tepat dari belakang mereka.

"Ada apa Emma? Izar?" Lucy, Felix, dan bahkan Feliz juga terkejut dengan kedatangan seseorang. Orang itu adalah kakak Emma, Alisa Mazarine.

"Kak Felix... Bukankah dia, kak Alisa Mazarine yang pernah mengajak kita bicara sebelum kita terjebak di dunia ini?" Bisik Feliz.

𝐻𝒶𝓅𝓅𝒾𝓃𝑒𝓈𝓈 𝑜𝓃 𝓉𝒽𝑒 𝒸𝒶𝓃𝓋𝒶𝓈Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang