Malam itu seusai makan malam, Mean kembali ke kamarnya dan bekerja pada laptopnya, menulis laporan dan menelepon Kew. Saat itu, Plan mengetuk pintu kamar Mean dan memberitahu air panas untuk mandi sudah siap.
Mereka berbagi kamar mandi sebab kamar mandi yang ada di kamar Mean tidak ada bathtub. Hanya ada shower saja. Jadi, Mean ingin menggunakan kamar mandi yang ada bathtubnya dan Plan tentu saja tak keberatan.
Mean mengiyakan dan ia mengakhiri pembicaraan dengan Kew untuk sementara dan bergegas mandi. Mean keluar dari kamar mandi dan perlahan menuruni tangga untuk mengambil minum dari kulkas.
Saat ia berada di kaki tangga, ia mendapati barang kiriman tadi siang sudah dibuka dan ia kaget saat melihat isinya. Matanya dipenuhi dengan kekaguman dan ia berdiri di sana menatap foto itu mengamati keindahannya.
Foto itu adalah foto Plan yang terlihat sangat cantik dalam balutan gaun berwarna putih dan berhiaskan tiara. Ia memeluk seekor kucing dan wajahnya menampilkan aura sensual yang tak terbantahkan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hanya satu kata yang bisa mendefinisikan foto itu. Sempurna. Dan itu tentunya dalam semua aspeknya. Ia semakin mengangumi wanita ini.
Mean terbangun dari lamunannya saat ia sayup-sayup mendengar suara tangisan dari arah luar dapur. Ia mengernyitkan alisnya. Perlahan, ia berjalan ke dekat dapur dan mengintip dari jendela. Plan tengah duduk sambil menangis sambil menahan telepon di telinga kanannya. Di pangkuannya sebuah surat dan Mean tak bisa melihat dengan jelas isi suratnya yang jelas ada stempel resmi pada bagian atasnya.
"Dengar, Plan! Kau harus bertahan. Akan kubunuh dia saat bertemu dengannya," suara Sammy jelas terdengar. Ia tengah menghibur Plan.
Rupanya surat itu adalah surat cerai yang Joss akhirnya tandatangani, tetapi membawa petaka sebab Joss menjual apartemen Plan dengan memalsukan semua tandatangan Plan dan mencuri surat kepemilikan apartemen.
Sekarang Joss dan Neena kabur entah ke mana dan saking terlalu lelahnya dengan masalah mereka, Plan memutuskan untuk tak lagi mengejar mereka, atau menuntut mereka dan hanya mengikhlaskan apartemennya hilang dan membiarkan Tuhan menghukum keduanya.
Satu-satunya barang yang Joss tinggalkan untuknya adalah foto itu. Ia tahu benar bahwa foto itu sangat berarti baginya sebab itu adalah kenangan saat pertama kali, Plan diminta untuk menjadi seorang model.
Plan menutup telepon. Ia menangis lagi, tanpa menyadari bahwa Mean mengamatinya dari balik jendela. Plan berdiri dari duduknya dan berjalan menuju dapur. Dengan cepat, Mean bersembunyi ke balik lemari dan kemudian menatap Plan yang menahan tangisnya di meja makan.
Plan tahu jika ia menangis keras, ia khawatir akan mengganggu Mean dan mungkin akan menimbulkan masalah sebagai tuan rumah. Cukup lama Plan duduk di sana. Artinya, cukup lama pula, Mean bersembunyi di balik lemari itu. Sampai akhirnya Plan memutuskan untuk mengakhiri dukanya dan ia kemudian berjalan ke dalam kamar untuk tidur.
Barulah Mean keluar. Ia diam. Perlahan ia berjalan ke arah meja dan melihat dokumen yang Plan simpan di sana.
"O, dia sudah pernah menikah rupanya," sahut Mean. Ia menyimpan kembali dokumen itu dan kemudian melanjutkan mengambil minum. Ia berjalan kembali menuju kamarnya dan berhenti sekejap untuk menikmati keindahan foto itu. Setelah itu, ia kembali ke kamarnya dan melanjutkan menelepon Kew.
Setelah dirasa cukup malam dan karena ia mengantuk, ia memutuskan untuk mengakhiri pembicaraan dan kemudian merebah di atas kasur dan memejamkam matanya.
*** "Meaaan, ungghh, mmmph," desah Plan panjang.
"Ooo, enak sekaliii. Nnngh, mgghhh," rintih Mean tak kalah panjang.
Mean terus menyodokkan naganya pada nona Plan dan keduanya berciuman panas dan melenguh serta merintih hebat. Mean berada di atasnya dan menikmati Plan yang juga melenguh karena dorongan naganya di dalam lubang Plan.
Keduanya berpandangan dengan cara yang saling menggoda dan sensual dan tak lama kemudian, keduanya melenguh panjang, sama-sama saling terpuaskan dengan percintaan yang mereka lakukan.
"Kau cantik sekali," desah Mean di telinga Plan.
"Berhenti menggodaku," bisik Plan dan ia membiarkan Mean memasuki lubangnya lagi dan Plan memeluk Mean dengan eratnya.
Mean melenguh lagi dan ia terbangun saat ia merasa ia tengah pipis di atas ranjangnya. O, bukan pipis rupanya, melainkan spermanya yang menghambur keluar dari ujung naganya karena mimpi bercinta yang ia lakukan dengan tuan rumahnya.
Ia sudah gila! Ia kaget mendapati dirinya dalam keadaan basah semuanya. Yang atas karena peluh enak, sementara yang bawah hasil kenikmatan naganya bersemayam dalam lubang.
Mean duduk sejenak menenangkan dirinya. Ia mengusap wajahnya seolah berusaha melupakan bayangan Plan yang telanjang dalam mimpinya itu.
Ia mengembuskan napasnya. Dan ia pikir mungkin satu gelas air minum bisa membuatnya tenang. Namun, setelah, i meminumnya, ternyata itu sama sekali tak menghiburnya.
Merasa masih haus, ia keluar dari kamarnya dan menuruni tangga menuju dapur. Ia minum beberapa gelas dan saat ia berjalan kembali ke kamarnya, sekilas, ia melihat pintu kamar Plan yang agak terbuka dan entah apa yang mendorong kakinya melangkah ke sana sebab tanpa sadar ia sudah berdiri mengintip sang pemilik kamar yang tengah tidur dalam pose yang mengundang.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Di tangannya, Plan menggenggam setangkai bunga dan ia tertidur seolah tak sengaja. Mean meneguk ludah mengamati tubuh sang perempuan yang begitu sempurna itu. Sangat berbeda dengan pacarnya yang normal.
Dadanya kembang kempis dan ia sadar perempuan itu menarik dirinya. Ia harus bisa menahan dirinya jika ia tak mau merusak reputasinya baik sebagai tamu homestay maupun sebagai seorang Phiravich yang terkenal sangat menjunjung tinggi kehormatannya.
Ia hanya bisa meneguk ludah dan kemudian mengepalkan tangannya. Ia berlalu menuju kamarnya dan malam itu adalah pertama kali ia bermain solo dengan naganya karena ia tak bisa menahan berahinya.
"Oooo, Plaaan, aku sangat menginginkanmu," desah Mean sambil mengocok bagian bawahnya dan ia terus meringis sambil membayangkan dirinya tengah menaiki tubuh mulus itu dengan gencarnya.
Sungguh, ia tak bisa menahan dirinya dan hampir setiap malam kini, Mean selalu bermimpi melakukannya dengan Plan. Kalau saja Plan tahu tentang ini, entah bagaimana hubungan mereka jadinya.
Untungnya, Mean masih bisa menahan dirinya saat mereka berinteraksi sehingga tidak menimbulkan kecurigaan apa-apa. Mean memang sangat pintar membuat wajah yang tenang padahal jantungnya berdebar kencang dan naganya sudah nyut-nyutan tak karuan. Seperti yang sudah bisa diharapkan dari seorang calon pebisnis ulung pada masa depan.
Seperti biasa mereka akan sarapan pagi dan makan malam. Itu waktu bersama mereka yang paling sering. Saat siang, mereka sibuk dengan kehidupan mereka masing-masing dan ini termasuk akhir minggu.