Seragam Baskara mempunyai noda darah yang sedikit mengering. Ia sudah duduk di bangku tribun markasnya, bersama dengan teman-temannya. Pagi tadi ia memimpin untuk membalas serangan yang dilakukan Gabriel kepada Devan. Jangan ditanya siapa yang menang, kalau Baskara kalah ia tak disini.
"Gila anjir, tadi Gabriel hampir mecahin pala gue. Untung Baskara sigap kalo kaga, beuhhh" ucap Damar, semangat. Memang jika habis bertarung mereka akan menceritakan kejadian aneh, lucu, juga kejadian pahlawan temannya
"Lo liat ga pas Agus kena serang bang Alvin, anjir ngomong doang gede pas dihajar sekali ambruk" kini junior lain yang bersuara, mereka terkekeh menanggapi itu
Sadar akan satu hal Devan menegur sang ketua yang seakan gusar "Kenapa Bas?" Tanya nya
Baskara menyeka wajahnya, jujur saja ia gusar. Perasaan ini sudah ada sejak meninggalkan Senja tadi. Ia pikir akan hilang dengan adanya balas dendam ini nyatanya perasaan makin tak karuan. "Gue kepikiran Senja". Penuturannya menyita perhatian semua.
Hening, Devan ingin menepuk pundak Baskara tapi ia malah merintih kesakitan. "Udah diem aja tangan lu, atu udah digips masa satu lagi mau digips juga" Alvin mengantikan posisi Devan, ia menepuk pundak Baskara
"Kenapa si Bas? lo masih merasa bersalah gara-gara ninggalin Senja tadi pagi?" Jujur Alvin pun tak enak bila harus melihat hubungan Baskara dan Senja merenggang. Ya tapi mau gimana, persahabatannya pun sedang diuji. Gaya lo Al..
Baskara hanya diam, semua pun ikut hening. Cukup lama sampai kedatangan tamu tak diundang dengan suara khas cemprengnya, "Baskara!" Teriaknya memanggil
Semua mata kini teralihkan kesumber suara, Ayu dan Ajimo. Mereka tidak seperti biasanya, "Senja mana?" Tanya Ayu
Pertanyaannya membuat mereka semakin bingung, "bukannya Senja sama lo? Dikelas kan?" Tanya Devan kembali
"Heh, jangan ngadi-ngadi ya lo. Gue aja nyariin Senja. Bukannya cabut nyusulin lo?" sewot Ayu, duh Senja mana si. Ia sudah hilang sejak istirahat ditambah desas-desus para murid yang membicarakan Senja menangis
Baskara langsung menegakkan tubuhnya, firasatnya benar. Senjanya tidak baik-baik saja.
"Senja dimana?" Tanya Baskara kembali, kekhawatiran tercetak jelas di wajahnya
"Denger ga? Kita aja nyariin Senja, lo malah nanya kekita" ketus Ajimo, duh jangan memulai deh Mo
Baskara berjalan cepat kehadapan Ajimo, menatap tajam kearahnya. "Terakhir liat kapan?" Tanya nya memastikan
Ajimo tak kalah tajam, matanya sedikit mirip Baskara. Hanya sedikit redup, "istirahat" jawabnya singkat, lalu menyodorkan tas Senja kedada Baskara dengan sangat tidak santai. Membuat beberapa teman Baskara ikut berdiri
Baskara mengambil tas Senja, tas ransel biru dongker berbordir Bas diujung bawah dengan kecil. Menunjukkan kepemilikkan.
"Kalo gabisa jaga, putusin" tekan Ajimo, duh memulai percikkan api nih
"Jangan sampai kejadian yang lalu keulang" Tegas Ajimo. Ia hanya khawatir Senja menghilang akibat ulah perkelahian Baskara. Jangan, jangan lagi.
Ayu yang sudah jelas bisa melihat situasi dari dekat, membuka suara "Ada yang lihat Senja lari sembari nangis dikoridor" intrupsinya, duh Ayu untung kamu sigap
Baskara mengalihkan tatapannya ke Ayu, meminta penjelasan lebih. "Gue gatau lagi, gue cuma tau itu dari beberapa murid" jelasnya, peka akan tatapan mata Bara
Baskara langsung pergi meninggalkan mereka semua, Senja sedang tidak baik-baik saja. "Nja, maaf". Kata itu berulang kali ia lafalkan.
••
Dingin. Udaranya dingin. Senja mengakhiri perjalanannya disini. Kota hujan, "makasih Pak". Sang supir amat baik, ia melewati perjalanan tanpa adanya pertanyaan. Hanya alunan lagu ringan yang di putar oleh supir taksi itu seakan tau bahwa ia hanya butuh ketenangan
Hari semakin sore, Senja masih menikmati ketenangan di caffe dipelisir kota ini. Menikmati secangkir teh dan juga roti kering. Handphone nya kehabisan baterai sejak berada diluar kota
Satu nama muncul dibenaknya, Baskara. Dengan memikirkan Baskara ia sedikit tenang, bahkan hanya memikirkan nya saja ia bisa sedikit melupakan kejadian pilu tadi
"Punten teh" ucap lelaki yang menggunakan seragam abu-abu didepannya
Senja hanya diam tak ada niat menanggapi, lelaki itu kikuk sendiri "Senja bukan ya?" Tanya nya kembali
Senja menoleh kearah lelaki itu, ia membulatkan matanya. "Elang?" Tanyanya kembali
Lelaki itu mengangguk lalu menarik kursi didepan Senja, "gue pikir siapa, gue pake manggil teh segala lagi" cerocos Elang. Kenalkan, Elang Wirantara. Teman Smp Senja, cukup akrab sebelum Elang menghilang begitu saja
Senja terkekeh, "ngapain lo disini?" Tanya Elang kembali
"Lah lo ngapain disini?" Tanyanya, memilih tak menjawab
"Lah gue mah emang suka nongkrong disini, sekolah gue tuh disana" tunjuk Elang kearah gedung sekolah yang hanya kelihatan atapnya saja. SMA 7 BOGOR, itu tertulis diatap sana.
"Oh, jadi lo menghilang terus pindah kesini" Senja ber-oh ria, mengerti
Elang mengamati Senja, "lo abis nangis ya?" Tanya nya kembali
Senja hanya mengedikkan bahunya, acuh. "Lo makin tinggi ya" hmm, berbau mengalihkan pembicaraan. Dasar Senja
"Lo nya aja yang ga tinggi-tinggi" ledek Elang
Senja mendesis, obrolan mereka berlarut panjang. Sedikit membuat Senja tenang, sejenak terlupa oleh kejadian itu.
•••
"Terakhir di sekitar bogor" jelas suara disebrang sana, Baskara masih memacu motornya menambah kecepatan. Semoga saja ia tak terlambat, semoga.
Dingin, suasana bertambah dingin di malam hari. Dua jam Baskara menempuh perjalanan dengan bantuan Devan di sambungan telepon, "Gpsnya terakhir di situ, bener" Baskara menepikan motornya, membuka helm fullface nya.
"Bas" panggil Devan diujung sambungan
Baskara membenarkan letak airpodsnya. "Hmm" balasnya, matanya masih sibuk mencari keberadaan Senja
"Sorry ya" sambung Devan, ia merasa bersalah atas kejadian yang menimpa Senja. Jika saja bukan karna ia yang di keroyok tadi malam mungkin tidak ada aksi balas dendam tadi pagi, dan Baskara bisa menjaga Senja dari serangan predator
Yap, mereka sudah mencari tau kenapa Senja meninggalkan sekolah begitu saja. Tidak sulit, cukup memeriksa cctv yang berada dilorong sekolah dan Cuti mendadak Pak Ruli yang sangat mencurigakan. Dengan begitu mereka tau kejadian apa yang menimpa Senja. Sungguh ironi, kekerasan seksual di tempat yang seharusnya menjadi rumah kedua para murid.
Baskara menghelas nafas kasar, "kalo ada yang harus disalahin, cuma gue.. Cuma gue yang harus nanggung salah ini" Baskara lalai, ia merasa amat bodoh melepaskan penjagaan nya terhadap Senja
Devan juga menarik nafas dalam, hufft. Ia tak habis pikir kejadian ini menimpa Senja
Mata Baskara bertemu dengan sosok Senja, disana. Di caffe sebrang jalan. "Ketemu, Nja.." lirihnya. Ia lega, sekaligus khawatir
"Ketemu?!" Teriak Devan saking leganya
Baskara segera melajukan motornya kesana, menepikan asal di dekat pintu masuk. Jangan tanya bagaimana penampilannya sekarang, hoddie abu miliknya mampu menutupi noda darah serta kekusutan seragam didalamnya. Matanya merah, semakin memanas melihat Senjanya.
Ia bergegas ke meja Senja, "Nja" panggilnya, tanpa basa basi langsung memeluk Senjanya. "Maaf" lirihnya sekali lagi mendekap erat Senja. Senjanya sudah kembali dijangkauannya.
••••
Love, xxurjjk

KAMU SEDANG MEMBACA
Bas, Baskara.
RomanceSenja dan Baskara dua insan manusia, yang mempunyai sifat bertolak belakang. Senja dengan segala sisi positif nya dan Baskara dengan sisi negatifnya. Dengan perbedaan itu mereka mampu mempertahankan hubungan selama dua tahun. Ini cerita tentang mer...