Bagian 23°

78 14 2
                                    

Althar berjalan sepanjang koridor sekolah nya. Memasukan tangan kedalam saku, sambil berjalan santai menuju kelas nya.

Hari ini sekolah nya mengadakan acara dalam rangka hari "jadi". Jujur althar lebih memilih untuk tidak masuk sekolah hari ini, tapi kedua sahabat jahanam nya itu memaksa untuk datang ke sekolah.

Setelah berpikir panjang tadi malam, pemuda itu memutuskan untuk pergi ke sekolah, hitung hitung agar bisa bertemu dengan keisha. Setidaknya ia memiliki tujuan untuk sekolah.

"Al."

Althar yang merasa terpanggil menoleh ke belakang, ada eric si ketua kelas yang sedang berjalan ke arah tempat duduknya. Firasat althar mengatakan bahwa setelah ini ia akan menghadapi sebuah bencana.

"Al, mau ngk jadi perwakilan kelas buat pentas seni nanti?lo kan pinter nyanyi ama gitaran."

Sesuai dugaan althar. "Gue ng___-"

"GIMANA TEMEN TEMEN, SETUJU NGK KALAU ALTHAR YANG NAIK KE PANGGUNG?"

Dengan tidak santai nya, eric berteriak di dalam kelas yang membuat semua atensi kelas berpusat padanya.

Ingin menyanggah ucapan sang ketua kelas, lagi lagi, ucapan althar terpotong oleh seorang siswa berseragam osis.

"SIIP, GUA LAPOR AMA PANITIA KALAU ALTHAR PERWAKILAN KELAS."

Itu satya.

"Jingan." Gumam althar yang membuat felix terkekeh meluhat wajah melas sahabat nya itu.

"Udah lah, semangat donk, itung itung banggain mbak pacar."

Althar hanya mendengus dan berjalan keluar kelas, tujuan utama nya kini adalah ruang musik. Berharap ada satu gitar yang bisa menemani nya nanti di atas panggung.

🍑🍑🍑

Lapangan basket kini sudah diisi dengan satu panggung yang lumayan besar, dihiasi dengan berbagai dekorasi dan jangan lupa, pengeras suara yang menambah kehebohan hari ini. Dilapangan ini, pentas seni akan dilakukan.

Althar dengan wajah datarnya duduk diantara para peserta lain. Pemuda itu di hantui dengan bayang bayangan sahabat jahanamnya yang kini pasti sedang berpesta ria di kantin sekolah.

Kenapa kudu gue, kenapa -batin althar.

"PESERTA SELANJUT NYA NOMOR URUT 14, SILAKAN NAIK KE PANGGUNG"

Althar melihat kertas yang sudah basah digenggamannya. Sial, kenapa harus ia yang tampil sekarang. Dengan helaan nafas panjang, kaki itu mulai melangkah menuju panggung dan duduk di kursi yang telah disediakan.

Sial, ia merasa gugup ketika melihat para sahabat dan teman teman kelasnya berdiri dibarisan paling depan, oh jangan lupa mereka membawa benner besar bertuliskan "ATLHAR SEMANGAT SAYANG, DOA KAMU MENYERTAIMU"

Jingan, seharusnya kalian yang doain gue-ntah althar sudah terlalu lelah dengan tingkah laku sahabat nya itu.

Malu, gugup, bercampur menjadi satu ditubuh pemuda itu. Althar menduga, bahwa dalang dibalik semua ini adalah satya.

Setelah merutuki para teman teman nya, gugup althar kian bertambah saat melihat sang kekasih tersenyum padanya dari kursi penonton. Dan jangan lupa, somi yang sudah stan by dengan ponsel nya.

Oh ayolah, cobaan apa lgi ini tuhan-batin althar menjerit.

Tak ingin membuang waktu, pemuda itu mulai mengalihkan atensi nya pada gitar yang ada di pangkuannya. Jari itu mulai memetik sinar gitar perlahan, menimbulkan bunyi yang sangat pelan namun indah. Petikan itu membuat semua nya terdiam, seakan menunggu lanjutan dari pemuda itu.

Di dalam hati ini hanya satu nama
Yang ada di tulus hati kuingini
Kesetiaan yang indah takkan tertandingi
Hanyalah dirimu satu peri cintaku
Benteng begitu tinggi sulit untuk ku gapai

Lirik pertama dari lagu itu membuat semua pandangan audience tertuju pada pemuda yang sedang memetik gitar itu. Seakan tak ada yang tau maksud sebenarnya dari bait perbait yang akan ia nyanyikan setelah ini.

Hu-u-u ...
Aku untuk kamu
Kamu untuk aku
Namun semua apa mungkin
Iman kita yang berbeda

Tuhan memang satu
Kita yang tak sama
Haruskah aku lantas pergi
Meski cinta takkan bisa pergi

Althar tau, lagu yang ia bawakan ini salah, sangat salah. Tidak seharusnya ia membawakan lagu ini. Sontak, purnama legam milik nya bertemu dengan mata hezel keisha.

Ada hati yang terluka karna lagu nya.

Benteng begitu tinggi
Sulit untuk kugapai
Hmm ...
Aku untuk kamu
Kamu untuk aku
Namun semua apa mungkin
Iman kita yang berbeda

Tuhan memang satu
Kita yang tak sama
Haruskah aku lantas pergi
Meski cinta takkan bisa pergi
Bukankah cinta anugerah
Berikan aku kesempatan
'Tuk menjaganya sepenuh jiwa

Semua yang ada disana terkesima karna nada tinggi pemuda itu. Semua dapat merasakan betapa berat nya menyampaikan bait demi bait yang ia tumpah kan, seakan curhatan hati yang selama ini ia pendam dalam dalam.

Sesak, althar tak sanggup lagi melanjutkan nyanyian nya. Namun siapa sangka, para sahabat nya malah membantu ia untuk menyelesaikan penampilan nya.

(Aku untuk kamu
(Kamu untuk aku)
(Namun semua apa mungkin)
(Iman kita yang berbeda)
Tuhan memang satu
Kita yang tak sama
Haruskah aku lantas pergi
Meski cinta takkan bisa pergi

Tuhan memang satu
Kita yang tak sama
Haruskah aku lantas pergi
Meski cinta takkan bisa pergi

Semua orang mengakhiri lagu itu dengan sorakan yang samgat heboh. Tak lebih dengan para sahabatnya. Mereka seakan bangga dengan penampilan althar.

Namun althar-pemuda itu lantas terdiam, enggan melepaskan kontak matanya dengan keisha, seakan saling berbicara melalui tatapan itu.

Tbc.

Ada yang kangen?

𝑨𝒍𝒅𝒆𝒃𝒂𝒓𝒂𝒏Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang