Ke - 9

66.2K 5.8K 343
                                    

Semoga suka yaa:)

🌱

- Elsa? -

Ada yang berbeda pagi ini. Bahkan hampir semua yang berada di parkiran hingga koridor menatap siapa yang baru saja datang.

Khanza keluar dari mobil Raffa atau Raffa membukakan pintu mobilnya untuk Khanza itu sudah biasa. Walau semua juga tahu Raffa sudah mempunyai kekasih dan tidak sedikit yang menganggap Khanza sebagai perusak hubungan Raffa dan Vio, namun tidak sedikit juga yang menyalahkan Vio karena telah hadir di tengah-tengah keuwuan Raffa dan Khanza. Keduanya memang selalu berkata bahwa mereka hanya sahabat tidak lebih, tapi semua juga tahu tidak ada persahabatan murni antara laki-laki dan perempuan apalagi sikap Raffa pada Khanza yang seratus persen berbeda.

Awalnya semua mengira bahwa Violah yang keluar dari mobil Raffa selain Khanza. Tapi ternyata salah, gadis berkulit putih bersih dengan wajah pucat, juga rambut yang kecoklatan itu membuka pintu belakang mobil Raffa.

Siapa yang tidak mengenali gadis itu? Jika Raffa mendapat julukan kulkas berjalan. Gadis dengan rambut kecoklatan ini memiliki julukan Elsa. Sikapnya yang sangat dingin dipadukan dengan wajah cantiknya membuat ia terkenal dengan julukan Elsa.

Tingkat kedinginannya melebihi siapapun, orang-orang di sekitar juga dapat merasakan itu. Tidak ada seorang pun di sekolah ini yang menjabat sebagai temannya. Ia selalu sendiri, ke kantin, ke perpustakaan, berangkat sekolah dan pulang sekolah, ia selalu sendiri. Tidak pernah ada yang menyapanya karena semua tahu gadis itu tidak akan membalas, menoleh, bahkan melirik saja tidak.

Tapi pagi ini, Khanza dengan wajah cerianya bergelayut manja di lengan gadis itu. Raffa dengan wajah datarnya berjalan di samping Khanza. Jelas saja semua bertanya-tanya, apa yang terjadi? Kenapa mereka bersama?

Vio yang berada di ujung koridor pun menatap Khanza dan Raffa bingung. Ada rasa kesal di benaknya, karena semalam ia sudah mengirim pesan pada Raffa untuk berangkat bersama tapi Raffa hanya membalasnya dengan satu huruf 'G'.

Vio masih mentoleransi jika Raffa berangkat bersama Khanza karena keduanya memang seperti itu. Seakan ada ikatan lebih kuat dari ikatan persahabatan. Tapi, ia tidak terima saat Raffa menolaknya namun Raffa berangkat bersama gadis Elsa itu.

Buru-buru Vio mendekat dan berhenti di depan ketiganya. Khanza menatap Vio dengan senyum lebar.

"Hai kak Vio!" sapa Khanza, namun Vio hanya tersenyum kecil.

"Raffa aku mau ngomong sama kamu," ucap Vio, Raffa menatapnya datar.

"Kenapa kamu bisa sama dia?" tanyanya langsung seraya menunjuk gadis yang sedari tadi diam.

Khanza mengerutkan keningnya bingung. Ia melihat Vio, Raffa lalu gadis yang ia peluk lengannya secara bergantian. Saat ia merasa Raffa tidak membalas, Khanza membuka suara.

"Emang kenapa kak?" tanya Khanza polos.

Vio menoleh, lalu menjawab.

"Lo tau Khanza? Semalem gue udah chat Raffa buat berangkat bareng, tapi dia nolak. Gue kira dia cuma berangkat sama lo, tapi ternyata sama cewe bisu ini?" ucap Vio lalu menatap remeh gadis di samping Khanza.

Khanza melebarkan matanya saat Vio berkata gadis bisu, mata Raffa pun langsung menajam tidak terima.

"Kak?" ucap Khanza tidak percaya.

"Kenapa Khanza? Lo gak tau? Hampir tiga taun gue sekelas sama dia, dia cuma diem aja. Ditanya gak pernah jawab, dianya juga gak pernah nanya. Wajar bukan kalo gue bilang dia bisu?" tanya Vio seolah dirinya benar.

"Ngga. Kak Vio gak bisa bilang gitu, kakak salah," ucap Khanza.

Kini Khanza dan Vio menjadi tontonan pagi sepanjang koridor.

"Udahlah gue gak mau ribut sama lo Khanza," balas Vio lalu ia menoleh ke arah Raffa yang menatapnya tajam.

"Jadi, alasan kamu nolak aku itu karna dia? Karna cewe bisu ini?" tanya Vio, tatapan Raffa seakan siap membunuh Vio.

Dengan sekali gerakan Raffa mencengkram lengan Vio kencang. Ia tidak pedulikan Vio adalah kekasihnya, yang jelas emosinya sudah benar-benar dipuncak.

Khanza melebarkan mata dan mulutnya saat Raffa mulai emosi. Bukan hal bagus jika Raffa tidak bisa mengendalikan emosi.

"Raffa! Jangan gitu! Kak Vio kesakitan Raf!" seru Khanza berusaha melepaskan tangan Raffa.

Vio meringis kesakitan, matanya sudah berkaca-kaca, "Raf--fa, sa--sakit," lirih Vio.

"Raffa udah!" bentak Khanza membuat Raffa menoleh sekilas.

Raffa melepas tangannya namun tidak dengan tatapan tajamnya yang masih siap membunuh Vio.

"Sekali lagi lo ngomong gitu, lo berurusan sama gue," ucap Raffa dengan dingin dan datar.

Vio hanya menundukan kepalanya, ia menahan tangisnya sekarang.

"Kak Vio gapapa? Ayo aku anter ke UKS," ajak Khanza, Vio hanya diam.

"Drama," satu kata keluar dari mulut pucat gadis yang sedari diam.

Tanpa banyak bicara, ia langsung melangkahkan kakinya menuju kelas dan tidak pedulikan sekitar.

🌱

Khanza berjalan menuju kelasnya setelah ia memberi obat oles pada lengan Vio yang dicengkram kuat oleh Raffa tadi.

Untung saja bel masuk masih ada sekitar 5 menit lagi membuat Khanza masih bisa berjalan santai. Karena jarak UKS dengan kelasnya pun tidak terlalu jauh.

Sesampainya di kelas, Adiba sudah menatap Khanza meminta penjelasan. Tidak hanya Adiba, semua yang ada di kelas juga menatap Khanza seolah Khanza telah melakukan kesalahan.

"Langsung aja deh. Lo kenapa bisa bareng sama Elsa?" tanya Adiba to the point.

"Karena satu mobil," balas Khanza polos Adiba menatap Khanza sebal.

"Za serius! Lo tau? Hampir satu sekolah ngomongin lo bertiga anjir! Belum lagi pas Raffa marah sampe gitu ke kak Vio. Raffa gak biasanya kaya gitu kalo bukan karna lo," ucap Adiba, Khanza hanya manggut-manggut seraya mengeluarkan bukunya.

Adiba yang melihat itu lantas sebal, "Za!" pekik Adiba.

Khanza tertawa pelan, "Ya emangnya kenapa kalo kita berangkat bareng?"

"Kenapa? Kenapa lo tanya?" tanya Adiba tak percaya.

"Gue tanya balik deh. Kenapa berita kalian berangkat bareng itu trending topik pagi ini?" Khanza menggeleng tak tahu.

"Jawabannya karna Elsa itu gak pernah mau berbaur sama orang! Belum lagi Raffa yang keliatannya santai aja, mana lo gelayutan di tangannya Elsa lagi! Nih ya gue udah ngebayangin kalo gue yang ada diposisi lo, pasti tuh Elsa udah ngebekuin gue sama tatapan dinginnya!" cerocos Adiba membuat Khanza tertawa pelan.

"Lebay. Emang pada sadarnya lo lebay. Sama kaya mereka semua," balas Khanza santai tak pedulikan tatapan tak terima teman-teman kelasnya.

"Za ish! Elo mah gak ngasih penjelasan yang jelas!"

"Gak ada yang harus dijelasin Adiba," balas Khanza malas.

Adiba mendengus kesal, tak lama seorang guru memasuki kelas dan mulai mengajar.

🌱

Gimana bagian ini?

Jangan lupa vote dan comen.

25nov20

RAFFA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang