1. Hate

6.3K 623 267
                                    

Satu minggu sejak Claude bangun dari koma, laki-laki itu masih tidak diizinkan untuk memegang kebali tugas kerajaan oleh Evan Ethel karena sihirnya masih belum stabil. Akibatnya, Athanasia yang kini mengambil alih sepenuhnya tugas raja.

Jannete masih syok dengan apa yang terjadi saat Claude bangun, gadis itu mengurung diri di Istana Emerald kediamannya selama satu hari penuh. Namun setelahnya, dia kembali mendekati Claude berharap bahwa laki-laki itu kembali menjadi ayahnya yang dulu.

Walaupun hingga saat ini dia masih belum berhasil.

Roger Alphaeus dan Countess Rosaria juga bingung dengan keadaan yang dialami Claude. Ketua penyihir menara kerajaan juga tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi pada Claude, dia hanya mengatakan bahwa ada aliran mana yang masuk dan menempati tempat-tempat tertentu.

Sedangkan Ijekiel, yang saat ini merupakan tunangan dari Jannete, terus menghibur gadis itu ketika penolakan demi penolakan Claude menghancur hatinya yang rapuh. Walaupun begitu, sesekali dia menemui Athanasia di dalam ruang kerja raja yang selalu sibuk seperti biasa.

Di dalam ruangan di Istana Garnett, Claude berdiri di depan jendela besar yang sepenuhnya terbuat dari kaca transparan. Taman dengan bunga warna kuning menjadi pemandangan yang pertama kali dia lihat.

Claude ingat, bunga ini sengaja ditanam oleh Jannete saat hari ulang tahunnya. Gadis itu mengubah seluruh taman di istana kerajaan dan menanamnya dengan bunga kesukaannya tanpa memberitahunya lebih dulu.

Claude tidak mengerti. Dulu, dia sangat bahagia saat mengetahui bahwa Jannete mengubah tamannya dengan bunga ini. Katanya, dia ingin Claude selalu mengingat putrinya saat pertama kali membuka mata setiap hari.

Mengingatnya, Claude jijik.

Seminggu ini dia memang terlalu fokus kembali menyeimbangkan dirinya untuk berjalan. Tubuhnya terlalu kaku karena sudah berbulan-bulan dia berbaring dalam posisi yang sama.

Saat ini, ketika dia sudah bisa kembali menyeinbangkan diri, dia menyadari bahwa taman miliknya benar-benar menjijikkan. Sepertinya, dia harus segera menghancurkan setiap bunga di taman istana secepatnya.

"Felix! hancurkan taman bunga ini secepatnya."

Felix yang berdiri di belakang Claude terkejut, takut telinganya salah mendengar. Dia menatap Claude yang berdiri menatap taman dengan pandangan jijik dan marah. Seingatnya, setiap dia memandang taman indah dihadapannya, Claude selalu memasang tatapan teduh. Kenapa hari ini berbeda?

"Aku tidak ingin tanaman ini terlihat dimataku mulai hari ini." ucapnya dingin. "Minta Athanasia untuk memilih tanaman lain sebagai gantinya." Lanjutnya.

Felix tidak bertanya. Setelah memahami apa yang dimaksud Claude, dia hanya menundukkan kepala, lalu keluar dari dalam ruangan, meminta para penjaga kebun untuk menghancurkan seluruh bunga di taman istana.

Claude berpaling dari jendela, perlahan mendekat pada sofa yang biasa dia gunakan untuk tidur. Sebuah teko dan gelas teh terlihat di atas meja, beberapa menit lalu, pelayang membawakannya. Dia meraih cup teh miliknya, lalu menatap pantulan dirinya di atas air yang beriak pelan.

Dia benci.

Dia benci dengan dirinya sendiri.

Claude melempar cup teh ditangannya hingga membuat suara pecahan kencang. Claude menggertakkan giginya, rasa sesak menyusup dalam hatinya. Rasa benci ini, tidak akan pernah hilang dengan mudah.

Claude menyenderkan tubuhnya ke belakang, menatap langit-langit kamarnya yang terbuat dari emas dengan kosong. Dia mengangkat lengannya, lalu bergerak menutupi wajahnya.

IF [Suddenly, I Became A Princess]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang