keterikatan

13 3 0
                                        

Senja dan buku. Dua keterikatan yang tak mudah dipisah. Lihat saja kini, Senja tetap fokus membaca meski kakinya sudah melangkah dikoridor sekolah. Seperti bisa menebak didepannya ada apa dan sudah hafal setiap sudut sekolah, ia berjalan begitu saja tanpa melihat arah

Dan jangan lupakan keterikatan satu hal lagi kepada Senja. Bas, Baskara.

Baskara menepis bola Basket yang ingin mengenai Senja dengan sigap. Entah darimana ia muncul tapi ia muncul diwaktu yang tepat, Matanya sudah menyalak tajam kearah para siswa yang sedang memperhatikan kemana bola itu jatuh. Ck, hampir saja mengenai Senjanya

Ia mengarahkan dua jari kearah matanya, "mata lo dipake" mengerakkan mulutnya tanpa ada suara, takut menganggu Senjanya yang sedang fokus disamping. Harusnya itu untuk Senja bukan?

Beberapa siswa ditengah lapangan melafalkan maaf, ikut berbisik seperti Baskara. ah hampir saja. Untung Bara nya tidak menyala

Bukannya marah atau menasehati Senjanya yang berjalan dengan aneh, Baskara justru tersenyum melihat tingkah Senja, berubah 360° didepan Senjanya "Sudah halaman keberapa?" Tanya nya

Senja melihat sekilas kearah Baskara lalu kembali fokus, "87" singkatnya

Baskara mengangguk-angguk, "oh, masih ada 39 halaman lagi" Lihat, ia sampai hafal berapa halaman buku yang sedang Senja baca. Wah Baskara, sungguh kau sungguh-sungguh

Kini Senja sudah seperti putri yang dikawal. Baskara ikut berjalan beriringan disampingnya. Kemana lagi mereka kalau bukan ke perpustakan. Salah satu tempat favorit mereka, tempat sunyi yang tepat untuk mereka

Baskara membukakan pintu perpustakan, mengarahkan Senja ke tempat duduk diujung sana, di dekat jendela

Mempersilahkan Senjanya duduk dan ia mulai melakukan kegiatan favoritnya, menatap Senja diterpa cahaya matahari pagi yang indah. Biasanya ia akan tertidur setelah beberapa menit puas memandangi Senja

Seperti sekarang ini, ia mulai tertidur.

Senja yang sudah sedikit bosan mencoba meregangkan kedua tangannya, ia menatap Baskara lalu merapikan sisi rambut Baskara yang sedikit turun

Ia tersenyum melihat Baskara tidur, saat sadar galak tapi saat tidur lucu. Gemes.

Tangannya bergerak ingin mengelus wajah Baskara tetapi ditahan oleh sang empu, "Senja bukan?" Tanya Baskara yang masih menutup mata

Senja tertawa kecil, mulai deh Bas. "Iya Bas, ini Senja" ucapnya

Lihat sajakan. Tingkah Baskara itu akan berbeda saat tertidur, "passwordnya?" Tanya Baskara

"Senjanya Baskara" duh Bas, selalu ya punya cara bikin Senja tersenyum malu gini

Baskara tersenyum lalu mengarahkan tangan Senja kearah pipinya, "accepted" ucapnya

Mereka pun tertawa kecil setelahnya. Sabar ya mblo, sabar melihat tingkah mereka

••

Take me home, I'm fallin'
Love me long, I'm rollin'
Losing control, body and soul
Mind too for sure, I'm already yours

Petikan gitar bersenandung di markas Baskara. Suara yang masih enak didengar milik Devan mendominasi ruangan ini, ditambah penonton yang setia mendengarkan dengan hikmad. Seperti terbawa kedalam makna lagunya, terutama Baskara

Ia yang biasa nya akan protes jika Devan sudah mulai menyanyi kini berbeda, ia menemukan makna yang indah didalamnya. Memikirkan satu nama yang kalian pasti akan tau siapa. Iyap, Senja. Satu nama dikepalanya. Hanya Senja yang membuatnya mau memakan sampai ketulang. Begitu makna terselebung didalam lagu ini

Tepuk tangan kagum diakhir lagu membuat suasana semakin mendukung, "anjir, gue keren banget tadi. Udah kaya pamungkas. Gile ga" Devan memuji diri sendiri dengan bangga, baru kali ini teman-temannya menyimak ia bernyanyi. Biasanya ya kalian taulah bagaimana, kali ini rokok aja sampai dianggurin demi menyimak nyanyiannya

"Gue akuin lo emang keren, tapi sebenarnya lagunya si yang mendukung" Alvin memutuskan kepercayaan tinggi Devan, ingat ya lagunya yang keren.

"Bilang aja lo gengsi gamau mengakui Al, buktinya lo pada diem semua kaya ayam kedinginan" Devan tak mau kalah, dia keren. Periodt.

Alvin mengangguk-angguk mengejek. Iya-in aja udah. Biar kelar.

"Gue keren gak Bas?" Tanya nya kembali, masih ingin diakui

"Keren" jawab Baskara setuju

Makin tinggi kepercayaan diri Devan, "tuh, Bara aja bilang gue keren" Devan menaikkan kerahnya, Devan keren titik.

"Iya, lagunya keren" sambung Baskara

"HAHAHA.. apa gue kata Dev. LAGUNYA, LA-GU-NYA" Alvin sangat bahagia, amat senang

Mereka semua pun tertawa, semuanya terkecuali Devan. Sue, diajak terbang lalu dihempaskan begitu saja.

"Lo juga keren ko, gue cabut duluan" Baskara menepuk pundak Devan. Berpamit pulang, ia berjalan masih dengan senyuman diwajahnya. Devan keren.

Devan ikut tertawa setelah itu, sudah ia bilang ia keren. Titik. Mereka saja yang gengsi untuk mengakui. Dasar buaya.

"Yo, hati-hati Bas" Devan mengangkat tangannya sekilas lalu kembali menaikkan kerahnya lebih tinggi, "gue keren tuh, denger!" kembali berkutat dengan Alvin yang masih tak mengakuinya

Alvin menghiraukan Devan, iya deh iya. "Salam buat Senja Bas" teriaknya begitu Baskara sudah jauh didepan sana

Baskara melambaikan tangannya sekilas tanpa berbalik badan, menandakan iya.

Setelah kepergiannya, mereka semua terdiam sebentar. Memikirkan hal yang sama, "Bara sesayang itu ya sama Senja" celetuk Bagas, ia satu angkatan dengan Bara

"Iya, sesayang itu dia sama Senja. Gilasih" Devan juga ikut memikirkannya, gila. Kalau sudah dengan Senja, warna mata Baskara pun bisa meredup. Tatapannya, perlakuannya, cara bicaranya, seperti mempunyai sisi lain untuk Senja

"Cuma Senja yang bisa buat Bara begitu, yegasi?" Alvin menimpali, benar-benar hanya Senja seorang

Mereka mengangguk-angguk. Pasalnya Baskara tadi sampai terdiam mendengar lagu Pamungkas, dan mereka sudah tau kearah mana pikiran Baskara tertuju. "Iya, cuman Senja. Cocoklah mereka, gapernah gue kepikiran Baskara sama yang lain. Lo pada pernah mikir kaya gitu ga?" Tanya Devan menepuk-nepuk tangan yang lainnya meminta jawaban

"Kagalah, tapi gara-gara lo ngomong begitu gue jadi kepikiran anjrit. Kalo gasama Senja, Bara sama siapa ye? Apa sesayang itu juga?" Asep menimpali, sedari tadi ia dan lainnya menyimak tetapi perkataan Devan membuatnya berpikir yang tidak-tidak. Duh maaf ni ye Bas, jadi kepikiran kite.

"Lah iya anjir, jadi kepikiran gue" Devan mengaruk-ngaruk kepalanya yang tak gatal hanya sedikit panas dipaksa untuk berpikir

Mereka seperti memecahkan sesuatu yang rumit, berpikir keras. "Kagalah, jangan sampe amit-amit dah mereka putus. Gaikhlas gue, couple gue karam" Devan tersadar, lalu menjitak kepalanya sendiri dan mengetuk lantai. Amit-amit, jangan sampai deh mereka putus.

"Lo si bego. Pikiran lo tuh" Alvin menggebuk pundak Devan, kesal. Gara-gara omongan lo nih semua pada kepikiran. Lo si Dev, dasar lambe mu Dev. 

Beberapa tangan dan kaki ikut berpatisipasi dalam kegiatan menggebuk Devan, "yeuu, lo si" beberapa celotehan memojokkannya terdengar, tapi tenang. Devan tetap keren. Ingat, Devan keren.

•••

Hayo, kalian pernah mikir begitu ga? Kalau pernah, cepat jitak kepalanya lalu jitak ubin ya. Cepat. Biar itu gaterjadi. Amit-amit, amit-amit.

Oiya, jangan lupa ya diplay lagunya

Seperti biasa, dini hari. Dengan segala overthinking saat ini memutuskan melahirkan cerita kembali, jangan bosan ya. Tungguin ya, jangan lupa kembali kesini. Bas, Baskara.

15maret2021
02.08 am

Bas, Baskara.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang