👑👑👑
"Membuka pintu saja tidak becus! Makanya, cepat dewasa supaya kalian kuat seperti aku!"
"Bagaimana caranya supaya bisa dewasa sepertimu, Angelica?"
"Bodoh! Kalian tidak bisa menjadi dewasa. Kalian harus menunggu saat itu tiba!" Aku mendengkus. "Tapi percuma saja, saat kalian dewasa, aku akan lebih dewasa, Artinya kalian tidak akan pernah bisa menjadi sepertiku."
Salah satu bayi yang memakai pita merah muda di kepala menyadari sebelah tanganku tersembunyi di belakang punggung. "Apa yang ada di tanganmu, Angelica?"
Senyumku mengembang. Tanpa peringatan, aku mendorong keempatnya supaya duduk berjejer. "Dengar ini, Bayi-bayi. Aku punya sesuatu yang ajaib, spektakuler, menakjubkan, dan istimewa ...."
"Apa itu kue cokelat?"
"Atau mainan Dinosaurus!"
"Itu pasti bola karet baru!"
"Dengarkan baik-baik!" Mulut mereka terkunci rapat setelah teriakan itu, dan aku melanjutkan dengan nada lembut. "Di dalam kantongku ada kacang ajaib. Kenapa disebut kacang ajaib? Karena kacang itu bisa mengabulkan satu permintaan apa saja bagi siapa pun yang memakannya."
Mata mereka terbelalak berbinar-binar, menandakan rencanaku berjalan lancar. Kalau sudah begini, saatnya memberi mereka sedikit aksi. Aku mengeluarkan sebutir kacang tanah yang sudah dikupas dari dalam saku, memperlihatkannya kepada para bayi persis seperti tingkah seorang pesulap, lalu memakannya dengan penuh penghayatan.
"Aku harap, aku bisa makan puding cokelat!" seruku, seolah sedang bicara dengan ibu peri.
Setelah itu aku berputar, memindahkan tangan yang memegang puding ke depan sehingga begitu kembali menghadap mereka, aku sudah memegang puding cokelat sesuai permohonan. Sontak saja bayi-bayi bergumam kagum, air liur mereka menetes ketika aku memakan puding itu dengan sekali suap.
"Benar-benar ajaib! Boleh aku minta satu, Angelica?"
"Aku juga mau, Angelica!"
"Aku juga!"
Aku tidak langsung menjawab, asyik menjilati jemari bekas puding, sekalian membuat mereka penasaran. Itu selalu menyenangkan.
"A—ayolah, Angelica. Be—berikan satu untuk kami."
"Memangnya apa yang kalian Bayi-bayi bodoh inginkan? Popok baru?" Sorot sinisku menatap mereka satu per satu.
Bayi yang paling kecil menjawab duluan. "Tentu saja bukan, Angelica. Popok kami tidak perlu diganti sampai pulang nanti. Lagi pula, ibu kami pasti sudah membawanya di dalam tas, kami tidak membutuhkannya lagi ...."
"Cerewet! Tidak ada yang mau mendengar semua itu!"
"Ka—kalau aku menginginkan se—sepatu baru. Ya—yang ini sudah sedikit kesempitan." Sekarang bayi paling tua bicara, padahal belum juga aku tanya.
"Kalau kami berdua ingin lumpur!"
"Berserta cacing-cacingnya!"
"Ayolah, Angelica, berikan pada kami satu butir saja."
Sengaja aku melengos gemulai, menimang-nimang Cynthia dengan satu tangan. "Bagaimana, ya ... kalian terlalu kecil untuk benda seajaib ini. Aku takut kalian tidak bisa mempertanggungjawabkannya!"
"Kami bisa! Kami pasti bisa memper...gantung...jatawabkannya ...."
"Ayolah, Angelica, kami akan melakukan apa saja untukmu."

KAMU SEDANG MEMBACA
The Rugrats Theory (Pindah Ke Kwikku)
Novela JuvenilAngelica Pickles memiliki hidup yang begitu menakjubkan. Dia anak perempuan tunggal kesayangan orangtua berserta paman dan bibinya. Dia cantik, pintar, dicintai banyak orang, dan memiliki daya tarik yang luar biasa. Angelica adalah seorang putri ya...