02

408 57 17
                                    

Perth masih memikirkan kejadian yang dialaminya, semua hal aneh yang terjadi sejak ia terbangun dari koma. Saat berangkat sekolah dan melewati perempatan lampu merah yang kemarin terjadi kecelakaan, ia mencoba mengingat kembali.

'Dirumah sakit..' gumamnya. Ia teringat pasien yang kritis terbaring di ranjang dan di dorong oleh dokter yang sempat berpapasan dengan Perth. Pasien itu memiliki wajah putih pucat dengan sorot mata merah pekat.

'Kecelakaan mobil'

Dan diperempatan lampu merah ini, sepasang kekasih yang mengalami kecelakaan kemarin, dua orang itu awalnya memiliki wajah putih pucat dan juga sorot mata merah, namun si wanita yang berhasil diselamatkan olehnya wajahnya kembali normal dan si pria mati tertabrak mobil.

'Serta Pria paruh baya semalam' juga memiliki wajah putih pucat serta sorot mata merah, dan sesaat kemudian pria itu tewas.

.

Perth terdiam di kelas, masih berusaha keras berfikir, apa artinya semua ini? Kenapa hal ini terjadi padanya?

"Plak!" Mean mengeplak kepala Perth yang hanya diam dari tadi di kursinya.

"Hei! Ayo ke kantin" ucap Mean

.

.

"Bolehkah aku meminjamnya selama seminggu??" ucap Mean mengejar Perth yang membawa skateboard keluar dari kelas mereka.

"Tidak boleh..." tolak Perth, Mean merangkul bahu Perth

"Kalau tiga hari??" tawar Mean

"Tidak" tolak Perth lagi

"Kenapa tidak?" Tanya Mean masih berusaha merayu untuk meminjam skateboard milik Perth

Perth menjulurkan lidahnya dan tertawa mengejek, Mean akhirnya menyerah. Kini pandangan Mean focus menatap ke arah halaman sekolah.

"Kemarin.. para gadis membuatnya malu.." ucap Mean menatap seorang guru olah raga yang berada di halaman sekolah.

"Apa itu kau?" ucap Perth menebak. Mean yang kesal ingin sekali memukul kepala yang ia sudah anggap sahabatnya ini. Namun tidak jadi, Mean kembali merangkul Perth dan mengarahkan kepala Perth untuk menatap halaman sekolah.

"Maksudku beliau.. guru kita.." ucap Mean, Perth mengikuti arah pandang Mean dan akhirnya dia mengerti maksud perkataan Mean itu. Guru olah raga mereka Pak Joss yang kini sibuk mendribel bola dipinggir lapangan sendirian.

"Deg!" Perth begitu terkejut ketika melihat wajah gurunya itu menjadi putih pucat, ia melepas rangkulan Mean dan menatap sang guru lekat, takut apa yang ia lihat salah. Perth mengamati posisi sang guru dan benar gurunya itu berada tepat dibawah yang ternyata lantai diatasnya terdapat para murid sedang bercanda dan ada pot bunga di pinggir tembok, jika pot bunga itu jatuh maka tepat akan mengenai kepala gurunya itu.

"Kau tunggu sebentar!" ucap Perth, ia langsung memberikan papan skateboart nya pada Mean dan segera berlari dengan panic seperti mengejar maling, Mean hanya terdiam tidak mengerti. Perth bergegas mengejar waktu, ia takut jika terlambat maka gurunya mungkin tidak akan bisa diselamatkan.

"Pak guru!" teriak Perth mendorong sang guru, mereka terjatuh dengan Perth berada di atas si guru olahraga.

"PRANG!"

Pot bunga jatuh di sisi mereka tepat sedetik setelah Perth dan Joss terjatuh.

"Ada apa?"

"Apa yang terjadi?"

"Dia menyelamatkan guru kita!"

Beberapa murid langsung berkerumun di sekitar Perth, mereka melihat aksi penyelamatan Perth terhadap sang guru, beberapa siswa yang membawa ponsel mengabadikan kejadian itu. Perth segera beranjak berdiri begitu juga dengan sang guru.

AFTERMATH (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang