"Bagaimana bisa seperti ini?" Conuntess Rossaria berjalan bulak-balik di sisi sofa yang diatasnya diduduki oleh Duke Alphaeus. Tangan kirinya terlipat di depan perut, sedangkan yang kanan diletakkan di depan mulut, menggigit jari telunjuknya.
Sejak kemarin malam, setelah bertemu Athanasia, dia memang memutuskan untuk kembali ke kediaman Duke Alphaeus. Membahas rencana-rencana yang telah mereka susun. Sayangnya, rencana itu terpaksa dihentikan karena kondisi tidak seperti yang diharapkan.
"Princess terbuang itu benar-benar membuatku kesal." bibir bawahnya digigit pelan, keningnya berkerut, matanya menyipit, menandakan dia tidak menyukai apa yang dia katakan.
Duke Alphaeus menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa. Rencananya, Duke Alphaeus akan langsung mengangkat Jannete sebagai putri mahkota setelah dia berhasil menggantikan tugas Claude, namun ternyata kemampuan Jannete sangatlah buruk. Mau tidak mau dia harus membuat rencana lain.
"Tunggu saja sampai Yang Mulia kembali seperti semula." Duke Alphaeus memijat keningnya. Mencoba menghilangkan denyut dikepalanya.
"Sampai kapan?!" Countess Rosaria berseru. "Kau mengerti betul jika para petinggi kerajaan mulai melihat Athanasia. Kau pikir berapa lama lagi sampai mereka kehilangan minat pada Princess Jannete?"
Oh, Countess Rosaria sudah tidak tahan lagi. Posisi Jannete dimata para petinggi memang semakin tersisihkan sejak Athanasia mampu menggantikan tugas Raja. Apalagi dengan perlakuan Claude terhadap Jannete, itu semakin memperburuk keadaan.
Mungkin mereka masih ada di istana karena keluarga Duke Alphaeus yang telah melayani kerajaan dari generasi ke generasi. Jika tidak...
Duke Alphaeus sadar dengan apa yang diresahkan oleh Countess Rosaria. Tapi untuk sekarang, memang tidak ada yang dapat mereka lakukan. Saat itu, kekuatan terbesar yang ada di tangan mereka adalah Raja, namun untuk saat ini tidak lagi.
"Oh, Duke!" tiba-tiba Countess Rosaria duduk di sofa berhadapan dengan Duke Alphaeus. "Kemana Tuan Patterson? bukankah dia penyihir?"
Duke Alphaeus menatap Countess Rosaria yang kini menatapnya licik. "Aku tidak tahu,"
Memang sejak Claude bangun dari koma, laki-laki bersurai hitam itu tidak ada lagi di kediamannya. Countess Rosaria tidak mengetahui identitas yang sebenarnya dari Tuan Patterson, itu karena adik perempuannya tidak pernah berinteraksi dengan Anastasius ketika dia masih menjabat menjadi Raja Obelia.
Jika dia tidak melihat kilatan biru kristal dimatanya, Duke Alphaeus mungkin tidak akan percaya jika orang yang dia lihat adalah Anastasius. Selain itu, pada saat pembantaian istana kerajaan yang dipimpin oleh Claude, jasad Anastasius memang tidak ditemukan di istana. Hanya bercak darah yang ada di dalam kamarnya saja.
Para parlemen tidak berani untuk bertanya, karena pada saat itu mereka lebih memikirkan untuk menunjuk Claude -si pembunih- untuk naik takhta menggantikan Anastasius. Mereka hanya percaya bahwa Claude menghancurkan tubuhnya, mengingat dia merupakan pengguna sihir yang hebat.
"Laki-laki itu memang tidak bisa diandalkan." Countess Rosaria mendengus.
Sesaat hanya keheningan yang menyelimuti mereka berdua. Sibuk dengan pemikiran masing-masing mengenai apa yang telah terjadi akhir-akhir ini.
"Jangan salahkan aku jika aku bertindak lebih dulu," Countess Rosaria bangkit dari duduknya. Tanpa menolehkan kepala lagi, dia berjalan kearah pintu.
"Jangan macam-macam! Rosaria!"
Brak!
Pintu tertutup.
Duke Alpaheus menghela napas menanggapi sikap Countess Rosaria yang tidak sabaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
IF [Suddenly, I Became A Princess]
FanfictionBerlatar belakang setelah side story 'Lovely Princess World' . . . Karakter punya Plutos/spoon Media bukan punta gue FANFICTION