Kedatangan Domestik

11 2 0
                                        

Baskara menghirup dalam asap rokok ditangannya. Ia berdiri didekat jendela kamar miliknya, Pikirannya berkecamuk. Saling menabrak satu sama lain

Apa kini harus saatnya ia berbicara semua kepada Senja. Atau ia hanya harus menutupi semuanya kembali seperti biasa

Membiarkan Senjanya bahagia tanpa mengetahui kebenarannya, Menciptakan kebahagiaan Senja. Menjauhkan hal-hal buruk dari Senja

Ia menarik nafas dalam, haruskah kali ini berbeda?

"Nja.." gumamnya, tak sadar memanggil Senja. Memanggil seseorang yang memenuhi pikirannya

Ia bahkan tak sadar seseorang sudah masuk kedalam kamarnya, Sudah berdiri sejak ia memulai hisapan pertamanya. Memperhatikan kegelisahan dirinya

"Ehem" dehamnya. Memberitahu keberadaannya disana

Baskara kaget sejenak, Menoleh kesumber suara. Menyembunyikan kagetnya ia kembali memandangi keadaan diluar sana

"Sorry gue lancang.." Derren mencoba membuka obrolan

Baskara tetap masih melihat kedepan sana, "lo lagi ada masalah?" Derren berjalan mendekat kesisi Baskara

Diam. Lagi-lagi hanya diam. Tidak menanggapi sama sekali, Menoleh pun tidak

"Gue denger lo manggil Nja, cewek lo?" Tanyanya kembali

Baskara hanya mengangguk saja sebagai jawaban, Ia hanya menjawab iya untuk pertanyaan terakhir. Senja ceweknya.

Derren terlihat bingung, benar-benar bingung. Dua manusia sedang bingung menatapi luar jendela

Kegelisahan, kekhawatiran yang dimiliki mereka berdua sama. Apa kah memang harus saatnya?

Derren menarik nafas dalam, Siap akan pembicaraan selanjutnya. "Senja Biru, anak dari Angkasa Biru dan Melinda" ucapnya langsung, Ia rasa sudah saatnya.

Baskara tetap tak bergeming mendengar penuturan Derren. Masih setia menatap kedepan

"Gue yakin, lo udah tau siapa gue" ucapnya kembali

"Mau lo apa?" Tanya Baskara akhirnya

Derren terkekeh mendengarnya, "see, udah gue tebak. Sekuat apa orang dibalik Senja"

Baskara tetap dengan posisinya, Kembali mengeluarkan asap rokok dengan santai

"Mau gue cuma satu, Senja harus tau kebenarannya. Dia harus nebus semua kesalahannya" sorot mata Derren berubah tajam, seperti menyimpan sakit yang ia rasa selama ini. Sakit yang tak akan ia lupakan

Baskara berpaling menatap Derren yang juga sedang menatapnya, Melangkah maju kearah Derren. "langkahin gue dulu" bisiknya tepat ditelinga Derren, Nadanya penuh penekanan

Derren menampilkan smirknya, "Gue langkahin lo langsung didepan Senja, tunggu aja" ia tidak takut akan ancaman Baskara, kembali ia memancing kemarahannya

"Gue tunggu" jawabnya, Menerima tantangan Derren

Derren melangkah mendekat kearah Baskara, "yakin?" Wajahnya meremehkan, oh ayolah. Mana mungkin Baskara mau dijatuhkan didepan Senja-nya. Baskara pasti sampai jatuh pun tetap berada disamping Senja, melindunginya.

Tetapi rupanya cara Derren memancing kemarahan Baskara sukses memercik Bara Api, ia menjulurkan tangannya kedepan. Yakin Bas?

Baskara menerima uluran tangan itu, Ia malah mengenggam erat tangan Derren. "Sure" jawabnya

Mereka mulai bersitatap dengan tajam, tak ada yang mau kalah. Disetiap sorotan mata terdapat kemarahan yang mendalam juga dendam yang sudah lama terkubur disana

Aura disekitarnya sudah berubah. Berubah menjadi kelam, penuh dendam dan kebencian

"Udah kali tatap-tatapannya, tar jatuh cinta aja.. eaa" Devan sudah berdiri didepan pintu dengan bantal yang ia dekap, matanya masih sedikit menutup. Kesadarannya masih belum pulih sepenuhnya

Kedatangannya membuat Derren memutuskan kontak, Melepaskan gengaman Baskara dengan kuat. Sial, panas. Telapak tangannya sudah terbakar sedikit. Baskara gila, ia menggenggam tangan Derren disertai putung rokok yang masih menyala. Jika bukan karna Devan, Derren harus menanggung sakit nya lebih lama lagi

Gila, Baskara bahkan tak bergeming sedikit pun

"Ren, ayok pulang. Mami lo udah nelponin mulu nih" Devan mengucek matanya, Mencoba mengembalikkan sedikit demi sedikit kesadarannya

Ajakannya langsung di-iyakan oleh Derren, "gue balik dulu Bas" ia menepuk pundak Baskara. Seperti tidak terjadi apa-apa diantara mereka berdua

Mereka berlalu pergi setelah Devan mengucapkan pamit dengan kata-kata sok romantisnya yang tak ketinggalan

Baskara menunduk melihat telapak tangannya, Rokoknya kini sudah benar-benar padam ditangannya. Ia terkekeh menyeringai, Sial. Dugaannya benar. Hal buruk akan terjadi pada Senjanya, Dan ia tidak akan pernah membiarkan itu terjadi. Lagi.

••

Kalian pernah lihat orang yang jatuh sedalam-dalamnya?

Iya, jatuh cinta.

Kalau belum, lihat Baskara. Ia sudah jatuh sedalam-dalamnya kepada Senja. Menempatkan dunianya di Senja. Bukankah sesuatu yang berlebihan tidak baik bukan?

"Tangan kamu kenapa?" Senja mengelus pelan telapak tangan Baskara

Baskara hanya melirik sekilas kearah tangannya, "kena rokok" ia tidak berbohong bukan? Memang kena rokok.

"Ko bisa ampe dalem gini si?" Heran Senja

Baskara tak menghiraukannya, "dagingnya yang ini Nja?" Tanya nya mengakhiri pertanyaan Senja

Ia mendorong trolinya kembali dengan dua tangan, menarik tangan kanannya yang digengam Senja

Mereka kini sudah di pusat perbelanjaan, membeli sedikit kebutuhan untuk movie marathon nanti malam

Senja menghembuskan nafas nya, kesal. Dicuekin. Gadikasih jawaban jelas. Jelas-jelas itu bukan karna asal kena rokok saja.

Ia berjalan melewati troli belanja, mendekat kearah freezer daging "ada asbak kalo kamu lupa, besok-besok matiin rokoknya disana. Jangan ditangan." Gerutunya melewati Baskara

Baskara tersenyum menanggapi, mendorong trolinya sedikit dekat kepada Senja. "Iya" jawabnya, tangannya mengapai pucuk kepala Senja. Mengelusnya, gemas

Senja yang diperlakukan begitu hanya bisa menyembunyikan senyumnya, tahan Nja. Ceritanya kan lagi ngambek.

•••

Oh, hai!
Aku lagi bersih-bersih debu, soalnya banyak debu disini hehe
Iya, aku tinggalin aga lama ya sepertinya?

Masih ada yang disini? Hallo, apa ada orang?

Yaudah, sila dibaca ya
Ini baru masuk salah satu konflik, nah loh siap-siap yaaa

17mei, 00:56 pm

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 17, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bas, Baskara.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang