Jannete duduk termenung di dalam ruang belajarnya di Istana Emerald. Di depan matanya bertumbuk buku bacaan mengenai ketatanegaraan yang diberikan oleh paman dan bibinya.
Mereka mengatakan bahwa posisi mereka terancam karena princess Athanasia mampu mengemban tugas raja dengan baik. Bahkan setiap solusi yang dikemukakan oleh Athanasia, baik melalui surat atau diskusi, dapat diterima oleh semua petinggi kerajaan.
Pembawaan Athanasia telah berubah dibandingkan yang sebelumnya ketika raja masih berkuasa. Gadis itu menjadi lebih percaya diri dan menatap orang lain dengan berani. Sikapnya yang tenang dan santun membuat petinggi kerajaan telah memakukan mata mereka padanya.
Bahkan saat pertama kali dia mendatangi diskusi dengan petinggi negara, Athanasia mampu melewatinya tanpa melakukan kesalahan.
Keadaan Claude yang sudah siuman, yang awalnya menjadi kartu AS Duke Alphaeus, kini justru berbalik menjadi kartu matinya. Diantara kalah dan tidak, Roger masih mau mempertahankan posisinya menjadi putri utama Obelia.
Jannete menghela napas, merasa menyesal karena selama ini dia tidak belajar dengan sungguh-sungguh. Di hanya sibuk mencari perhatian Claude setiap waktu, memikirkan bagaimana cara agar Claude menjadi lebih dan lebih mencintainya setiap hari.
Dia pikir keadaan Claude yang lebih mencintainya dibandingkan dengan putri kandungnya membuat dia tidak merisaukan apapun. Dia telah mendapatkan cinta, posisi sebagai putri mahkota, serta kasih sayang dari semua orang.
Tapi dalam satu waktu, posisinya seperti dibalikkan begitu saja.
Selama ini Jannete tidak pernah merasa terancam karena keberadaan Athanasia. Baginya dia adalah gadis muda yang mendambakan cinta ayahnya, yang Jannete tahu, dia tidak akan pernah mendapatkannya. Karena Cinta Claude, telah dia miliki sepenhnya.
Dia selalu berperilaku baik pada Athanasia. Dia selalu membela Athanasia di depan ayahnya walaupun Claude sangat tidak menyukainya. Dia selalu menunjukkan diri sebagai seorang saudara yang baik, hingga Claude mengatakan dia tidak perlu berperilaku baik pada putri yang tidak akan pernah dia akui sampai mati. Bahkan dengan kejam, Claude mengatakan bahwa Athanasia tidak pantas menajadi saudaranya.
Sebagian hatinya merasa kasihan untuk Athanasia. Tapi dari lubuk terdalam, dia merasa puas setiap mendengar Claude selalu menyangkal bahwa Athanasia adalah putrinya. Dia merasa bahwa penderitaannya sejak kecil terbayar sepenuhnya.
Sejujurnya, dia tidak benar-benar mau membagi kasih sayang Claude pada Athanasia. Dia takut, jika Claude menerima Athanasia, kasih sayang Claude padanya akan berbeda. Dia tidak mau masa kecilnya yang kurang kasih sayang terulang lagi.
Jannete telah menantikan waktu dimana dia dapat bertemu dengan ayahnya selama belasan tahun. Belajar sesuatu yang harus dia kuasai sebagai putri raja, mulai dari tatakrama kebangsawanan hingga ketatanegaraan. Dari semua yang dia pelajari, tatakrama adalah yang paling di suka. Oleh karenanya, kemampuannya dalam berperilaku mendapat apresiasi dari para bangsawan lain.
Jannete pikir dia telah belajar dengan sangat baik selama hidupnya. Tidak disangka, kemampuan Athanasia lebih unggul darinya. Bahkan pamannya sendiri yang selalu membela dan membanggakannya, tidak dapat menyingkirkan fakta bahwa Athanasia memang lebih baik darinya.
Setiap dia berada di ruang kerja ayahnya selama dia sakit, Jannete mengaku dia hanya menandatangani atau memberikan stempel kerajaan pada setiap laporan yang sudah ditulis dan diperiksa Athanasia. Sejujurnya, dia tidak mengerti sama sekali apa yang dimaksud dalam kertas-kertas itu.
Pernah saat dia meminta Athanasia untuk memberikan laporan penting padanya, yang harus diselesaikan selama tujuh hari. Namun selama itu, Jannete tidak dapat menemukan kesalahan atau solusi dari laporan yang mengungkapkan mengenai masalah diperbatasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
IF [Suddenly, I Became A Princess]
FanficBerlatar belakang setelah side story 'Lovely Princess World' . . . Karakter punya Plutos/spoon Media bukan punta gue FANFICTION