EMPATBELAS

579 83 2
                                    

Pertemuan pertama Juyeon dan Diandra memang terkesan aneh. Namun pertemuan berikutnya membuat mereka saling mengenal satu sama lain.

Juyeon yang dulu juga pernah menikah karna perjodohan, namun gagal di bulan ke enam karna mantan istri nya kabur dengan laki-laki lain. Mengerti keadaan Diandra. Bagaimana sedihnya perceraian dalam rumah tangga meskipun mereka hanya sebatas di jodohkan tanpa perasaan.

Juyeon tidak merasa keberatan karna perceraian itu. Dia justru merasa senang karna bisa terlepas dari perempuan tidak tau diri yang hanya menginginkan harta keluarganya saja.

Begitu juga saat Juyeon mengerti bagaimana sakit nya menjadi Diandra yang harus hamil di usia perempuan itu yang masih muda dan berpisah dengan suami nya.

Sampai laki-laki itu dengan sukarela menjaga Diandra layaknya laki-laki itu merawat istri nya sendiri yang sedang hamil.

Anggap saja Juyeon sedang simulasi menjadi suami siaga untuk masa depan, kala dia sudah menemukan jodoh nya sendiri.

Tapi ada sedikit perasaan, kalau bisa Diandra saja yang menjadi jodoh nya. Tapi ini takdir Tuhan, sudah ada jalan nya masing-masing. Juyeon tidak bisa memaksa apa-apa.

Hampir tujuh bulan Juyeon menjadi tetangga tetap Diandra di villa. Bagaimana Juyeon tidak terpesona pada Diandra yang begitu kuat menghadapi kehamilannya seorang diri tanpa suami? Yah meskipun asisten pribadi perempuan itu— Tya, selalu mendampingi setiap hari.

"Ayo ra, tarik nafas pelan pelan,  jangan di bawa ngeden woy, ntar keluar di mobil bayinya."

Juyeon terlalu panik untuk membawa mobil, maka ketenangan pak Gede adalah solusinya. Di sebelah pak Gede, ada Tya yang juga sama panik nya, berkali-kali berbahasa Bali untuk menyuruh pak Gede melajukan mobil nya lebih cepat lagi.

Ini demi keselamatan Diandra dan bayi nya!

Sementara Juyeon di belakang menemani Diandra, seperti seorang suami yang menemani istrinya yang akan melahirkan.

"Hng, ga hhh bisa kak,"

"UDAH GAK USAH NGOMONG!" Juyeon malah berteriak. 

Dia kalau panik memang berlebihan. Maka begitulah jadinya. Berteriak tidak jelas.

"Telfon jie kak," ujar Ara pelan.

"Jie siapa sih woy!"

"Adek nya Ara." Jawab Tya. Tangan perempuan itu dengan cepat mengotak-atik ponsel nya, menghubungi satu nomor bernama Jie.

"Kak Jie, ini kakak kamu mau ngelahirin."

"HUAAA JIE BAKALAN JADI UNCLE NIH?" Histeris Jie.

"Kak Jie, jangan teriak teriak, kasih tau Ibu sama Bapak dulu."

"Oh iya."

"KASIH TAU GUE ALAMAT NYA DIANDRA SEKARANG JUGA WOY!" Ini suara Avisea, Diandra kenal betul.

"KAK TYA, KAK ARA SIAPA YANG ANTER?"

"Hng, ada saya, pak Gede sama tetangga kita, mas Juyeon."

"KACAU, KASIH TAU KAK ARKAN SEKARANG!"

Diandra meringis. Kenapa di saat genting seperti ini, justru orang-orang disana malah memikirkan Diandra yang di temani laki-laki lain dan harus menghubungi Arkan?

"Arkan siapa sih?" Tanya Juyeon

"Suaminya Ara." Jawab Tya

"Owh."

Kemudian hening, tidak ada lagi seruan panik yang terdengar lebay dari Juyeon. Laki-laki itu hanya membiarkan Diandra menenangkan dirinya sendiri.

ASMARALOKA [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang