«PROLOG»

21 10 1
                                    

Assalamualaikum wr. wb.

Alhamdulillah akhirnya aku kembali menulis cerita di dunia orange ini, tepatnya ini cerita kedua aku. Kali ini aku bekerja sama dengan temanku nckymtra dan semoga dicerita kedua ku ini makin banyak readers nya dari ceritaku yang pertama. Dan semoga buat kalian yamg baca cerita ini bisa menikmati jalan ceritanya dan menyukai alurnya juga sifat dan tokoh-tokohnya. Aamiin

Dan langsung aja kita baca cerita nya.
Enjoy the story and sorry for typo!

÷÷÷÷

Arania Yuritama, biasa dipanggil Ara. Dia anak kedua dari 3 bersaudara. Kakak nya, Raka Putra Pratama dia udah meninggal gara-gara kecelakaan beruntun disebuah jalan. Dan Airin Lairitama adik kandung Ara, dia berumur kurang lebih 5 tahunan, jarak umur Ara dengan Airin memang lumayan jauh. Ayah Ara, dia gak tau ayahnya kemana, yang Ara tau cuma dia pergi setelah Airin berada dikandungan ibu nya saat berusia 1 bulan dan setelah itu, ia tidak tahu menahu soal ayahnya lagi, waktu Ara tanya ke ibu dan juga nenek nya, mereka juga tidak tahu, atau mungkin pura-pura tidak tahu?

Setelah ibu Ara melahirkan Airin, selang beberapa tahun dia merantau keluar kota buat cari kerjaan, awalnya Ara hendak ikut dengan sang ibu, tapi dia nggak ngebolehin Ara buat ikut kekota yg pasti Ara akan membantunya saat kerja, dan sang ibu tidak mau Ara ikut kesusahan. Ara tidak menyerah, Ara kecil tetap keukeuh ikut keluar kota untuk bantu sang ibu, akhirnya dia bolehin Ara dengan syarat Ara harus tamat SD terlebih dahulu. Ara pun setuju dengan pendapat ibu. Setelah tamat SD sesuai perjanjian, Ara ikut sang ibu keluar kota, ibu Ara menjadi ART disebuah keluarga, namanya keluarga Arkana. Ara dengan sang ibu di beri kamar yang nyaman, bahkan luas. Dan disitu, Ara bantu-bantu buat bersihin rumah, atau menemani anak bungsu mereka bermain. Awalnya Ara tidak ber sekolah , tapi, keluarga Arkana terlalu baik sama Ara, mereka ngebiayain sekolah Ara sampai sekarang. Dan itulah yang membuat Ara, bekerja dengan tulus dirumah istana mereka.

÷÷÷÷

"Ara, Ara!" Pekik sang bu Rita, ibunda Ara.

"Iya bu, ada apa?"sahutnya dari arah taman.

"Tadi Bu Laras bilang, kalo kamu udah selesai beres-beres ditaman, nanti kamu ke kamar Nala, beresin mainannya, sama pindahin Nala kekasurnya." Tutur sang ibu

"Ouh iya bu, nanti Ara kekamar Nala"
"Oiya bu, kenapa bunda tau kalo Nala tidur? Kan bunda lagi di butik" tanya Ara dengan wajah polosnya. Ara memang disuruh Bu Laras agar dirinya memanggil nya dengan sebutan 'bunda' karena ia menganggapnya sebagai anaknya sendiri.

"Kan ada cctv nya ra, mungkin Bu Laras liat dari ponsel nya" jwab bu Rita.

"Bener juga ya, hehhe"

"Ya udah Ara mau ngelanjutin siramin tanamannya" saat Ara hendak melangkahkan kaki, ibunya memanggilnya.

"Ada apa bu?"

"Makasih ya Ra, kamu udah bantuin ibu, ibu minta maaf, karena kamu ikut-ikutan kerja kaya gini" ujar bu Rita menatap lekat dang putri

Ara pun mengelus-elus bahu sang ibunda, seraya berkata

"Ibu ga usah ngomong kaya gitu, Ara ikhlas bantuin ibu, ini kemauan Ara sendiri, jadi ibu ga udah minta maaf, Ara seneng bisa bantu ibu, apalagi di rumah ini, yamg udah ngasih kita tempat tinggal, dan udah ngebiayain Ara sekolah, Ara malah merasa bersalah kalo Ara gak bisa bantu apa-apa disini, jadi ibu gak usah minta maaf ya" ujar Ara panjang lebar.

"Makasih nak, ya udah ibu mau masak buat nanti malam" ujar bu Rita yang dibalas amggukan oleh Ara.

Setelah membereskan pekerjaannya ditaman, Ara pun menaiki tangga menuju kamar Nala, anak bungsu keluarga Arkana. Ia pun membuka pintu kamarnya, namun ia dikejutkan dengan kehadiran kakak Nala, anak laki-laki satu-satunya di keluarga Arkana. Gamael Delano Arkana.

"Biasain kalo mau masuk ketok pintu dulu" ucapnya dingin

"Emh, ma-maaf, kalo gitu, A- ara pergi dulu, permisi" saat hendak membalikan badan, tiba-tiba, tangannya dicekal oleh seseorang, siapa lagi kalo bukan Gama. Ara mengamati lengannya yang dicekal oleh Gama, Gama yang menyadari nya pun segera melepaskannya.

"Siapa yang nyuruh pergi?" Tanya nya masih dengan wajah khas datarnya.

"Enggak ada " jwab Ara dengan sedikit mendongakkan kepala dan wajah polos nya

"Ya udah" jwab Gama singkat

"Yaudah apa??"jwab Ara masih dengan posisi yang sama, namun dengan dahi yang berkerut. Gama pun menampilkan senyum miringnya, kemudian mengacak-acak poni Ara, seraya berkata

"Jagain Nala" setelah pernyataan itu keluar dari mulutnya, dan ketika itu pula, ia keluar dari kamar sang adek.
Ara bersikap biasa-biasa saja, toh itu juga sudah biasa Gama lakukan sedari lama, tepatnya saat mereka sedang berdua.

GamAra [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang