Kakak Rio

1.2K 38 0
                                    

Setelah kepergian bagas yang terkesan misterius, keadaan di sekolah pun menjadi hening dan terasa hambar. Namun tidak untuk Rendi dan kawan-kawan, mereka merasa sangat ketakutan jika akan ada sesuatu yang akan menimpa mereka setelah kematian bagas.

"Gaes, gua ngrasa nggak enak dari kemaren. Kenapa ya?" ujar Rio di atas motornya yang ditungganginya bersama Rendi.

"Halah cuma perasaan lo aja cuy" Kata rendi lalu menyalakan sebatang rokok dan mengeluarkan asap putih ke depan.

"Serius ren!" Ucap Rio sambil agak gelisah setelah melihat asap rokok yang dikeluarkan mulut rendi.

"Dah lah mending sekarang kita keluar sekolah loncat pager. Ntar kalo uda mau pulang, kita balik ke sini lagi ngambil motor sama tas" kata rendi sembari turun dari motor rio dan menghitung langkah untuk berancang-ancang meloncat ke pagar belakang sekolah.

Akhirnya mereka ber 4 pun keluar dari sekolah menuju ke sungai dekat yang tidak jauh dari sekolahan. Tanpa teman-teman rio sadari, sedari tadi rio masih terbayang-bayang wajah bagas yang terbentuk dari asap rokok rendi di parkiran tadi namun rio mencoba biasa saja di depan teman-temannya.

Malam harinya, Rio yang hanya tingggal berdua dengan kakaknya pun terlihat sedang makan malam di depan televisi.

"Sa, sayang ya bagas uda duluan" ucap kakaknya disela-sela mengunyah nasi yang disantapnya.

"Iya vin" rio hanya menjawab sekenanya karena dia tiba-tiba teringat dengan wajah bagas untuk terakhir kalinya dia bertemu dengannya.

"Matinya juga nggak wajar sa. Tega banget seandainya bagas emang mati dibunuh ya sa" perkataan kakak rio yang simpati akan kematian bagas justru semakin membuat rio merasa bersalah.

Rio hanya mengangguk pelan dan tak tahu untuk berkata apalagi. Di dalam benak rio hanya ada rasa ketakutan dan penyesalan yang amat sangat mendalam.

Setelah kedua kakak beradik itu selesai makan dan membersihkan semuanya, mereka langsung bergegas masuk ke dalam kamar masing-masing.

Di dalam kamar, rio terbaring dan termenung menatap lampu kamarnya masih dengan perasaan ketakutan dan penyesalan yang sama.

"Gas, maafin gua" ucap rio sambil memejamkan mata.

Jam 23:25 di dalam kamar kakak rio. Terlihat kakak rio baru saja selesai mengerjakan tugas kuliahnya dan menutup laptop lalu merapikan mejanya.

"Huahhh capeknyaa" ucap kakak rio sambil menarik kedua tangannya ke atas dan meregangkannya.

Lalu kakak rio bergegas masuk ke dalam kamar mandi yang berada di dalam kamarnya untuk membuang hajat dan setelah itu ia akan memakai skincare. Setelah selesai membuang hajat, ia pun duduk di meja riasnya dan melihat wajahnya.

"Kenapa tambah satu jerawatnyaa iihhh" ucapnya sambil agak mendekat ke cermin kaca meja riasnya dan melihat dimana ada jerawat di wajahnya.

Tiba-tiba ia melihat sekelebat bayangan hitam di belakangnya melalui cermin.

"Hahh apa tadi?" ia terkejut dan menengok kiri kanan.

"Apa cuma perasaanku aja ya?" herannya sambil kembali melihat cermin.

Ketika ia mencoba mengambil salah satu botol skincare-nya, tiba-tiba ada dua tangan yang keluar dari cermin dan memegang erat pundak kakak rio. Ia terpaku dan tak bisa bergerak sama sekali melihat dua pantulan tangannya dicermin yang keluar dan memegangi pundaknya.

"Hah apa ini!" teriak kakak rio namun percuma karena di rumahnya semua kamar tidur kedap suara.

"Plis jangan apa-apain aku... Kau boleh ambil semua hartaku tapi jangan bunuh aku" ucap kakak rio yang kektakutan melihat bayangan dirinya di cermin yang tidak mengikuti gerakan mulut dan wajahnya. Yang ada hanyalah dua tangan yang sedang mengunci pundaknya agar tidak bergerak.

Akhrinya kakak rio pun menangis terseduh-seduh karena sudah ketakutan setengah mati menghadapi keadaan yang mencekam malam itu.

"Hikkss... Hiiikss... Hiiksss... Aku tak ingin mati"

Tanpa ia sadari, sebuah asap berbentuk seperti kepala keluar dari cermin dan meluncur menuju dirinya lalu masuk melalui mulutnya.

"Eemmhhhh.... Aaaahhhhh..."

Ia kesakitan karena ada sesuatu yang memasuki tubuhnya melalui mulutnya yang tak habis-habis. Mulutnya terbuka dan mendongak ke atas dengan mata yang menghadap ke atas.

"Aaaaaaaa..... "

Setelah semua asap itu masuk, tangan yang memegangi pundak kakak rio pun juga ikut menghilang. Tubuhnya bergetar hebat dan ia merasa pusing yang amat sangat. Ia mencoba beranjak dari tempat duduknya menuju ke pintu namun baru beberapa langkah dari meja riasnya, ia terpelanting ke belakang dan terkapar di lantai.

"Aaaaaaaaaaaa......... " sekali lagi ia menjerit dan langsung hilang kesadaran.

Selang beberapa menit, ia terbangun namun ada yang berbeda dalam dirinya. Ia langsung duduk seperti tadi di depan meja rias dan melihat pantulan dirinya.

"Citra Megasari. Citra Megasari, itulah aku sekarang" ucap kakak rio yang diketahui bernama Citra Megasari di depan cermin rias dengan seringai misterius.

Terlihat di depan cermin seorang perempuan sedang membersihkan wajahnya menggunakan kapas setelah beberapa saat lalu terjadi hal yang mencekam di kamarnya. Perempuan itu memakai tank top tipis berwarna kuning dan hot pants berwarna hitam yang cukup pendek Serta rambut yang digerai ke belakang.

Setelah selesai membersihkan wajahnya, citra yang sebenarnya di dalam tubuhnya adalah bagas, melepas tank topnya dan berhasil memperlihatkan sepasang payudara yang ditutupi bra berwarna hitam. Ia mencoba menurunkan salah satu tali branya secara perlahan dan memasang wajah erotis di depan cermin sampai akhirnya salah satu payudaranya tidak tertutupi cup bra.

Sebuah payudara yang cukup besar dan kencang untuk ukuran perempuan usia 20 tahunan. Bentuknya bulat agak lonjong namun tetap kencang dan putingnya berwarna coklat muda terlihat tegak menantang bagi siapapun lelaki yang melihatnya untuk segera disambar.

EntitasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang