.
.
'Masih teringat jelas, tatapan itu... sorot matanya ketika melihatku terjatuh... wajahnya yang tanpa senyuman atau ekspresi apapun... Rasanya tubuhku melayang bebas... aku pasti mati terjatuh menghantam mobil itu.. mungkinkah ini akhir hidupku?'
'Aku memejamkan mata pasrah, bersiap menerima segala rasa sakit... aku tahu terjatuh dari ketianggian sebuah gedung bukanlah hal yang wajar jika kau mengharap masih baik-baik saja, tentu saja jawaban yang paling tepat adalah kematian yang akan menghampirimu, bukankah harusnya begitu?'
'Bruk!'
'Namun entah kenapa ini terasa berbeda... bukan rasa sakit yang aku rasakan.. , tapi sebuah ketenangan.. rasanya tubuhku terbaring di rerumputan nan halus, kudengar suara kicauan burung.. segarnya hembusan angin.. dan harumnya aroma bunga.. apakah ini surga? Jadi memang aku sudah mati..? dan benarkah ini surga? Perlahan aku membuka mataku, semakin jelas terlihat.. diatasku adalah awan putih berarak dan langit biru nan luas. Sungguh sangat indah.. Aku mencoba melihat ke sekitarku.. kuedarkan pandanganku ke kanan dan kekiri, perlahan mencoba bangun. Sejauh mata memandang hanyalah hamparan taman bunga nan indah. Mungkin ini benar surga. Haaah.. kuhela nafasku dan berdiri.. kurentangkan kedua tanganku keatas dan tersenyum sambil menghirup udara yang begitu menenangkan. Berjalan perlahan, kusentuh bunga-bunga indah ini dan mencium aromanya.. jadi seperti ini rasanya mati? Aku tidak menyangka jika akan berada di surga yang seindah ini... ternyata mati tidak buruk juga.. '
.
.
.
.
.
3 HARI KEMUDIAN...
Seorang ibu dengan wajah lelah terus berdoa dan memijat tangan sang anak yang terbebas dari selang infus. Ia menunggui sang anak yang terbaring tidak sadarkan diri akibat terjatuh dari atap gedung yang tinggi dan menghamtam sebuah mobil yang terparkir di bawahnya. Satu-satunya putra yang ia miliki yang sangat ia cintai, ia tidak ingin kehilangan nya.
Perlahan kelopak mata yang tadinya tertutup selama tiga hari itu kini mulai bergerak dan terbuka, menatap sang ibu yang menjadi satu-satunya orang yang menungguinya disana.
"Ah! Dokter!" teriak si ibu dengan gembira melihat sang putra bangun dari komanya. Ia bergegas memanggil dokter dengan tangis haru untuk segera memeriksa putra nya yang sangat ia rindukan.
'Perasaan apa ini?' batin Perth mengedarkan pandangannya, menatap sekitar. Ia kini berada di ruangan serba putih dengan peralatan dan aroma khas rumah sakit. Pandangannya terpaku pada sebuah vas yang berisi rangkaian bunga krisan berwarna putih, kuning dan pink didekat meja nakasnya. Bunga itu terlihat begitu segar dan indah.
.
.
.
"Ini adalah sebuah keajaiban... tidak ada luka serius ditubuhnya.. dia baik-baik saja dan sudah bisa pulang.." ucap dokter pada Tui. Ibu Perth.
"Terimakasih banyak.. dokter.." ucap Tui pada dokter yang telah menangani Perth, sementara Perth menunggu sang ibu di luar ruangan.
Sang ibu dengan senyum bahagia menggandeng lengan Perth berjalan di lorong rumah sakit, yah Perth sudah diperbolehkan pulang. Dari arah berlawanan beberapa perawat dan dokter bergegas mendorong seorang pasien yang terbaring diatas ranjang untuk segera diselamatkan. Saat berpapasan, Perth sekilas menatap wajah pasien itu dengan heran. Wajah pasien itu putih pucat dengan sorot mata berwarna merah pekat. Namun ia hanya mengabaikannya saja, mungkin kondisi kepalanya belum baik hingga melihat hal yang tidak-tidak, Perth menggelengkan kepalanya dan lanjut berjalan bersama sang ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTERMATH (END)
FanfictionApa jadinya jika kamu dapat mengetahui orang yang akan meninggal? Perth tiba-tiba mendapat kemampuan khusus melihat orang yang ditakdirkan akan segera mati, dengan ciri-ciri wajah pucat putih dan mata merah pekat. Dan bahkan bukan hanya itu, ia juga...