✨misi 6✨

25 12 0
                                    

"terlalu berekspektasi tinggi, hingga realita lah yang menjatuhkan nya"

✨happy reading ✨

Ara kini tengah memainkan ponselnya tiba tiba ada pesan masuk dari seseorang.

Andy :
Ra gimana keadaan lo? Baik baik aja kan?

Ara pun terkejut pasalnya jarang sekali Andy mengirimi pesan seperti ini. paling hanya bertanya soal tugas atau sesuatu yang lain.

ana pun menghela nafas panjang dan membalas pesan tersebut berkali kali ia mengetik kemudian dihapus karena ragu, begitupun seterusnya.

Andy

Ra gimana keadaan lo? Baik baik aja kan?.

iya, udah baikan kok!

ya, udah oh iya lo dirumah kan? gue sama Haikal mau kesana

ada kok, emang tau rumah gue?

tanya Lala tadi. tapi Lala gak bisa ikut karena ada urusan katanya.

iya

obrolan meraka berhenti di situ, karena Andy akan ke sini Ara memutuskan untuk mandi karena ini juga sudah sore hari. dan gak etis kalau ada tamu sedangkan Ara masih bau dan belum mandi.

setelah ritual mandi itu selesai Ara turun ke bawah untuk makan dengan berjalan hati hati ia menuruni tangga karena kakinya yang masih nyeri.

Ara duduk dimeja makan, memakan makanan yang sudah disiapkan bibi.

"bi bang dito tadi udah makan?"

"udah kok non"

"bibi udah makan?"

"sudah non, oh iya non bibi mau izin nengok temen ke rumah sakit boleh?"

"iya bi boleh kok. tapi gak nginep di RS kan?" tanya Ara khawatir jika ia ditinggal bibi takutnya nanti Dito pergi waktu malam kan dia dirumah sendiri. Ara membayangkan itu sangat menakutkan.

"gak kok non. nanti bibi cepet pulang kok" ucap bibi kemudian pergi ke kamarnya mungkin untuk bersiap.

Dito datang dan duduk dimeja makan untuk menikmati puding yang baru ia ambil dari kulkas.

"bang lo dirumah aja kan?" tanya Ara.

"dirumah kok, kenapa?"

"bibi ijin keluar katanya. gue gak mau dirumah sendiri" ucapnya manja.

"iya gue dirumah kok, lagi males keluar juga"

percakapan keduanya masih berlanjut sambil Ara yang menyantap makanan itu. bibi baru saja berangkat jadi kini hanya tinggal dua manusia saja yang ada dirumah.

setelah selesai makan Ara mencuci piringnya. kalau Dito ia sudah duduk di depan tv sambil menyalakan tv tapi ia malah bermain ponselnya. tv itu dibiarkan begitu saja tidak ditonton.

bel pintu rumah mereka pun berbunyi menandakan seseorang datang.

"Ra itu ada tamu bukain pintunya" teriak Dito, padahal kalau dihitung jaraknya akan lebih dekat jarak Dito ke pintu utama dibandingkan Ara yang berada di dapur.

"loh kok nyuruh, kan Abang yang lebih Deket"

"udahlah tinggal buka pintu aja apa susahnya"

Ara dibuat naik pitam, ingin rasanya mengutuk abangnya ini menjadi umbi umbian agar tidak menyusahkan.

"huft untung lebih tua" Ara pun berjalan ke arah pintu utama untuk melihat siapa yang datang dan tentunya untuk membukakan pintu.

terlihat kini laki laki dengan kaos hitam dan celana panjang hitam, membawa kantong plastik di tangan nya.

"Sam ngapain ke sini?" tanya Ara pada Sam, ya seseorang itu adalah Sam padahal orang yang ditunggu itu bukan Sam tapi gak memungkinkan untuk mengusir Sam.

"nih gue bawain martabak, biar cepet sembuh" ucapnya sambil menyodorkan kantong plastik tersebut.

"wah makasih, masuk yuk!!"

kini mereka sudah ada di ruang tamu bersama menikmati martabak yang di bawa oleh Sam tadi. Dito sudah mengenal Sam sejak lama karena Kakak Sam adalah sahabat SMA Dito.

"bang, kok dirumah?" tanya Sam

"iya ada beberapa urusan di sini. lagi kangen rumah aja sih sebenarnya" jawaban yang diberikan Dito kemudian di angguki oleh Sam.

"oh iya Tara belum pulang?" Dito menanyakan keberadaan Tara yang tak lain adalah kakak Sam.

"belum, dia mah pulang kalau libur doang kadang juga gak pulang" ucapnya.

"iya sih gue, udah lama gak chat sama dia"

"hehe iya bang"

Ara yang merasa dikacangi itupun membuka suara.

"disini gue kek gak dianggap njir"

"ya lagian lo terlalu fokus makan, sampai hampir setengah box lo habisin dasar" ucap Dito menegur adiknya yang hampir menghabiskan satu box martabak tersebut.

"ya kan kalian cerita terus jadi gue makan lah" ucap Ara membela diri.

"oh iya Ra besok kan babak final. Lo gak usah ikut ya, kaki lo belum sembuh!" peringat Sam.

"iya gak usah ikut dek, lagian ini bukan pertandingan besar gue gak mau keluar uang buat biaya pengobatan Lo" ucap Dito yang sungguh menyebalkan padahal jika Ara cidera pun untuk biaya pengobatan pasti menggunakan uang orang tuanya bukan uang Dito.

Dito itu punya cafe kecil yang ia bangun bersama teman teman nya di Jogja.

"lagian gue kalau cidera ya pakai uang mama sama papa bukan uang Lo kok repot" sinis Ara.

"udahlah Ra, maksud bang dito kan baik dia itu khawatir sama lo"

"iya iya besok gue gak ikut basket kok"

mereka bertiga asik bercengkrama satu sama lain berbagi cerita kadang juga melontarkan beberapa penistaan untuk Dito.

☄️☄️☄️

kini Andy tengah menyisir rambutnya. ia sudah rapi dengan setelan baju Hem kotak kotak merah dan celana jins hitam.

"Haikal dah siap belum ya?" tanyanya pada dirinya sendiri.

kini ia menelpon Haikal untuk menanyakan keberadaan Haikal apakah sudah diperjalanan atau belum.

"hallo, Lo udah otw ke rumah gue belum?" tanya Andy pada seseorang ditelpon yang tak lain adalah Haikal.

"aduh soryy ya ndy, Lo datang sendiri aja gue lagi diajak mami ke mall ini"

Andy sebal mendengar jawaban tersebut tentunya "ishh gimana sih. gue gak berani kalau sendiri"

"datang aja sendiri, abangnya Ara baik kok. alamatnya yang Lala kasih itu. udah byee" ucap Haikal kemudian seperti biasa menutup telfonnya sepihak.

dengan perasaan dongkol ia pun melajukan mobilnya ke alamat yang Lala kirim tadi. karena ia sudah terlanjur bilang untuk menjenguk Ara tadi, jadi tidak enak kalau tidak datang.

saat sudah sampai di dekat rumah yang sesuai dengan alamat tadi Andy mengurungkan niatnya untuk masuk saat melihat ada seseorang laki laki yang sedang berdiri di depan pintu siapa lagi kalau bukan Sam.

dan di sana ia juga melihat Ara yang tengah membukakan pintu sambil tertawa kecil. Andy pun tidak jadi berhenti dan melanjutkan perjalanan tanpa tujuan.

☄️to be continued ☄️

sampai bertemu di part selanjutnya, jangan lupa vote ya ⭐

SELAMAT BERPUASA

" seberat apapun hari ini mari kita jalani dengan baik"-iife

Projects 6 hari terakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang