Semoga suka ya:)
🌱
- Khanza pergi? -
Raffa meneguk minumannya yang tinggal setengah gelas lagi.
"Argh," erangnya saat cairan itu mengalir di tenggorokannya.
Bau asap rokok dan minuman keras tercium dengan jelas di sini. Musik yang dinyalakan sangat keras itu dengan minimnya pencahayaan membuat ruangan ini semakin bergairah. Belum lagi pakaian gadis-gadis yang berlalu lalang menarik perhatian para kaum adam.
Dan semakin larut malam maka akan semakin liar. Semua orang menggerakan tubuhnya dengan senyum lebar, melupakan semua masalahnya walau hanya sejenak. Semua orang bersenang-senang, tidak peduli itu perempuan atau itu laki-laki. Semua sama, semua butuh hiburan untuk masalahnya masing-masing.
Raffa hanya duduk saja, memperhatikan sekitar. Sama sekali tidak ada niatan untuk ikut menggerakan tubuhnya seperti orang kesetanan. Raffa hanya sesekali menganggukan kepalanya seraya meminum minumannya.
"Halo?" sapanya dengan nada menggoda.
Kepala Raffa menonggak, melihat siapa yang ada di hadapannya ini.
Gadia dengan mini dress berwarna hitam, rambutnya panjang, wajahnya yang memakai make up itu juga tampak sangat cantik. Walau di sini sangat minim pencahaan, Raffa bisa melihatnya wajah itu memang cantik. Belum lagi kakinya yang dibalut hells senada dengan dress.
Melihat Raffa yang terdiam memandang penampilannya, lantas gadis itu tersenyum senang lalu duduk di samping Raffa.
Raffa terkejut, lalu ia mengerjapkan matanya saat ia tersadar bahwa ia mengagumi gadis ini. Ia menggelengkan kepalanya, berusaha mengembalikan pikirannya yang sudah kemana-mana.
"Sendirian aja?" tanyanya dengan manja.
Raffa hanya berdehem dengan wajah datarnya, lalu ia kembali memfokuskan diri pada handphonenya.
"Ish, masa ke sini cuma numpang main hp sih? Gak mau main sama gue?" tanyanya dengan lancang memeluk lengan Raffa.
Raffa langsung menunduk dan menatap gadis itu dengan dingin, lalu menghempaskan lengannya tepat saat handphonenya bergetar menandakan ada panggilan masuk.
Raffa mengerutkan keningnya, untuk apa mamanya menelepon malam-malam seperti ini? Tanpa pikir panjang Raffa langsung bangkit dari tempat duduknya, mengeluarkan beberapa lembar uang seratus ribuan.
"Eh mau kemana?!" panggil gadis itu saat Raffa berjalan keluar.
Sesampainya di luar, setelah mengatur nafasnya. Ia langsung mengangkat panggilan telepon dari Nia—mamanya.
"Ha--."
"Kamu kemana aja sih?! Ngapain malem-malem gini?! Mama telpon kok lama banget angkatnya?!" omel Nia membuat Raffa sedikit meringis, walau tidak menutup kemungkinan ia sangat senang mendengarnya.
"Iya ma maaf. Ada apa nelpon malem-malem?"
"Iya udah tau malem! Kamu kemana gak ada di rumah?! Mama nyariin kamu! Bundanya Aca juga nyariin kamu Raffa! Kalian kemana sih malem-malem gini hah?!" omelnya lagi.
Tapi tunggu, kalian kemana malem-malem gini?
"Ma Raffa lagi di club in--."
"Ya Allah Raffa! Pulang cepet! Jangan ajarin Aca hal-hal buruk yang biasanya kamu lakuin! Pulang sekarang bunda Aca nyariin anak gadisnya ini!"
Kening Raffa mengerut bingung? Maksudnya apa sih ini? Jelas-jelas dia pergi sendiri karena pikirannya kacau. Mana ada bawa Khanza, lagi pula ia tidak akan pernah mengajak Khanza ke tempat haram ini. Pikir Raffa bingung.

KAMU SEDANG MEMBACA
RAFFA (END)
Novela JuvenilLINK UNTUK PEMESANAN NOVEL RAFFA ADA DI BIO!! . . Semua orang tahu sedingin apa sifatnya, sedatar apa wajahnya, setajam apa tatapannya dan secuek apa sikapnya. Namun, semua juga tahu hanya ada satu gadis yang bisa membuat sifat dingin itu menjadi h...